43 research outputs found

    The Biodiversity of Macroalgae in the Coastal Waters of Kora-Kora, East Lembean Sub-District, Minahasa Regency

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Kora-Kora, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa dengan tujuan untuk mengetahui komposisi taksa makroalga melalui pendekatan morfologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei jelajah. Hasil penelitian menemukan 10 spesies, yang terdiri dari 1 spesies alga merah (Rhodophyta), 6 spesies alga cokelat (Phaeophyta)) dan 3 spesies alga hijau (Chlorophyta)

    Kajian Awal Fitoremediasi Merkuri Pada Caulerpa Serrulata Dan Halimeda Macroloba Dari Perairan Teluk Totok

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan alga spesies Caulerpa serrulata dan Halimeda macroloba sebagai agen fitoremediator merkuri di perairan laut. Analisis merkuri pada sedimen dan jaringan alga berdasarkan metode standar United State Environmental Protection Agency (USEPA) yang dilakukan di Water Laboratory Nusantara (WLN) dengan menggunakan Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS) instrument. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Caulerpa serrulata mampu mengabsorbsi merkuri sebanyak 0,20 ppm dan Halimeda macroloba mampu mengabsorbsi sebanyak 0,11 ppm dari perairan Teluk Totok. Selain itu kemampuan Caulerpa serrulata dan Halimeda macroloba mentoleransi kadar merkuri yang tinggi di sedimen tempat alga tersebut tumbuh bisa menjadi pertimbangan bahwa alga tersebut memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai salah satu organisme fitoremediaotor merkuri di perairan laut

    Pertumbuhan Alga Cokelat Padina Australis Hauch Di Perairan Pesisir, Desa Kampung Ambon, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara

    Full text link
    Alga laut adalah bagian terbesar dari tumbuhan laut, namun dari segi morfologi tumbuhan ini mempunyai perbedaan dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di daratan. Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti alat pelekat (holdfast), batang (stipe) dan daun (blade) meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus belaka. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1920 yang digunakan secara tradisional sebagai makanan seperti lalap, sayur dan manisan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pemanfaatan alga laut ke arah komersial untuk diekspor semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kandungan kimia yang terdapat dalam alga laut seperti agar dan karaginan yang terdapat pada alga merah, algin pada alga cokelat serta alga hijau yang merupakan sumber karbonat. Salah satu jenis alga laut cokelat yaitu Padina. Pada tahun 2014, telah dikembangkan produk anti-ageing oleh PT APRO yang bekerja sama dengan CEVA (Centre d‟Etude et de Valorisation des Algues) di Pleubian, Perancis yang berasal dari Padina australis yang dipanen dari Kawasan Timur Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pertumbuhan alga cokelat Padina australis untuk menentukan waktu panen yang tepat untuk pengembangan budidaya

    Perkembangan Mutiara Mabé Pada Pinctada Margaritifera Di Perairan Arakan, Sulawesi Utara

    Get PDF
    Pinctada margaritifera adalah spesies kerang mutiara yang umumnya menghasilkan mutiara berwarna hitam sehingga dikenal sebagai mutiara hitam. Di Sulawesi Utara, spesies ini banyak menempati daerah laguna di perairan Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan. Salah satu jenis mutiara yang bisa diproduksi dari spesies kerang ini adalah mutiara jenis mabé. Namun, kajian ilmiah tentang struktur dan senyawa mutiara yang dihasilkan dari kerang P. margaritifera yang berasal dari perairan Arakan belum pernah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketebalan lapisan mutiara jenis mabé berdasarkan pertambahan waktu dan mendeskripsikan bentuk struktur pada lapisan mutiara jenis mabé berdasarkan pertambahan waktu. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan dengan tiga kali masa sampling yaitu pada bulan kedua, keenam dan ketujuh. Pada bulan awal dilakukan penyisipan/penempelan inti mutiara setengah bulat berbahan plastik pada dinding bagian dalam dari cangkang kerang P. margaritifera. Pertumbuhan lapisan diamati dengan mikroskop stereo dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil pengamatan yang didapat adalah tebal rata-rata lapisan mutiara bulan kedua adalah 0,201 mm, bulan keenam adalah 1,026 mm dan 0,914 mm pada bulan ketujuh. Berdasarkan analisis SEM menunjukkan bahwa struktur bangunan lapisan mutiara seperti susunan batu bata dengan ukuran platelet aragonite rata-rata pada bulan kedua adalah 0,511 µm dan pada bulan keenam adalah 0,604 µm

    The Biodiversity of Macroalgae in the Coastal Waters of Blongko Village, Sub-District of Sinonsayang, District of South Minahasa

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Blongko, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi taksa makroalga melalui pendekatan morfologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Survei Jelajah. Hasil penelitian menemukan 14 spesies, yang terdiri dari 8 spesies alga hijau, 2 spesies alga cokelat dan 4 spesies alga merah

    Application of chlorophyll in carrageenan from algae Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty 1996

    Get PDF
    The aim of this study is to determine the effect of NaOH and KOH on carrageenan. The addition of natural dyes was carried out with different concentrations of carrageenan and the value of viscosity and gel strength of the algae Kappaphycus alvarezii to a mixture of natural dyes. The samples of algae were taken from the cultivation area in Belang waters, Southeast Minahasa Regency. The results of this study on the addition of natural dyes in refined carrageenan have succeeded in giving a green color and did not affect the viscosity and gel strength of the carrageenan gel when compared to the control (without treatment). The viscosity value of carrageenan with 4% NaOH concentration was 53.34-53.69 cP and KOH concentration was 49.55-50.03 cP. The gel strength value at 4% NaOH concentration was 74.11-74.89 mm/g/sec, while at 5% KOH concentration it was 84.22-84.89 mm/g/sec. The viscosity and gel strength still meet standards set by the Food Agriculture Organization (FAO).Keywords: Carrageenan, natural dye, Kappaphycus alvarezii, viscosity, gel strengthAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh NaOH dan KOH terhadap karagenan. Pada penelitian ini dilakukan penambahan pewarna alami dengan konsentrasi yang berbeda terhadap refined carrageenan dan nilai viskositas serta kekuatan gel karagenan dari alga Kappaphycus alvarezii terhadap campuran pewarna alami. Sampel alga diambil dari area budidaya di Perairan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil penelitian tentang penambahan pewarna alami pada refined carrrageenan telah berhasil memberikan warna hijau dan tidak mempengaruhi viskositas serta kekuatan gel karagenan jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan). Nilai viskositas karagenan dengan konsentrasi NaOH 4% adalah 53,34 – 53,69 cP dan konsentrasi KOH 5% sebesar 49,55 – 50,03 cP. Nilai kekuatan gel pada konsentrasi NaOH 4% sebesar 74,11-74,89 mm/g/det, sedangkan pada konsentrasi KOH 5% diperoleh 84,22-84,89 mm/g/det. Viskositas dan kekuatan gel tersebut masih memenuhi standar yang ditetapkan oleh Food Agriiculture Organization (FAO).Kata kunci: Karagenan, pewarna alami, Kappaphycus alvarezii, viskositas, kekuatan ge
    corecore