25 research outputs found
Pembuatan Serat Nano Menggunakan Metode Electrospinning
Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan serat nano (nanofiber) menggunakan metodeelectrospinning dari material polimer: polivinil alkohol (PVA), chitosan dan nilon-6. Optimasi proses pembuatanserat nano dilakukan dengan mempelajari pengaruh jenis polimer, konsentrasi polimer dan parameter operasielectrospinning (tegangan listrik dan jarak antara spinneret β kolektor) terhadap struktur dan morfologi serat nano.Proses electrospinning dengan menggunakan PVA 15 % dengan rentang tegangan listrik 15 β 20 kV dan rentangjarak spinneret β kolektor 10 β 12 cm menghasilkan morfologi serat nano yang tidak kontinyu dengan diameterantara 70 β 150 nm. Proses electrospinning dengan menggunakan bahan baku polimer larutan chitosan 2 % dalamasam asetat tidak dapat menghasilkan formasi fiber. Proses electrospinning menggunakan larutan nilon-6 20 % padakondisi optimum tegangan listrik 20 kV dan jarak spinneret β kolektor 10 cm menghasilkan serat nano yangkontinyu dengan diameter berkisar antara 100 β 350 nm
Identifikasi Mekanisme Fotokatalitik Pada Degradasi Zat Warna Azo Reactive Black 5 Menggunakan Katalis Mikropartikel Tio2
Dalam penelitian ini dipelajari mekanisme fotokatalitik pada degradasi air limbah tekstil artifisial mengandung zat warna azo Reactive Black 5 (RB5) menggunakan katalis mikropartikel TiO2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tahapan degradasi fotokatalitik berupa pemutusan struktur molekul zat warna RB5. Mekanisme degradasi dianalisis melalui pengukuran COD, TOC, pH dan spektra absorbansi warna seiring interval waktu proses fotokatalitik, dilanjutkan dengan identifikasi produk degradasi menggunakan GC-MS. Setelah irradiasi UV selama 5 jam terjadi penurunan COD dan TOC masing-masing sebesar 66,0% dan 86,5%, mengindikasikan terjadinya proses mineralisasi terhadap RB5. Penurunan puncak spektra absorbansi pada rentang panjang gelombang 300-320 nm dan 590-610 nm menunjukkan adanya pemutusan struktur molekul RB5 menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdiri dari pemutusan kromofor warna (ikatan azo) dan pemutusan cincin-cincin senyawa amina aromatik (cincin benzen dan naftalen). Lebih lanjut, identifikasi produk degradasi dengan GC-MS seiring interval waktu proses fotokatalitik menunjukkan bahwa proses degradasi diawali dengan tahapan pemutusan molekul zat warna menjadi senyawa antara dilanjutkan dengan tahapan destruksi senyawa antara menjadi asam-asam organik sederhana yang mendekati tingkat mineralisasi
Studi Mekanisme Degradasi Fotokatalitik Zat Warna Azo Acid Red 4 Menggunakan Katalis Mikropartikel Tio2
Dalam penelitian ini dipelajari mekanisme degradasi fotokatalitik air limbah tekstil simulasi mengandung zat warna azo Acid Red 4 (AR4) menggunakan katalis mikropartikel TiO2.Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tahapan degradasi fotokatalitik berupa pemutusan struktur molekul zat warna AR4. Mekanisme degradasi dianalisis melalui pengukuran terhadap TOC, pH dan spektra absorbansi warna seiring interval waktu proses fotokatalitik, dilanjutkan dengan identifikasi produk degradasi menggunakan GC-MS. Setelah irradiasi UV selama 5 jam terjadi penurunan TOC hingga 90%, mengindikasikan terjadinya proses mineralisasi terhadap AR4. Penurunan puncak spektra absorbansi pada rentang panjang gelombang 300-320 nm dan 490-510 nm menunjukkan adanya pemutusan struktur molekul AR4 menjadi senyawa yang lebih sederhana, terdiri dari pemutusan kromofor warna (ikatan azo) dan pemutusan cincin-cincin senyawa amina aromatik (cincin benzen dan naftalen). Lebih lanjut, identifikasi produk degradasi dengan GC-MS seiring interval waktu proses fotokatalitik menunjukkan bahwa proses degradasi diawali dengan tahapan pemutusan molekul zat warna menjadi senyawa antara dilanjutkan dengan tahapan destruksi senyawa antara menjadi asam-asam organik sederhana yang mendekati tingkat mineralisasi
Dekolorisasi Fotokatalitik Air Limbah Tekstil Mengandung Zat Warna Azo Acid Red 4 Menggunakan Mikropartikel Tio2 Dan Zno
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap proses dekolorisasi fotokatalitik air limbah tekstil artifisialmengandung zat warna azo Acid Red 4 (AR4) dengan menggunakan katalis mikropartikel TiO2 dan ZnO. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menentukan proses fotokatalitik optimum dengan menganalisis pengaruh variabel antaralain: pH, konsentrasi awal zat warna, dosis katalis, kombinasi katalis, dan temperatur awal air limbah. Evaluasi terhadapefisiensi dan laju dekolorisasi dilakukan melalui pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer.Proses dekolorisasi fotokatalitik AR4 ditemukan berlangsung efektif pada kondisi optimum: pH 11, konsentrasiawal zat warna 10 mg/L dan dosis katalis 0,5 g/L baik untuk mikropartikel TiO2 maupun ZnO. Setelah waktu irradiasiselama 2 jam, proses dengan mikropartikel ZnO mampu mencapai efisiensi dekolorisasi lebih baik (89,9%)dibanding mikropartikel TiO2 (86,9%). Berdasarkan kinetika reaksi pseudo orde pertama, dekolorisasi fotokatalitikmenggunakan mikropartikel ZnO memperlihatkan laju lebih cepat (k'= 0,022 menit-1) dibandingkan denganmikropartikel TiO2 (k'= 0,018 menit-1). Kombinasi kedua jenis katalis menyebabkan laju dekolorisasi menjadi lebihlambat (k'= 0,015 menit-1) dibandingkan penggunaan katalis secara individual. Temperatur awal air limbah yanglebih tinggi ditemukan menyebabkan penurunan efisiensi dekolorisasi fotokatalitik
Pengaruh Karakteristik Batubara Dan Proses Pembakaran Pada Boiler Batubara Bubuk (Pulverized Coal) Terhadap Emisi Nox Di Industri Tekstil
Dalam penelitian ini dipelajari perkiraan emisi NOx dari penggunaan boiler batubara bubuk di industritekstil berdasarkan pengaruh karakteristik batubara dan proses pembakaran pada boiler. Penelitian dilakukanmelalui pendekatan pengembangan empiris untuk memperkirakan pembentukan NOx dengan menganalisis faktor βfaktor: karakteristik batubara, desain β operasi burner dan desain β operasi boiler. Kandungan nitrogen, zat terbangdan kehalusan butir diidentifikasi sebagai karakteristik batubara yang mempengaruhi emisi NOx. Jumlah putaranburner di atas 1,0 pada penggunaan burner ditemukan mampu menghasilkan kadar emisi NOx lebih rendah.Pengoperasian boiler perlu memperhatikan aspek konsentrasi oksigen dan proses pelepasan panas pada daerahburner karena potensial mempengaruhi tingkat emisi NOx
Sintesis Nanopartikel Perak Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri E. Coli Dan S. Aureus
Pada penelitian ini dipelajari sintesis nanopartikel perak dan uji aktivitasnya sebagai anti-mikroba terhadapEscherichia coli dan Staphylococcus aureus. Nanopartikel perak disintesis melalui pembentukan larutan koloidperak dengan metode reduksi perak nitrat dengan zat pereduksi natrium borohidrida. Performa hasil sintesis larutankoloid nanopartikel perak dalam menghambat pertumbuhan mikroba dievaluasi melalui uji aktivitas terhadapEscherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pada perbandingan molar NaBH4/AgNO3 = 1,2 dan perbandinganberat Ag/asam poli akrilat (PAA) = 10,7, diperoleh diameter rata-rata nanopartikel perak sebesar 71,8 nm dengannilai polydispersity index (PI) sebesar 0,293. Hasil sintesis larutan koloid nanopartikel memperlihatkan kemampuandalam menghambat pertumbuhan bakteri, dan daya hambat terhadap Staphylococcus aureus ditemukan 30% lebihkuat dibanding terhadap bakteri Escherichia coli. Hasil uji aktivitas antimikroba secara kuantitatif menunjukkanbahwa persentase reduksi bakteri dapat mencapai hingga lebih dari 99%
Studi Konservasi Energi Di Industri Tekstil (Proses Pertenunan, Pencelupan Dan Penyempurnaan)
Dalam kegiatan penelitian ini telah dilakukan studi konservasi energi di satu industri tekstil proses pertenunan, pencelupan dan penyempurnaan. Studi ini bertujuan untuk mempelajari pola konsumsi energi, menganalisis potensi penghematan penggunaan energi dan mengevaluasi peningkatan efisiensi energi melalui implementasi program konservasi energi. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahapan: observasi, pengambilan dan pengukuran data, implementasi program konservasi dan evaluasi peningkatan efisiensi energi. Hasil identifikasi selama satu tahun menunjukkan konsumsi energi spesifik (KES) energi listrik dan termal dalam proses produksi sebesar 51 GJ/yard. Program konservasi energi yang telah diimplementasikan adalah: penyempurnaan rasio udara pembakaran boiler (rasio penghematan 4,1%), pemeriksaan and perbaikan kebocoran udara pada perpipaan udara bertekanan (rasio penghematan 0,05%), penyempurnaan insulasi panas pada perpipaan sistem uap (rasio penghematan 0,2%), dan recovery-reuse air dari mesin-mesin pencelupan (rasio penghematan 3,8%). Evaluasi terhadap implementasi program konservasi energi di lokasi studi menunjukkan bahwa konsumsi energi spesifik listrik dan termal berkurang sebesar 10%
Modifikasi Mesin Reeling Sutera Melalui Penambahan Sistem Sirkulasi Air Panas Otomatis Dan Sistem Pengereman Haspel
Studi ini telah dilakukan dengan mendesain sistem sirkulasi air panas otomatis dan rem haspel sebagai modifikasi pada mesin reeling sutera dengan tujuan untuk konservasi energi melalui peningkatan efisiensi proses. Pada mesin reeling konvensional dapat terjadi inefisiensi pada sistem penyediaan air panas manual yang menyebabkan pelepasan energi panas dan temperatur air yang tidak konstan, serta mekanisme penyambungan benang putus yang dapat mengurangi waktu operasional produktif dan meningkatkan biaya produksi. Metode desain dalam studi ini adalah modifikasi mesin reeling sutera konvensional melalui penambahan sistem sirkulasi air panas otomatis dan sistem pengereman haspel. Berdasarkan uji coba melalui pengoperasian mesin reeling secara kontinyu selama 20 hari, kedua sistem yang dirancang dapat beroperasi dengan baik. Hasil perhitungan analisis ekonomi berdasarkan waktu operasional selama 25 hari memperlihatkan bahwa mesin reeling yang telah dimodifikasi memerlukan biaya produksi benang lebih rendah dan pencapaian waktu break even point yang lebih cepat dibandingkan dengan mesin reeling konvensional. Aplikasi mesin reeling sutera yang telah dimodifikasi ini membutuhkan biaya investasi lebih tinggi, namun demikian produksi benang jauh akan lebih efisien sehingga biaya produksi dalam jangka panjang menjadi lebih rendah dibandingkan dengan mesin reeling konvensional