28 research outputs found
Gestational Monosodium Glutamate Exposure Effects on Anogenital Distance of Male Rat Pups
High-dose Monosodium Glutamate (MSG) expo sure increases the estrogen level in pregnant rats. However, there are limited data available on whether the MSG-related maternal hormonal effects can affect male litters' genitalia phenotype. This study aimed to analyze the impact of MSG on estrogen level in pregnant rats and anogenital distance in male pups. Experiment for this study was performed at the animal facility of Biomedical Laboratory at the Faculty of Medicine, Universitas Andalas, from April 2019 to February 2020. Pregnant Wistar rats were given MSG orally at 2 and 4 mg/g body weight (BW) for 20 days. On day 21, pregnant rats were sacrificed and blood was drawn intracardially. Estradiol serum level was measured by ELISA. Male pups were counted, and the anogenital distance (AGD) was measured. Maternal serum estradiol levels were statistically analyzed by One-Way ANOVA and the AGD of male litters were analyzed by the Kruskal-Wallis test. Results showed that perinatal MSG exposure increased the estradiol level (26.3±4.5 pg/ml; 37.5±6.7 pg/ml; 62.1±8.2 pg/ml in control, 2 mg/g BW, and 4 mg/g BW group, respectively [mean±SD; p=<0.001]) and decreased the AGD (4 mm; 3 mm; 1.5 mm in control, 2 mg/g BW, and 4 mg/gBW group, respectively [median; p=<0.01]) in a dose-dependent manner. Thus, MSG exposure during pregnancy is a risk factor for male rat feminization.
Hubungan Kadar 25-Hidroksivitamin D Serum dengan Latensi Tidur pada Perempuan Remaja Akhir
Tinjauan sistematis dan metanalisis melaporkan bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan gangguan tidur yang lebih tinggi. Reseptor vitamin D terdapat pada area batang otak yang dikenal sebagai pacemaker cells yang berperan dalam tahap pertama tidur (latensi tidur). Studi epidemiologi menyatakan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami kualitas tidur buruk dibandingkan laki-laki. Kondisi kesehatan generasi mendatang bergantung pada keadaan kesehatan perempuan mulai dari masa pranikah. Berdasarkan data statistik menunjukkan perkawinan sering terjadi pada usia 19-24 tahun yang tergolong pada kelompok usia remaja akhir. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan kadar 25-Hidroksivitamin D (25(OH)D) serum dengan latensi tidur pada perempuan remaja akhir. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sepertiga (32,6%) subjek penelitian memasuki fase tidur lebih dari 15 menit. Lebih dari separuh (65%) pernah mengalami sulit tidur yaitu tidak memasuki fase tidur dalam waktu 30 menit sebanyak kurang dari 1 kali sampai dengan 3 kali dalam seminggu. Lebih dari separuh (60%) subjek penelitian mengalami defisiensi vitamin D (<11 ng/ml). Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar 25(OH)D serum dengan latensi tidur (p<0,001; r=-0,437) pada perempuan remaja akhir. Simpulan studi ini ialah semakin rendah kadar vitamin D maka akan semakin buruk latensi tidur individu tersebut
Plasma Warfarin Level and International Normalized Ratio do not Correlate with Bleeding Events in Indonesian Patients of Minangkabau Ethnicity with Atrial Fibrillation
BACKGROUND: Warfarin is the mainstay of anticoagulant therapy to prevent thromboembolism in atrial fibrillation (AF). It has a narrow therapeutic window, rendering monitoring prothrombin time necessary using the international normalized ratio (INR). However, INR value is not always correlated with the clinical risk of bleeding.
AIM: We aimed to monitor plasma warfarin concentration and to analyze its correlation with bleeding events in Indonesian patients of Minangkabau ethnicity with AF.
METHODS: We consecutively recruited outpatients with AF from January to November 2017 at a tertiary hospital in West Sumatera, Indonesia. At the time of the study, patients had received at least 5 weeks of warfarin. Their characteristics were obtained from medical records, and INR data were collected. Warfarin plasma concentration was analyzed using high-performance liquid chromatography.
RESULTS: There were a total of 45 patients (25 males and 20 females; mean age 54.6 years). The number of patients with INR value lower than, within, and higher than target value (2.0–3.0) was 25, 12, and 8, respectively. Half of the patients (n = 23; 51.1%) had subtherapeutic plasma warfarin levels and nearly half (n = 20; 44.4%) of the patients had therapeutic plasma warfarin levels. INR value was not significantly correlated with plasma warfarin level (r = 0.273; p = 0.07). Bleeding events occurred in 14 patients. INR value was not significantly different (p = 0.12), while the plasma warfarin level was marginally significantly different (p = 0.05) between those with bleeding and no bleeding events.
CONCLUSION: Neither warfarin plasma concentration nor INR was correlated with bleeding events in Indonesian patients of Minangkabau ethnicity with AF
Koreksi: Hubungan Lama Paparan Sinar Matahari dengan Kadar 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosine Urin pada Remaja Perempuan
Salah satu bentuk predominan dari lesi oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas adalah 8-hidroksi-deoksiguanosin (8-OHdG). Paparan sinar matahari pada sel, terutama sel kulit dapat menyebabkan reaksi fotooksidasi yang terjadi akibat pelepasan reactive oxygen species (ROS). Lama paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penentu berapa banyak sel kulit yang mengalami stres oksidatif. Tujuan: Menganalisis hubungan lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan. Metode:  Ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dilakukan pada populasi mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Andalas dengan teknik systematic random sampling (n = 110). Lama paparan sinar matahari diperoleh melalui kuesioner dan kadar 8-OHdG diukur dengan metode ELISA. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil: Rerata usia subjek pada penelitian ini adalah 20,6 ± 1,23 tahun, rerata lama paparan sinar matahari didapatkan sebesar 49,01 ± 36,96 menit. Rerata kadar 8-OHdG pada subjek adalah 40,75 ± 39,62 ng/ml. Analisis bivariat menunjukkan bahwa lama paparan sinar matahari tidak berhubungan dengan kadar 8-OHdG urin (p = 0,396). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan.Kata kunci: 8-OHdG urin, lama paparan sinar matahari, stres oksidati
Possible correlations between SH2B3 rs2078863 gene polymorphism, lifestyle, food habits and nutritional intake of Minangkabau females with hypertension
Background: Hypertension is the commonest cardiovascular risk factor and a leading cause of death worldwide. Several genetic variants are known to be involved in the pathogenesis of this disease. this study aimed to determine the relationship between the SH2B3 rs2078863 gene variants and hypertension in Minangkabau women.Methods: In total, 190 women aged 18-45 years old participated in this study. Patient data, including weight, height, Body Mass Index (BMI), and blood pressure examinations, were collected, and interviews regarding their nutrient intake and physical activity were assessed with the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) questionnaires. Blood was collected from peripheral veins, followed by DNA isolation and genotyping examination using the Kompetitive Allele Specific PCR (KASP) method.Results: TT genotype in SH2B3 rs2078863 was observed to be more at risk of suffering from hypertension compared to the CC+CT genotype ((ê“2 (1, n=190)=8.442 p=.004, phi=.21, OR=2.48). The regression logistic analysis revealed the role of obesity, low physical activity, and age as risk factors for hypertension in the studied population (p<0.05).Conclusion: In conclusion, the SH2B3 gene variant and lifestyle factors related to obesity, and low physical activity, increase the risk of hypertension
Edukasi Pencegahan Penyakit Paru Akibat Paparan Debu Silika pada Pengrajin Batu Akik di Kota Padang
Meningkatnya minat masyarakat terhadap batu akik sebagai perhiasan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia mendorong meningkatnya jumlah pengrajin batu akik. Pengrajin batu akik terpapar pada partikel batu yang utamanya terdiri atas silika. Tanpa proteksi diri yang sesuai, pengrajin berisiko mengalami penyakit akibat debu silika. Untuk melindungi pengrajin, diperlukan suatu program edukasi kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan kami adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyakit akibat debu silika dan upaya pencegahannya pada komunitas pengrajin batu akik di Kota Padang. Sebanyak dua puluh pengrajin diundang dan dinilai pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan kuesioner. Bahan edukasi disampaikan dalam bahasa setempat, diikuti dengan diskusi. Pada tiap peserta juga dibagikan booklet edukasi dan masker standar. Analisis kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar peserta memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pendapatan bervariasi, perokok, bekerja setiap hari, dan memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah program ini berhasil memodifikasi perilaku kerja pengrajin akik
Hubungan asupan vitamin D dengan kadar 25(OH)D serum pada ibu hamil trimester III etnis minangkabau
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan vitamin D dengan kadar 25(OH)D serum pada ibu hamil trimester III etnis Minangkabau. Metode: Penelitian dengan desain cross-sectional di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang terhadap 88 orang subjek ibu hamil trimester III etnis Minangkabau. Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan food recall 24 jam selama dua hari dan pemeriksaan kadar 25(OH)D serum dengan metode ELISA. Hasil: Hampir separuh subjek penelitian (n=40; 45,5%) termasuk dalam kategori defisiensi vitamin D (<20 ng/mL). Rerata kadar 25(OH)D serum 23,0±21,0 ng/mL (mean±SD), asupan vitamin D 5,6±4,6 µg/1000 kkal/hari. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin D dengan kadar 25(OH)D serum pada ibu hamil trimester III (r=0,161; p=0,134). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin D dengan kadar 25(OH)D serum pada ibu hamil trimester III etnis Minangkabau
Edukasi Pencegahan Penyakit Paru Akibat Paparan Debu Silika pada Pengrajin Batu Akik di Kota Padang
ABSTRAK: Meningkatnya minat masyarakat terhadap batu akik sebagai perhiasan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia mendorong meningkatnya jumlah pengrajin batu akik. Pengrajin batu akik terpapar pada partikel batu yang utamanya terdiri atas silika. Tanpa proteksi diri yang sesuai, pengrajin berisiko mengalami penyakit akibat debu silika. Untuk melindungi pengrajin, diperlukan suatu program edukasi kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan kami adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyakit akibat debu silika dan upaya pencegahannya pada komunitas pengrajin batu akik di Kota Padang. Sebanyak dua puluh pengrajin diundang dan dinilai pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan kuesioner. Bahan edukasi disampaikan dalam bahasa setempat, diikuti dengan diskusi. Pada tiap peserta juga dibagikan booklet edukasi dan masker standar. Analisis kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar peserta memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pendapatan bervariasi, perokok, bekerja setiap hari, dan memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah program ini berhasil memodifikasi perilaku kerja pengrajin akik.Kata kunci: akik, edukasi, Indonesia, pengrajin, silika
ABSTRACT: The increased public interest in the last few years towards agate as accessories in Indonesia has turned more people to grind agate as an alternative occupation. Grinders are exposed to hazardous agate particles mostly consist of silica. Without proper occupational protection, grinders are at risk of developing silica dust-associated diseases. To protect grinders, an occupational health and safety education program is needed. Our aim was to disseminate information on silica dust-associated diseases and necessary preventive measures to a community of agate grinders in Padang. Twenty participants were invited. We assessed their prior knowledge, attitude, and behavior on occupational health and safety by using a 24-items questionnaire. Educational material was presented in local language, followed by a discussion. A printed-guide on silica dust-associated diseases and a standard mask was distributed to each participant. Analysis of questionnaire responses showed that most participants were of low educational level, had variable income, were smokers, worked all weekdays, and had limited knowledge on relevant occupational health and safety practice. Further evaluation is required to assess whether this program successfully modifies the occupational behavior of the agate grinders.Keywords: agate, education, grinder, Indonesia, silic
Gambaran Terapi Antivirus pada Pasien Covid-19 Di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Maret-Agustus 2020
Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit saluran pernafasan oleh SARS-CoV-2. Perubahan terapi COVID-19 bersifat dinamis. Solidarity trial oleh WHO yang melibatkan RSUP M. Djamil Padang dilakukan menggunakan 4 alternatif terapi yaitu remdesivir, gabungan lopinavir/ritonavir, lopinavir/ritonavir ditambah interferon (ß1b), dan klorokuin.
Objektif: Untuk mengetahui gambaran terapi antivirus pada pasien COVID-19 di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Maret sampai Agustus 2020.
Metode: Penelitian ini menggunakan data dari rekam medik dengan metode total sampling. Variabel penelitian adalah umur, jenis kelamin, derajat penyakit, komorbid, obat antivirus, durasi pemberian, cara pemberian obat dan luaran perawatan. Data dianalisis secara univariat.
Hasil: Total rekam medis pasien COVID-19 adalah 105. Hasil penelitian menunjukkan rerata umur pasien yaitu 44,9 ± 18,8 tahun. Kelompok terbanyak 45-64 tahun (41,9%), jenis kelamin perempuan (54,3%), derajat sedang (37,1%), dan tanpa komorbid (58,7%). Antivirus yang diberikan adalah oseltamivir (26,4%), remdesivir (0,9%), hidroksiklorokuin/ klorokuin (2,8%), oseltamivir diikuti hidroksiklorokuin/ klorokuin (17,9%), kombinasi lopinavir dan ritonavir (7,6%) serta tanpa antivirus (44,3%). Rute pemberian terbanyak adalah oral; durasi terapi oseltamivir 5-10 hari, hidroksiklorokuin/klorokuin 5-13 hari, serta kombinasi lopinavir dan ritonavir 12-15 hari. Pasien yang mendapatkan oseltamivir sebagian besar sembuh (96,4%).
Kesimpulan: Terdapat perubahan terapi antivirus yang dinamis sejak awal pandemi hingga Agustus 2020 di RSUP M.Djamil Padang dengan oseltamivir sebagai antivirus yang paling banyak digunakan
Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Melinjo (Gnetum gnemon) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Pada Tikus Galur Wistar (Rattus norvegicus) Model Hiperkolesterolemia
Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang mudah diperoleh dan ekstrak biji melinjo mengandung berbagai macam stilbenoid yang tergolong senyawa resveratrol beserta turunannya. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa resveratrol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serum melalui penghambatan HMG-KoA reduktase. Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh pemberian ekstrak biji melinjo terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre-post test control group design yang terdiri dari lima kelompok (n=5). Diet tinggi lemak diberikan berupa pakan otak sapi selama 29 hari (2 ml/hari). Kelompok perlakuan diberi ekstrak biji melinjo dosis 250, 500, dan 2000 mg/kgbb/hari. Ekstrak biji melinjo mulai diberikan hari ke-16 sampai hari ke-29. Kadar kolesterol LDL serum diperiksa dengan spektrofotometer. Data dianalisis dengan paired sample t-test dan One-Way ANOVA. Hasil paired sample t-test menunjukkan terdapat penurunan bermakna kadar kolesterol LDL serum setelah pemberian ekstrak biji melinjo pada kelompok yang mendapat dosis 2000 mg/kgbb/hari (p=0,003), sedangkan pada dosis lain tidak terdapat penurunan LDL serum yang bermakna. Uji One-Way ANOVA antar kelompok perlakuan menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol LDL serum yang bermakna (p=0,531). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji melinjo dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serum pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak pada dosis 2000 mg/kgbb/hari