15 research outputs found

    PERBEDAAN PROFIL LIPID PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DAN PENYAKIT JANTUNG NON INFARK MIOKARD AKUT

    Get PDF
    Latar Belakang: Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Salah satu faktor risiko terpenting terjadinya penyakit ini adalah diet tinggi lemak yang akan mempengaruhi profil lipid di dalam darah. Makanan sehari-hari orang Indonesia tidak sama dengan orang barat, hal ini mendorong berbagai penelitian untuk meneliti profil lipid pada pasien-pasien penyakit jantung di Indonesia. Tujuan: Menganalisis perbedaan profil lipid pada pasien infark miokard akut dan penyakit jantung non infark miokard akut di RSUP dr. Kariadi, Semarang. Metode: Merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. 80 pasien yang dirawat inap di RSUP Dr. Kariadi periode 2008-2012, yang terdiri dari 40 kasus dan 40 kontrol, diambil secara simple random sampling, kemudian ditelusuri data catatan medik pasien. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil: Tidak terdapat perbedaan proporsi nilai hiperkolesterolemia (p = 1,000; OR = 1,000 dan 95% CI = 0,293 – 3,412), LDL tinggi (p = 0,500; OR = 0,778 dan 95% CI = 0,193 – 3,137), HDL rendah (p = 1,000; OR = 1,000 dan 95% CI = 0,399 – 2,506), dan trigliserida tinggi (p = 0,499; OR = 0,630 dan 95% CI = 0,163 – 2,427) pada pasien infark miokard akut dibanding dengan penyakit jantung non infark miokard akut. Simpulan: Tidak terdapat hubungan hiperkolesterolemia, LDL tinggi, HDL rendah, dan trigliserida tinggi dengan kejadian infark miokard akut maupun penyakit jantung non infark miokard akut. Kata kunci: Profil lipid, infark miokard akut, kardiovaskuler, dislipidemi

    Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik RSUD Raa Soewondo Pati

    Full text link
    Latar Belakang : Hipertensi bukanlah penyakit yang dapat dipandang sebelah mata saja, sebab kondisi faktual menyatakan bahwa hipertensi dapat meningkatkan timbulnya beberapa komplikasi yaitu penyakit serebrovaskular, infark miokard, gagal jantung kongestif, dan insufisiensi renal. Hal tersebut akan menyebabkan disabilitas, membatasi aktivitas sehari-hari, fungsi sosial, dan status psikologis.Tujuan : Mengetahui hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian hipertensi stage 1 dan stage 2 pada pasien yang berobat di poliklinik RSUD RAA Soewondo Pati.Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 75 responden, yang menderita hipertensi. Penelitian dilakukan di poliklinik RSUD RAA Soewondo Pati pada bulan Maret 2016. Sampel diambil secara consequtive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung serta pemeriksaan fisik berupa pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda metode Backward Stepwise (Likelihood Ratio) pada program SPSS.Hasil : Hasil uji statistik dengan regresi logistik berganda tidak menunjukkan adanya perbedaan antara faktor risiko hipertensi stage 1 dan hipertensi stage 2 pada pasien yang berobat di poliklinik RSUD RAA Soewondo Pati yaitu usia (p = 0,83), riwayat keluarga (p = 0,615), merokok (p = 0,222), obesitas (p = 0,25), jenis kelamin (p = 0,713), konsumsi natrium ( p = 0,653), konsumsi lemak (p = 1), aktivitas (p = 0,673) dan alkohol (p = 0,606).Simpulan : Faktor risiko hipertensi usia, riwayat keluarga, merokok, obesitas, jenis kelamin, konsumsi natrium, konsumsi lemak, aktivitas dan konsumsi alkohol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kejadian hipertensi stage 1 dan stage 2

    Korelasi Lama Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Nefropati Diabetik : Studi Kasus Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang

    Get PDF
    Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit ke-6 penyebab kematian di dunia yakni mencapai 1.125.000 penderita pada tahun 2005. Nefropati Diabetika (ND) adalah komplikasi DM pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Biaya untuk menangani nefropati diabetik sangat besar, dan belum banyak penelitian tentang penyakit ini di Indonesia sebelumnya. Tujuan : Untuk mengidentifikasi seberapa besar korelasi antara kejadian ND dengan lama kejadian DM pada pasien DM RS Dr Kariadi Semarang.Metode : Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Responden diambil dari data catatan medis pasien DM Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang periode tahun 2008 sampai 2012. Data yang diambil adalah data onset DM, umur pasien, tekanan darah, dan riwayat DM keluarga. Analisa data menggunakan analisa deskriptif dan uji korelasi parsial, uji non parametrik Mann-Whitney, dan Uji Chi Square. Hasil : Uji chi square menunjukan hubungan yang bermakna antara hipertensi dan kejadian ND (p = 0,031). Dengan menggunakan korelasi parsial menunjukkan kekuatan hubungan antara onset DM dan kejadian ND adalah lemah (r = 0,240),dan bermakna (p = 0.027). Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna dengan kekuatan hubungan lemah antara onset DM dan kejadian ND

    Persepsi Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Permasalahan Disfungsi Ereksi

    Full text link
    Chronic Kidney Disease is a disorder of renal function are progressive and irreversible. Male patients with Chronic Kidney Disease undergoing hemodialysis may have an experience with sexual dysfunction problems is erectile dysfunction. The problem of erectile dysfunction can be a complex psychosocial problems such as depression. Perceptions and expectations of patients with chronic kidney disease who undergoing hemodialysis with erectile dysfunction to sexual fulfillment nursing care needs to be known and have not been studied until now. The research had toexplore the experiences of patients with chronic kidney disease who undergoing hemodialysis with erectile dysfunction. Methods of the research is a qualitative research design with a phenomenological approach. Subjects were patients with chronic kidney disease who undergoing hemodialysis with erectile dysfunction in Hemodialysis Unit RS Tk II.04.05.01 Dr.Soedjono Magelang many as seven people The collection of data by means of indepth interviews. The study was conducted in February-April 2016. In this research have the three themes, the perception initial of the chronic kidney disease and erectile dysfunction, the factors that cause erectile dysfunction, attitudes and feelings the patients related to the condition of erectile dysfunction.Patients with chronic kidney disease who undergoing hemodialysis with erectile dysfunction have a perception that the condition of the disease and hemodialysis therapy effect on erectile dysfunction problems

    Comparison Between Taichi Chuan and Jacobson\u27s Progressive Muscular Relaxation in Decreasing Cortisol Concentration on Pre-Hypertension Patients

    Full text link
    Nowadays, the prevalence of hypertension and its concomitant risk of cardiovascular and kidney disease development is increasing as the disability evidence in the society also rises. One of the potential risk factors of prehypertension is anxiety and it has already well-known that cortisol is a marker of anxiety. There are some nonpharmacologic methods to relieve anxiety: exercise and relaxation. Taichi Chuan is a low intensity aerobic exercise that also gives a relaxation effect.This study is organised to find out the effect of Taichi Chuan (TCC) and Jacobson\u27s Progressive Muscular Relaxation (JPMR) on cortisol level in pre hypertension patients. This is a pre and post-test design study with a total of 26 pre hypertension patients included. They were randomly divided into 2 groups. Group I performed Taichi Chuan exercise, while group II performed JPMR for 18 times. The intervention frequency was 3x/week for 6 weeks with 30 minutes duration for each session. In the study, which was held in April-June 2015, there was a decrease but no significant difference of cortisol concentration in both group.The comparison between groups also did not show statistical difference. However there were significant difference noted on the blood pressure before and after intervention in both groups

    Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Kenduruan, Kabupaten Tuban

    Full text link
    Latar Belakang : Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia adalah hipertensi, dikarenakan prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginja.Tujuan : Mengetahui hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian hipertensi derajat 1 dan derajat 2 pada Pasien yang berobat di Puskesmas Kenduruan , Kabupaten Tuban, Jawa Timur.Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 75 responden yang menderita hipertensi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kenduruan, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban pada bulan Maret 2016. Sampel diambil secara konsekutif sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung serta pemeriksaan fisik berupa pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda metode Backward Stepwise (Likelihood Ratio) pada program SPSS.Hasil : Hasil uji statistik dengan regresi logistik berganda tidak menunjukkan adanya perbedaan antara faktor risiko hipertensi stage I dan hipertensi stage II pada masyarakat di Puskesmas Kenduruan, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban. Dengan riwayat keluarga (p = 0,586; OR = 1,36 dan 95% CI = 0,449 – 4,117), usia ( p = 1,000; OR = 1,131 dan 95% CI = 0,27 – 4,72), merokok (p = 1,000; OR = 0,94 dan 95% CI = 0,18 – 5,05), obesitas (p = 0,749; OR = 1,18 dan 95% CI = 0,33 – 4,28), jenis kelamin ( p = 0,725; OR = 0,69 dan 95% CI = 0,19 – 2,54), konsumsi garam (p = 1,000; OR = 0,5 dan 95% CI = 0,06 – 4,35), konsumsi lemak (p = 0,72; OR = 0,082 dan 95% CI = 0,11 – 2,8 ), aktivitas fisik (p = 0,033; OR = 4,32; 95% CI = 1,28 – 14,58 ) dan konsumsi alkohol (p = 1,000 ).Simpulan : Riwayat keluarga, usia, merokok, obesitas, jenis kelamin, konsumsi garam, konsumsi lemak, aktivitas fisik dan konsumsi alkohol tidak didapatkan hasil yang berbeda sebagai faktor-faktor risiko hipertensi stage I maupun hipertensi stage II

    Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang

    Full text link
    Background: Hypertension is a public health problem for considering the high prevalence in Indonesia. Hypertension can lead to complications such as heart disease, stroke, and kidney failure. Hypertension is caused by the interaction of various risk factors.Objectives: For knowing the risk factors that influence hypertension on the people of Kabongan Kidul village, Rembang Regency, Central Java.Methods: This research type is analytic observational study with case control approach. The subjects in this study amounted to 106 respondents, consisting of 53 cases and 53 controls. The study was conducted in the village of Kabongan Kidul, Rembang regency in March 2012. Samples were taken by simple random sampling. Data were obtained through questionnaires and direct interviews and physical examinations of blood pressure, height, and weight measurement. Data analysis was carried out in stages include univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression test of Backward Stepwise method (Likelihood Ratio) on SPSS program.Results: The results of statistical tests indicate a risk factor for hypertension in the community of Kabongan Kidul village, Rembang Regency is the (p = 0,0026; OR = 11,340 and 95% CI = 1,346 – 95,553), family history (p = 0,000; OR = 14,378 and 95% CI = 4,027 – 51,332), smoking (p = 0,010; OR = 9,537 and 95% CI = 1,728 – 52,634), and obesity (p = 0,007; OR = 9,051 and 95% CI = 1,804 – 45,420), while the consumption of gender, salt consumption, fat consumption, and activity factor has no effect.Conclusion: The factors that proved to be a risk factor for hypertension were age, family history, smoking, and obesity, while the factors that are not proven as risk factors for hypertension are gender, salt consumption, fat consumption, and activity

    DISTRIBUSI GEJALA KLINIK PENDERITA SINDROM NEFROTIK BERDASARKAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RSUP DR.KARIADI TAHUN 2008-2013

    Get PDF
    Latar Belakang Sindrom nefrotik memiliki gejala klinik yang bermacam – macam antara lain edema, hipoalbumin, dan proteinuria. Penyakit ini juga memiliki gambaran histopatologi yang beraneka ragam. Menurut Wiguno terdapat gejala klinik yang khas pada masing – masing gambaran histopatologi. Tujuan Mengetahui distribusi gejala klinik penderita sindrom nefrotik berdasarkan gambaran histopatologi. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel adalah catatan medik dari 31 penderita sindrom nefrotik yang telah dibiopsi dan dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode tahun 2008 – 2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Uji statistik menggunakan uji chi-square. Hasil Pada hasil biopsi MCD (Minimal Change Disease) dan MPGN (Membranoproliferative Glomerulonephritis) masing – masing memiliki gejala klinik yang khas yaitu diawali oleh ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan terdapat gangguan lapang pandang. Pada uji chi-square didapatkan pengaruh yang signifikan pada MCD (p=0,002) dan MPGN (p=0,002). Sedangkan, pada hasil biopsi MN (Membranous Nephropathy) dan FSGS (Focal Segmental Glomerulosclerosis) masing – masing memiliki gejala klinik proteinuria dan hematuria. Namun, dari uji chi-square tidak didapatkan pengaruh yang signifikan pada MN (p=0,976) dan FSGS (p=0,129). Kesimpulan Ditemukan adanya gejala klinik yang khas pada MCD dan MPGN. Sedangkan untuk MN dan FSGS tidak ditemukan adanya gejala klinik yang khas. Kata kunci sindrom nefrotik, histopatologi

    Hubungan Antara Pemakaian Efavirenz Dengan Efek Samping Neuropsikiatri Pada Pasien Hiv/aids

    Full text link
    Background: HIV/AIDS has been a global problem. Antiretroviral therapy is currently an effective therapy for HIV/AIDS. Efavirenz is an antiretroviral agent which commonly cause neuropsychiatric adverse events.Aim: To investigate the association between efavirenz and neuropsychiatric adverse events.Methods: This cross-sectional study included 43 subjects (24 men and 19 women). Twenty subjects used efavirenz and twenty three subjects didn't use efavirenz. Neuropsychiatric adverse events were assessed with SMMSE for cognitive impairment; DASS 21 for depression disorder, anxiety disorder, and stress disorder; PQ-16 for psychosis; and PSQI for sleep disturbance.Results: Neuropsychiatric adverse events were more common in patients using efavirenz. Fisher's exact test between efavirenz and cognitive disturbance showed significant association (p= 0,039). The significant result was also showed between efavirenz and anxiety disorder (p= 0,017) as well as between efavirenz and psychosis (p= 0,017). Chi-square test between efavirenz and sleep disturbance showed significant association (p= 0,017). The association test between efavirenz and depression disorder along with association test between efavirenz and stress disorder showed no significant result.Conclusions: Efavirenz was significantly associated with cognitive impairment, anxiety, psychosis, and sleep disturbance. There was no significant association of efavirenz with depression disorder and stress disorder
    corecore