5,086 research outputs found

    Sullivan\u27s Cultivating the genius of black children: Strategies to close the achievement gap in the early years (Book Review)

    Full text link
    Sullivan, D. R. (2016). Cultivating the genius of black children: Strategies to close the achievement gap in the early years. St. Paul, MN: Redleaf Press. 166 pp. $29.95. ISBN 978160554405

    Soloing with Friends

    Full text link

    Perceived School Style and Academic Outcomes among Ethnically Diverse College Students

    Get PDF
    Students’ perceptions of their schools play an important role in achievement. One framework for measuring students’ perceptions is an adaptation of Baumrind’s parenting typology, which measures perceived “school style” (Pellerin, 2005) along two dimensions of responsiveness (warmth) and demandingness (high academic expectations). Although research suggests that perceptions of authoritative styles (both responsive and demanding) correlate with better student outcomes (Dornbusch et al., 1987), no existing research has considered whether these findings apply to ethnically diverse samples. We surveyed 301 students from five Midwestern colleges who completed measures of perceived school style, perceived discrimination, and several academic outcomes. Academically stigmatized students (African Americans and Latinos) perceived similar levels of demandingness but significantly lower levels of responsiveness from their instructors than did their non-stigmatized peers. Importantly, perceived discrimination in college fully mediated this relationship. With regard to the academic outcome variables, we found a significant interaction between responsiveness and demandingness such that only students who perceived high levels of both showed higher levels of attendance and out-of-class engagement. Finally, we found a significant three-way interaction between responsiveness, demandingness, and academic minority status in predicting academic efficacy. High levels of responsiveness and demandingness were related to increased academic efficacy only for non-academically stigmatized students. These results imply not only that the benefits of perceived school responsiveness and demandingness often depend on one another, but also that these benefits do not always apply equally to all students

    Interpreting the Electron EDM Constraint

    Full text link
    The ACME collaboration has recently announced a new constraint on the electron EDM, de<1.1×1029ecm|d_e| < 1.1 \times 10^{-29}\, e\, {\rm cm}, from measurements of the ThO molecule. This is a powerful constraint on CP-violating new physics: even new physics generating the EDM at two loops is constrained at the multi-TeV scale. We interpret the bound in the context of different scenarios for new physics: a general order-of-magnitude analysis for both the electron EDM and the CP-odd electron-nucleon coupling; 1-loop SUSY, probing sleptons above 10 TeV; 2-loop SUSY, probing multi-TeV charginos or stops; and finally, new physics that generates the EDM via the charm quark or top quark Yukawa couplings. In the last scenario, new physics generates a "QULE operator" (qfσˉμνuˉf)(σˉμνeˉ)(q_f \bar{\sigma}^{\mu \nu}{\bar u}_f) \cdot (\ell {\bar{\sigma}}_{\mu \nu} {\bar e}), which in turn generates the EDM through RG evolution. If the QULE operator is generated at tree level, this corresponds to a previously studied leptoquark model. For the first time, we also classify scenarios in which the QULE operator is generated at one loop through a box diagram, which include SUSY and leptoquark models. The electron EDM bound is the leading constraint on a wide variety of theories of CP-violating new physics interacting with the Higgs boson or the top quark. We argue that any future nonzero measurement of an electron EDM will provide a strong motivation for constructing new colliders at the highest feasible energies.Comment: 23 pages plus appendices, 16 figure

    Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Stad Dengan Peer Assesment Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaranananalitisdan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar siswapada materi dinamika gerak rotasi.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakanpada bulan April 2013 - Januari 2014 di SMA 1 Bae Kudus kelas XI IPA-3, tahun pelajaran 2013/2014 yangterdiri 35 siswa. Prosedur penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan,tahap observasi dan tahap refleksi. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. siklus I siswa belajar denganmodel STAD dan peer assessment aktivitas. Siklus II, siswa belajar dengan model STAD dilengkapi peerassessment aktivitas dan kemampuan penalaran analitis. Data prestasi belajar kognitif dan kemampuanberfikir analitis diambil dengan tes kognitif, observasi atau pengamatan.Kesimpulan penelitian: 1) ModelSTAD dengan peer assessment dapat terlaksana dengan baik melalui dua siklus, 2) Model STAD denganpeer assessment dapat meningkatkan kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar siswa pada materidinamika gerak rotasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan peer assessment berpengaruhterhadap kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar. Siswa yang mempunyai peer assessment tinggikemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar tinggi. Sedangkan siswa dengan peer assessment rendahkemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar lebih rendah. Hal ini terjadi karena dalam peerassessment, siswa menilai pekerjaan teman-temannya yaitu siswa dituntut untuk menggunakankemampuannya memeriksa pekerjaan temannya. Siswa juga dituntut untuk bersikap jujur, tanggung jawab,dan aktif. Rincian hasil belajar sebagai berikut: a) terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yangmencapai ketuntasan belajar kognitif dari sebelum tindakan (34,29%), siklus I (57,14%), dan siklus II(85,71%), b) terjadi peningkatan capaian rata kemampuan penalaran analitis dari kategori sangat baik siklus I(74,29%), siklus II (88,57%) sebesar (7,43%) dan terjadi penurunan capaian rata-rata dengan kategori baikdari siklus I (25,71%), siklus II (11,43%) sebesar 4,28%, yang disebabkan jumlah populasi kategori sangatbaik bertambah, c) terjadi peningkatan capaian rata-rata prestasi belajar, sebelum tindakan (62,34), setelahsiklus I (77,49), dan pada siklus II (82,57)

    Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen Dan Proyek Ditinjau Dari Aktivitas Dan Sikap Ilmiah Siswa

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen dan proyek,aktivitas, sikap ilmiah, dan interaksinya terhadap prestasi belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorsiswa.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan dilaksanakan dari bulan Juni 2013 – Desember2013. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran2013/2014. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, XI IPA1dan XI IPA3. Kelas XI IPA1 diberi pembelajaran dengan metode proyek dan kelas XI IPA3 diberipembelajaran dengan metode eksperimen. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajarkognitif, angket aktivitas, sikap ilmiah, dan prestasi afektif serta lembar observasi untuk psikomotor siswa.Hipotesis diuji menggunakan ANOVA dengan desain faktorial 2x2x2 sel tak sama dengan bantuan softwarePASW versi 18. Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan metode eksperimen danproyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa; 2) tidak ada pengaruh aktivitasterhadap prestasi belajar kognitif, tetapi ada pengaruh terhadap prestasi afektif dan psikomotor siswa; 3) adapengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik namun tidak memberikanpengaruh terhadap prestasi afektif siswa; 4) tidak ada interaksi antara metode dengan aktivitas siswa terhadapprestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa namun ada interaksi dengan prestasi afektif siswa; 5) adainteraksi antara metode dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif tetapi tidak ada interaksidengan afektif dan psikomotor siswa; 6) tidak ada interaksi antara aktivitas dengan sikap ilmiah siswaterhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa; 7) tidak ada interaksi antara metode, aktivitasdan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa

    Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Problem Solving Melalui Metode Demonstrasi Dan Eksperimen Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) peningkatan motivasi belajar siswa dengan pendekatanProblem Solving melalui metode demonstrasi dan eksperimen; 2) peningkatan hasil belajar siswa denganpendekatan Problem Solving melalui metode demonstrasi dan eksperimen. Penelitian ini merupakanPenelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri empat tahap yaitu:perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo kelas XIIPA 3 semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Juli - Desember 2013 dan teknik pengumpulandata menggunakan cara pengamatan, angket, dan tes obyektif. Hasil penelitian menunjukkan motivasi danhasil belajar siswa mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa pada kondisi awal atau pra siklus rata-rataklasikal 69,44%, siklus I 83,33%, dan siklus II 91,67%, pada aspek kognitif rata-rata klasikal kondisi awal61,11%, siklus I 77,78%, dan siklus II 88,89%, pada aspek afektif rata-rata klasikal kondisi awal 77,78%,siklus I 86,1%, dan siklus II 94,44% sedangkan pada aspek psikomotorik rata-rata klasikal kondisi awal75,00%, siklus I 80,56%, dan siklus II 91,66%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: 1) pembelajaranProblem Solving melalui metode demonstrasi dan eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 2)pembelajaran Problem Solving melalui metode demonstrasi dan eksperimen dapat meningkatkan hasil belajarsiswa
    corecore