14 research outputs found

    Perancangan Modul Pendukung Keputusan Klinis Dalam Peresepan

    Get PDF
    The manual prescription process has a potential of error, which can lead to undesirable consequences, particularly for patients. As the advancement of technology, the use of decision support systems is necessary to minimize errors in prescription delivery. In this study, a decision support system module will be developed to assist prescription process by transferring knowledge possessed by experts as the knowledge base of the system. This module will use rule-based method as the decision-making method by applying validated rules based on the acquired knowledge base. To test the accuracy of the moduleā€™s output, test case design will be used as the method. The result of the research showed that all tested scenarios have the same results as the expected results, indicating that the use of rule-based expert system us effective in developing this decision support module. However, the module can still be improved by adding more data as the knowledge base or integrating the module directly with existing system in clinic or hospital.Pemberian resep secara manual dalam bidang kesehatan memiliki potensi terjadinya kesalahan yang dapat menimbulkan beberapa dampak yang tidak diinginkan khususnya bagi pasien. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan sistem pendukung keputusan diperlukan untuk meminimalisir kesalahan saat pemberian resep. Pada penelitian ini, sebuah modul pendukung keputusan dibuat untuk membantu peresepan dengan memindahkan pengetahuan yang dimiliki oleh pakar sebagai knowledge base dari sistem dan kemudian menggunakan metode rule based sebagai metode pengambilan keputusan oleh modul dengan menerapkan aturan-aturan yang sudah divalidasi oleh pakar berdasarkan knowledge base yang didapatkan. Untuk menguji akurasi dari output yang dihasilkan modul, dilakukan pengujian menggunakan test case design. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu hasil pengujian memperlihatkan bahwa seluruh skenario yang diuji memberikan hasil yang sesuai dengan ekspektasi sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan rule based expert system efektif dalam membangun modul pendukung keputusan kali ini. Tetapi, modul masih dapat dikembangkan dengan menambahkan data untuk membangun knowledge base atau mengintegrasikan modul dengan sistem yang ada pada klinik atau rumah sakit yang ada secara langsung

    Pembuatan Aplikasi Event Management System yang Usable untuk Event Asian Youth Day

    Get PDF
    Asian Youth Day (AYD) adalah sebuah acara kepemudaan untuk kaum Muda Katolik yang rutin diselenggarakan tiap tiga tahun. AYD diikuti ribuan peserta dari negara-negara di kawasan Asia. Menangani ribuan peserta dengan tingkat penerimaan teknologi yang berbeda-beda tentunya bukan hal yang mudah. Pada kesempatan AYD ke-7 di Yogyakarta, Indonesia dirancang sebuah sistem yang dikhususkan untuk menangani proses registrasi dari awal pendaftaran, pencatatan transportasi, pembagian akomodasi dan pengaturan kelompok sehingga peserta hanya tinggal membuka web AYD dari smartphone masing-masing untuk mengetahui segala hal yang telah diatur oleh panitia. Agar penyelenggaraan berikutnya sistem ini bisa digunakan kembali, perlu ada penelitian untuk mendukung perancangan sistem, yaitu dengan Usability Testing. Berdasarkan penelitian terhadap responden yang menjadi panitia, didapatkan tingkat efektivitas menggunakan task completion rate sebesar 99,16%. Tingkat efisiensi responden dalam mendapatkan informasi berada di kisaran 24 detik dari nilai benchmark di kisaran 21 detik. Nilai learnability meningkat sebesar 25% setelah responden mencoba sebanyak tiga kali. Dari kuisioner SUS didapat nilai satisfaction sebesar 3,61 dari skala 5 sehingga bisa dikatakan sistem adalah usable untuk penyelenggaraan berikutnya

    Pengembangan Aplikasi Konversi Representasi Not Balok Ke Not Angka Untuk Paduan Suara Campur

    Full text link
    Beam notation is a notation that is officially used in the whole world as an intermediary to do musical communication. In Indonesia, notation that is more absorbed and mostly easy to learn autodidactly is numbered notation, while beam notation is more difficult to learn and tend to be avioded. Traditionally, beam notation can be converted to numbered notation by fully relying on human skills and abilities. It is obvious that the conversion process would require much time and energy. Therefore, a new conversion application is developed to cope the conversion from beam notation into numbered notation specally for mixed choir, with representated in a XML file called MusicXML. MusicXML is a representation of beam notation that are more easily to be compressed and has a universal characteristic, can be opened in a wide range of applications. The purpose of this research was to design a fast, reliable and accurate application to convert beam notation into numbered notation for mixed choir which consist of multiple voice parts, according to the prevailing theory of music. Kata-kunci: rekayasa perangkat lunak, konversi notasi musik, MusicXM

    Klasifikasi Sentimen Pembeli Berdasarkan Layanan SMS ā€œSuara Konsumenā€ Terhadap Produk Menggunakan Metode K-nn

    Full text link
    Limited number of characters in an SMS causes the use of words and the structure of solid and compact but obviously become very important in presenting the content and purpose of the sender of the SMS. This research studied how the use of SMS classify structures and limited words to get the sentiment of an SMS service "Suara Konsumen" through text mining approach. This study uses K-NN algorithm in the classification, besides the K-NN algorithm of this study will be weighted words using TF-IDF methods, Feature Selection in the selection of words also Cosine Similiarity in measuring the degree of proximity between documents. In determining the success, measured the accuracy of the documents the trial and the results are very accurate with an average value of 89% accuracy on the variation of K and Feature Selection

    Klasifikasi Suara Manusia Ke Dalam Sopran, Mezzo Sopran, Alto, Tenor, Bariton, Bass Dengan Self Organizing Map

    Full text link
    Self Organizing Map adalah metode jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network) yang biasa digunakan untuk melakukan proses klasifikasi dengan sifat unsupervised learning atau pelatihan tak terbimbing. Cluster yang akan digunakan akan ditentukan secara manual hanya saja dalam prosesnya data yang masuk akan dikelompokan secara otomatis tanpa adanya intevensi dari sistem. Penelitian ini menerapkan Self Organizing Map untuk melakukan klasifikasi data berupa rekaman suara dengan format file WAV karena merupakan format audio yang belum terkompresi ke dalam sopran, mezzo sopran, alto, tenor, baritone, dan bass. Dalam pengambilan data untuk input melalui proses preemphasis, frame, blocking, dan windowing sebelum dirubah menjadi sinyal diskrit dengan Fast Fourier Transform. Data berupa rata-rata magnitude menjadi input dalam sistem klasifikasi Self Organizing Map. Dalam penelitian ini hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan karena data tidak mengelompok dengan baik.Self Organizing Map adalah metode jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network) yang biasa digunakan untuk melakukan proses klasifikasi dengan sifat unsupervised learning atau pelatihan tak terbimbing. Cluster yang akan digunakan akan ditentukan secara manual hanya saja dalam prosesnya data yang masuk akan dikelompokan secara otomatis tanpa adanya intevensi dari sistem. Penelitian ini menerapkan Self Organizing Map untuk melakukan klasifikasi data berupa rekaman suara dengan format file WAV karena merupakan format audio yang belum terkompresi ke dalam sopran, mezzo sopran, alto, tenor, baritone, dan bass. Dalam pengambilan data untuk input melalui proses preemphasis, frame, blocking, dan windowing sebelum dirubah menjadi sinyal diskrit dengan Fast Fourier Transform. Data berupa rata-rata magnitude menjadi input dalam sistem klasifikasi Self Organizing Map. Dalam penelitian ini hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan karena data tidak mengelompok dengan baik

    Perancangan Aplikasi Time Management Untuk Mahasiswa Berbasis Gamification

    Get PDF
    Students commonly encounter challenges in time organization due to assignments and distractions, notably social media. To solve this problem, the application was meticulously crafted employing Design Thinking principles and incorporating gamification elements to bolster student motivation. During the testing phase, Task Scenario was utilized to measure effectiveness, while the System Usability Scale (SUS) was employed to measure user satisfaction. Test results revealed an effectiveness rate of 87,2%, and the SUS yielded an average score of 65.7%. These findings categorize the application within the level D (OK) and high marginal acceptability ranges. It can be inferred that the application still functions normally, and a considerable number of users are able to accept and use it effectively.Mahasiswa sering menghadapi kendala dalam mengatur waktu karena banyaknya tugas dan distraksi contohnya media sosial. Untuk mengatasi masalah ini, aplikasi dikembangkan dengan pendekatan Design Thinking dan menggunakan elemen gamifikasi untuk meningkatkan motivasi mahasiswa. Pada tahap pengujian, digunakan Task Scenario untuk mengukur effectiveness dan System Usability Scale untuk mengukur satisfaction pengguna. Hasil pengujian menunjukkan tingkat effectiveness mencapai 87,2% dan hasil SUS mendaptakan rata-rata 65,7% sehingga termasuk pada kategori tingkat D (OK) dan acceptability ranges pada high marginal. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi ini masih dapat berjalan dengan normal dan beberapa pengguna masih dapat menerima dan menggunakannya dengan baik

    Sistem Check-In Di Lingkungan Sma Budya Wacana Dengan Memanfaatkan Qr Code Dan Geolokasi

    Get PDF
    Technology began to develop rapidly at that time. Many tools have been invented to facilitate human work, one of which is the Quick Response Code. QR Codes are two-dimensional matrix codes or barcodes created to allow scanners to respond quickly and receive data quickly. QR Codes can be used to manage the attendance of students, teachers, and school staff. This study defines a QR Code work system for student, teacher, and staff badges to manage student, teacher, and staff activity data and keep track of all students attending school. employee activities. This study uses the Waterfall System Development Life Cycle method. The key component of the system is a webcam scanner that reads QR Codes filled with master keys for student, teacher, and staff data. Attendance plays an important role in all institutions. This can lead to errors on the part of the school or students. For example, inefficient use of paper, absenteeism, missing monthly reports, missing wastepaper, etc. In addition, handwritten attendance carries the risk of absenteeism due to corruption of attendance data, which can lead to carelessness by employees and students.Technology began to develop rapidly at that time. Many tools have been invented to facilitate human work, one of which is the Quick Response Code. QR codes are two-dimensional matrix codes or barcodes created to allow scanners to respond quickly and receive data quickly. QR codes can be used to manage the attendance of students, teachers, and school staff. This study defines a QR code work system for student, teacher, and staff badges to manage student, teacher, and staff activity data and keep track of all students attending school. employee activities. This study uses the Waterfall System Development Life Cycle method. The key component of the system is a webcam scanner that reads QR codes filled with master keys for student, teacher, and staff data. Attendance plays an important role in all institutions. This can lead to errors on the part of the school or students. For example, inefficient use of paper, absenteeism, missing monthly reports, missing wastepaper, etc. In addition, handwritten attendance carries the risk of absenteeism due to corruption of attendance data, which can lead to carelessness by employees and students.   Intisariā€” Teknologi saat itu mulai berkembang pesat. Telah banyak ditemukan alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, salah satunya adalah Quick Response Code. Kode QR adalah kode matriks atau barcode dua dimensi yang dibuat untuk memungkinkan pemindai merespons dengan cepat dan menerima data dengan cepat. Kode QR dapat digunakan untuk mengelola kehadiran siswa, guru, dan staf sekolah. Studi ini mendefinisikan sistem kerja kode QR untuk lencana siswa, guru, dan staf untuk mengelola data aktivitas siswa, guru, dan staf serta melacak semua siswa pergi ke sekolah. aktivitas karyawan. Penelitian ini menggunakan metode Waterfall System Development Life Cycle. Komponen kunci dari sistem ini adalah pemindai webcam yang membaca kode QR yang diisi dengan kunci utama untuk data siswa, guru, dan staf. Kehadiran memainkan peran penting di semua institusi. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dari pihak sekolah atau siswa. Misalnya, penggunaan kertas yang tidak efisien, ketidakhadiran, laporan bulanan yang hilang, dan kertas bekas yang hilang. Selain itu, presensi tulisan tangan memiliki risiko presensi karena rusaknya data presensi yang dapat menimbulka

    ANALYSIS OF MTF, MTF-1 AND MTF-2 ALGORITHM ON BURROWS WHEELER COMPRESSION

    No full text
    Kebutuhan kompresi data teks di era komputasi awan saat ini masih cukup tinggi. Data teks perlu dikompresi sekecil mungkin agar mudah dikirimkan. Burrows Wheeler Compression Algorithm (BWCA) adalah salah satu algoritma kompresi teks jenis block sorting yang bersifat non-proprietary dan cukup populer digunakan. Dalam prosesnya, BWCA menggunakan metode pemrosesan awal yang disebut Global Structure Transformation (GST) untuk menyusun karakter agar lebih baik hasil kompresinya. Penelitian ini membandingkan tiga metode pemrosesan awal Move-to-Front, yaitu MTF, MTF-1 dan MTF-2. Bahan uji kompresi berupa data Alkitab Bahasa Inggris, Indonesia dan Jawa, dan beberapa data yang berasal dari Calgary Corpus. Oleh karena kompresi teks adalah kompresi yang bersifat lossless dan reversibel, maka selain melakukan pengujian untuk pengompresian data, juga dilakukan pengujian untuk pendekompresian data dengan Inverse Burrows Wheeler Transform. Pengujian kompresi dan dekompresi pada data Alkitab maupun Calgary Corpus berhasil dilakukan dan menunjukkan MTF-1 mampu memberikan rasio kompresi yang lebih baik dikarenakan jumlah total tiap bit pada proses Huffman lebih sedikit dibandingkan dua metode lainnya.The need for text data compression in the era of cloud computing is still quite high. Text data needs to be compressed as small as possible to be easily sent. Burrows Wheeler Compression Algorithm (BWCA) is a type of block sorting compression algorithm that is non-proprietary and is quite popular among other text compression algorithms. In the process, BWCA uses an initial processing method called Global Structure Transformation (GST) to arrange characters for better compression result. This study compared three Move-to-Front pre-processing methods, namely MTF, MTF-1 and MTF-2. Test materials are taken from English, Indonesian and Javanese Bible texts, and some testing data from the Calgary Corpus. Since text compression is a lossless and reversible compression, in addition to the whole process, researcher has also performed a decompression phase with Inverse Burrows Wheeler Transform. The result showed that MTF-1 method was able to provide a better compression ratio because the total number of each bit in the Huffman process was less than the other two methods
    corecore