17 research outputs found
Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan dan Gizi Tingkat Kabupaten di Kabupaten Bandung Barat
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi indikator ketahanan pangan dan gizi untuk mengembangkan sistem skoring evaluasi ketahanan pangan dan gizi di tingkat kabupaten, dan mengevaluasi situasi ketahanan pangan dan gizi menggunakan indikator yang dikembangkan. Sebanyak 14 indikator terseleksi dari 196 calon indikator dan analisis indeks komposit digunakan untuk mengevaluasi tingkat ketahanan pangan dan gizi Kabupaten Bandung Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Bandung Barat pada periode 2011-2015 adalah tidak tahan pangan. Pilar ketersediaan pangan merupakan pilar yang telah tergolong baik dengan kekuatan di bidang tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein dan rasio swasembada beras. Pilar yang harus diprioritaskan adalah pemanfaatan pangan, yaitu upaya untuk menurunkan prevalensi Balita stunting, wasting, underweight, meningkatkan persentase bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, menurunkan persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK), meningkatkan persentase akses air bersih dan akses sanitasi. Dibutuhkan intervensi sensitif dan spesifik serta kerja sama lintas sektor yang fokus dan memiliki target bersama untuk meningkatkan ketahanan pangan dan giz
Modal Sosial dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor)
Nilai sosial yang terpelihara baik seperti kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial menjadi hal yang menguntungkan bagi interaksi antar anggota masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kondisi modal sosial dan potensinya dalam menguatkan ketahanan pangan pada rumah tangga miskin di lokasi penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecukupan modal sosial lebih terlihat di Kelurahan Kedung Jaya, dan keberadaan modal sosial tersebut berpotensi dalam menentukan ketahanan pangan rumah tangga miskin. Rumah tangga yang mempunyai kepercayaan lebih tinggi dalam menjalin hubungan tanpa rasa saling curiga, mempunyai kepercayaan lebih tinggi dalam menjaga lingkungan tetap langgeng (sustain), mempunyai hubungan sosialnya lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangganya, dan istrinya bukan penduduk asli lingkungan tempat tinggal merupakan rumah tangga yang mempunyai tingkat ketahanan pangan lebih baik
Pengembangan Produksi Perikanan Tangkap di Wilayah Perbatasan (Kasus Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur
Potensi sumber daya alam yang dimiliki sebagian besar wilayah terluar Indonesia adalah sumber daya kelautan dan perikanan. Hal ini dapat dipahami mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dimana aspek kelautan menjadi sangat dominan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar terdapat 92 pulau terluar. Sangat menungkinkan apabila sektor perikanan dan kelautan dapat menjadi basis dan andalan pengembangan ekonomi wilayah perbatasan tersebut. Namun demikian, dalam Kenyataannya wilayah-wilayah perbatasan dengan basis perikanan belum banyak yang berkembang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan lokasi penelitian di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CPUE penangkapan adalah 95 kg/trip dengan komoditas unggulannya meliputi tenggiri, arut, udang putih, teri, bawal hitam dan bawal putih. Terjadi praktek Illegal Unreported Unregulated (IUU) yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan dari Malaysia dan Pilipina yang menggunakan alat tangkap trawl, pancing dan purse seine. Tindak pelanggaran yang sering terjadi adalah (i) pelanggaran wilayah, dalam arti bahwa para nelayan asing memasuki wilayah Indonesia, (ii) illegal fishing, (iii) penyelundupan. Produktifitas nelayan Kabupaten Nunukan masih relatif kecil dengan rata-rata 10 kg per hari
Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium Dan Iodium Terhadap Status Gizi, Skor IQ Dan Jumlah Tanda Khas Kretin Pada Anak Sekolah Dasar
Iodine Deficiency Disorder (IDD) and Protein Energy Malnutrition (PEM) is still a public health problem in school-aged children living in endemic area. This study was aimed to investigate some biochemical parameters, nutritional status and IQ score in children in endemic area of Boyolali Regency, Central Java. Before and after quasi experimental study design was implemented. A number of 115 school-aged children (9-12 years) with iodine deficiency, PEM problem and attributed to 6-10 sign of cretinism were selected as study sample. Sampling was conducted by using random sampling procedure. The Group of treatment were selenium supplement (n=34), iodine supplement (n=35), selenium and iodine (n=18) and placebo (n=28). The study found that selenium, iodine, selenium and iodine supplement intervention were significantly reduce the stunted (p=0.04, r=0.587) and underweight (p=0.01, r=0.87). Selenium and iodine were able to improved IQ score of those who were deficient with IQ score under 20 (14.8% student) to IQ score 20-35. The children with very severe deficiency of iodine and selenium (17.4%) and IQ score under 20 could be corrected by iodine supplement and IQ score increased to 20-35. A reduction of the cretinism attributes were found among the children after intervention (from 6-11 sign to 5-10 sign). Anomaly of erythrocytes and leucocytes were found to be associated with severity of stunted and underweight, number of attributes and deficiency level of selenium and iodine
Utilization of Agricultural Waste In Several farming Systems by Farmer's Families Living Along Cihideung River, Sub-Watershed Area of Cisadane, Bogor Dlstrict 'West Java'
The research is aimed to 1) identify types, quantity and utilization of agricultural waste on different type of farming system; 2) determine agricultural waste contribution to household income; and 3) analyze factors influence agricultural waste utilization. Study sites were purposively selected based on the linear slope extends from the edifice of an stratovolcano “Salak" to its' foot, whereas Sukajadi village represented upper-part of watershed area (590-680 m asl) and Cihideung village represented transitional part of watershed area (190-360 m asl). Data collection was conducted on April to June 1999. Sampling frame of the study was farmers' household with various land utilization. Stratification was than used based on waste productivity of various land utilization. A total of 112 farmer families were participated in this study (75 families living in Sukajadi village and 37 families living in Cihideung IIir Village). Data was collected using a structured questionnaire. A descriptive and statistical analysis suet: as t-test, Pearson-R, Chi Square and Regression analysis were applied during data analysis. The results of this research showed that agricultural wastes that were produced in both villages originated from plant and animal sources. The farmer utilized plant and animal wastes, such as wood as firewood, branches and leaves of tree, and hay mixed with manure for organic fertilizer. The average of the farming waste in Sukajadi Village is 563.6 kg/month with contributed 92.6 % of total farming waste, while at Cihideung llir village is 895.8 kg/month contributed 88.0% of total farming waste. The average of the income from the utilization of household agriculture waste at Sukajadi Village was Rp 1.299.00/cap/month (the average of the total income household Rp. 41.683.00/cap/month), while at Cihideung llir Village Rp. 1.068.00/cap/month (the average of the total income household Rp 79.214.DO/cap/month). Achieving income from agriculture waste at Sukajadi ic 3.1% and Cihideung llir village W.3S 1.3%. The results of statistical test by regression analysis showed that in Sukajadi factors that affect agricultural-waste utilization were included age of the family's head (husband), educational attainment of family's head. level of knowledge about agricultur9 waste utilization, and family's income (R2 = 0.922. p« 0.05), while in Cihideung lIir village the factors were included age of family's head, level of knowledge about agriculture waste utilization and the distance between agricultural waste-sources and place of agricultural waste-processing (R2= 0.906, o« 0,05)
Food habits and carbohydrate contribution intake from sago consumption in Kepulauan Meranti Regency, Riau Province, Indonesia
International audienc
Food habits and carbohydrate contribution intake from sago consumption in Kepulauan Meranti Regency, Riau Province, Indonesia
International audienc
Food habits and carbohydrate contribution intake from sago consumption in Kepulauan Meranti Regency, Riau Province, Indonesia
International audienc
Food habits and carbohydrate contribution intake from sago consumption in Kepulauan Meranti Regency, Riau Province, Indonesia
International audienc
