130 research outputs found

    Perbedaan Profil Protein Produk Olahan (Sosis) Daging Babi Dan Sapi Hasil Analisa SDS-PAGE

    Get PDF
    Meningkatnya kebutuhan konsumsi protein hewani, khususnya daging tidak luput dari beragammasalah, di antaranya kekhawatiran adanya kandungan babi sebagai bahan baku dalam produk olahan(sosis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil protein daging sapi dan babi dalamkeadaan mentah dan produk olahan (sosis) berdasarkan karakteristik berat molekul (BM) sebagai dasaruntuk pengembangan metode analisa kehalalan pangan. Penelitian diawali dengan isolasi protein daridaging mentah (sapi dan babi) dan sosis (sapi dan babi) yang meliputi sosis komersil dan olahansendiri. Isolat protein yang dihasilkan dari masing-masing sampel dikarakterisasi dengan SodiumDodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) 10%(v/v) untuk mengetahui BM(kDa) protein terlarut. Penghitungan BM dilakukan melalui regresi linear y =-0,9259x+2,2188 denganR2=0,9662, yang diperoleh dari protein standar sebagai marker. Hasil penelitian yang dilakukanmenunjukkan terdapat 3 pita spesifik pada sapi mentah yang tidak dimiliki babi mentah yaitu pada Rf0,29; 0,71; dan 0,88 dengan BM sekitar 89,2 kDa; 36,4 kDa dan 25,3 kDa. Selain itu pada sosis sapikomersil ditemukan pita tebal dengan BM sekitar 45,1 kDa dan pada sosis babi komersil ditemukanpita tebal dengan BM sekitar 69 kDa. Secara keseluruhan, pada sampel sosis, protein yang terkandungsulit untuk dikarakterisai dengan elektroforesis SDS-PAGE karena sebagian protein tersebut telahterdegradasi

    Pengendalian Hayati Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang Dengan Pseudomonas Fluorescens Dan Gliocladium SP.

    Get PDF
    . Fusarium wilt caused by F. oxysporum f.sp. cubense is a main constrain in bananas plantation throughout the world, including in Indonesia. The objectives of this research were to study the effect of P. fluorescens and Gliocladium sp. in the development of wilt disease intensity on banana plants, and to know the application methods of the biological agents to control the disease. The experiment was conducted in the farmer's area where the disease was reported in endemics level in Selayo district Solok country from April 2000 until March 2001. Randomized block design with seven treatments and three replications were used. The result showed that application by pour P. fluorescens or Gliocladium sp. suspension to soil around banana seedling rhizosfeer reduced the diseased plants in the field. It seems that the antagonistic microbes should be applicated several times to reduce the diseased plants perfectly

    Pendugaan Ploidi Dan Kekerabatan Beberapa Aksesi Pisang Hasil Koleksi Balitbu Tropika Solok

    Full text link
    The research on estimation ploidy and genetic relationships between sample collections from Solok Balitbu Tropic has been studied from Mei 2012 until November 2013. This study was done on experimental garden in Solok Balitbu Tropic and Genetic and Sitology Laboratory, Faculty of Math and Natural Science Andalas University. The aims of this study were to reveal the rate of ploidy on some bananas accession by using Stover and Simmonds (1987) scoring system and to relieve the rate of ploidy on some bananas accession based on quantity of chromosomes. The result revealed that the rate ploidy from 20 bananas accession the presence of 8 accessions of banana AA / AAA genome, AAB genome 8 accessions of banana and 4 banana accessions AB genome. Genetic relationship from dendrogram analysis showed that there were four groups bananas accession. Groups I, III, and IV were closely related toM. Acuminata, while group II related to M. balbisian

    Eradikasi Tanaman Pisang Terinfeksi Fusarium Menggunakan Glifosat Dan Minyak Tanah

    Full text link
    . Hermanto, C., Eliza, and D. Emilda. 2009. Eradication of Fusarium Infected Banana PlantUsing Glyphosate and Kerosene. Fusarium wilt disease is one of the major constraints of world banana production.Management of diseased plants becomes a critical issue in disease control. Research was aimed to gain information offusarium development from infected tissue and method to eradicate dying-infected plant. The research was conductedin Plant Protection Laboratory and Aripan Experimental Farm, Indonesian Tropical Fruit Research Institute from July2007 to March 2008, consisting of 3 steps, namely (1) in vitro sporulation of fusarium from dying-infected tissue,(2) study of fusarium sporulation from dying-infected tissue on sterile soil, and (3) chemical eradication of fusariumwilt dying plants. The results showed that (a) cutting of dying-infected tissue stimulated conidiophore formation,sporulation, and conidial production, (b) increase of the surface of dying-infected tissue by 4.5 times resulted inincrease of conidial production until 14.83 times, (c) phytotoxic of banana plant started appearing on 3-4 days afterapplication of glyphosate herbicide, and reached total necrotic on 14-16 days, and (d) 10 ml glyphosate injectioncaused phytotoxis on leaves, petioles, pseudostem, and fruits, resulting in the best eradication method for fusariumwilt dying plant with highest severity and incidence of leaf necrosis, and pathogen mortality. The results can be usedto properly manage fusarium wilt dying-infected banana plant

    Pemanfaatan Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri untuk Pengendalian Fusarium Oxysporum F. SP. Cubense Penyebab Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang

    Full text link
    Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang. Teknik pengendalian yang efektif dan berwawasan lingkungan perlu terus diupayakan, di antaranya melalui penggunaan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian daun beberapa tumbuhan penghasil minyak atsiri terhadap jumlah propagul awal Foc dalam tanah dan pengendalian penyakit layu Fusarium pisang pada skala rumah kasa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2009. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ialah acak kelompok dengan lima perlakuan dan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas lima tanaman. Perlakuan tersebut adalah empat jenis daun tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu : (A) daun nilam, (B) serai, (C) daun kayu manis, (D) daun cengkeh, dan (E) tanpa perlakuan (kontrol). Tanaman uji adalah bibit pisang Ambon Hijau hasil perbanyakan kultur jaringan umur 2 bulan setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun tumbuhan penghasil minyak atsiri mampu menekan jumlah propagul awal Foc di dalam media tanam. Persentase penurunan propagul Foc awal dalam media yang berumur 5 minggu setelah pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri berkisar antara 50,1-70,6%. Semua perlakuan, kecuali daun nilam, juga mampu memperlambat munculnya gejala atau masa inkubasi penyakit. Masa inkubasi penyakit paling lama terjadi pada perlakuan pemberian daun cengkeh, diikuti dengan perlakuan pemberian daun kayu manis dan daun serai dengan perpanjangan masa inkubasi masing-masing sampai 22 dan 15 hari dibandingkan dengan kontrol. Pemberian daun tumbuhan mengandung minyak atsiri belum berakibat pada penurunan persentase dan intensitas serangan penyakit, sehingga perlakuan pemberian tumbuhan penghasil minyak atsiri perlu dikombinasikan dengan metode pengendalian lain agar lebih efektif dalam menekan penyakit layu Fusarium.Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) is the most important disease on banana. Effective and environmental friendly techniques in controlling the disease need to be effort continually, among of them are with application of biopesticide to suppres Foc. The objectives of the research were to know the effect of some plant producing essential oils on initial number of propagule of Foc in soil and disease development of Fusarium wilt of banana. The research was conducted at Indonesian Tropical Fruits Research Institute Solok from February to June 2009. A randomized block design with five treatments and four replications was used, whereas each treatment consisted of five plants. Four types of plant producing essential oils as treatments, namely (A) crude of patchouly leaves, (B) crude of lemon grass, (C) crude of cassia leaves, (D) crude of clove leaves, and (E) water as control treatment were used. Ambon Hijau cultivar derived from tissue culture propagation of 2 months after acclimatization was used as experiemental material. The result showed that application of leaves of plant producing essential oils decreased initial number of Foc propagules in the banana cultivation media. Percentage of reducing the number of initial propagule of Foc in medium after infestation of plant producing essential oils ranged between 50.1-70.6%. All application of plant producing essential oils, except crude of patchouly leaves, was effective to reduce the incidence of wilting or incubation period of the disease. The longest disease incubation period was determined on treatment with clove leaves, followed by cassia and lemon grass leaf with extending incubation period up to 22 and 15 days respectively compared to control. Application of the plant producing essential oils was not successfully applied in suppressing the percentage of wilt and disease intensity on banana under screenhouse condition. Therefore combination treatments with other techniques in conjunction to improve the effectivity of the plants in controlling Fusarium wilt disease are suggested

    Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang di Provinsi NAD: Sebaran dan Identifikasi Isolat Berdasarkan Analisis Vegetative Compatibility Group

    Full text link
    . Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc) merupakan penyakit paling berbahaya pada tanaman pisang. Untuk mendapatkan teknik pengendalian yang tepat, maka informasi tentang distribusi dan karakter biologi patogen tersebut perlu diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi penyakit layu Fusarium di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan varietas pisang yang diserangnya serta mengidentifikasi isolat Foc berdasarkan analisis vegetative compatibility group (VCG). Survei dan pengumpulan sampel tanaman pisang terserang penyakit dilakukan pada bulan Januari 2007 dan Juli 2008. Isolasi dan pemurnian isolat dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika Solok pada bulan Februari 2007 dan Agustus 2008. Analisis VCG dilakukan di Departement of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sejak bulan Juli 2007 sampai bulan Juli 2009. Tester VCG berjumlah 17 nomor yang berasal dari Department of Primary Industry, Plant Pathology Section, Indooroopilli Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit layu Fusarium ditemukan di semua lokasi pengamatan di Provinsi NAD pada empat varietas pisang, yaitu Barangan (AAA), Raja (AAB), Kepok (ABB/BBB), dan Siem (ABB). Dari 50 isolat Foc yang dikoleksi terkelompok ke dalam dua VCG, 37 isolat (74%) termasuk dalam VCG 01213/16 (Tropical Race 4), ditemukan pada tiga varietas (Barangan, Kepok, dan Raja), sembilan isolat masuk VCG 01218 (Ras 1) ditemukan hanya pada varietas Siem, sedangkan VCG empat isolat yang menyerang pisang varietas Siem belum ditemukan. Foc VCGs 01213/16 (TR4) paling dominan ditemukan di Provinsi NAD, baik dari jumlah, sebaran lokasi, maupun ragam varietas yang diserangnya. Data ini menginformasikan bahwa pengembangan tanaman pisang di Provinsi NAD harus dilakukan secara selektif serta mempertimbangkan langkah-langkah preventif dan pengendalian yang tepat

    Rasio Input Energi dan Volume Reaktan pada Penerapan Ultrasonik untuk Pengolahan Biodiesel

    Full text link
    The application of ultrasonic on biodiesel processing can increase the reaction rate and improve theconversion of plant oils into biodiesel. Factors affecting the rate of reaction on the application of ultrasonicwaves for biodiesel processing are temperature increasing, acoustic mixing, onset of cavitations andsurface tension on the micro bubble, and the formation of hot spots in the form of instantaneous pressureand high temperature on the molecular scale. The vibrator dipped into the reactants transferred mechanicalenergy which was transformed into heat, cavitations and hot spots. This research was conducted to seethe effect of the volume ratio of reactants and input energy on the rate of conversion of triglycerides intobiodiesel. The results of this study demonstrated a significant effect of the energy input to the conversion oftriglycerides into biodiesel. The greater specific input energy produced the higher conversion and the higherreaction rate. Input energy by using ultrasonic was significantly lower than the use of a mechanical stirrer

    Pengembangan Marka SNAP Berbasis Resistance Gene Analogue Pada Tanaman Pisang (Musa Spp.)

    Full text link
    Pengembangan kultivar pisang tahan penyakit secara konvensional menghadapi kendala utama, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk seleksi dan evaluasi tanaman hasil persilangan. Oleh karena itu dilakukan pendekatan bioteknologi melalui pengembangan marka molekuler untuk mempercepat capaian program pemuliaan. Tujuan penelitian ialah mengembangkan marka SNAP untuk seleksi ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit berdasarkan substitusi basa nukleotida atau single nucleotide polymorphism (SNP) pada fragmen resistance gene analogue (RGA) asal tanaman pisang (MNBS). Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekular Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, mulai Bulan Juli sampai November 2012. Penelitian menggunakan sembilan sekuen MNBS yang terdeposit pada bank data NCBI untuk mendisain primer SNAP yang diperlukan. Dari 30 posisi SNP yang ada pada fragmen MNBS, terdapat 19 posisi SNP yang menyebabkan Perubahan asam amino yang disandikan. Delapan posisi SNP di antaranya dapat digunakan untuk pengembangan marka SNAP. Dengan menggunakan perangkat lunak WebSNAPER, primer SNAP berhasil didisain dari delapan posisi SNP. Namun satu posisi SNP menghasilkan seperangkat primer yang tidak layak pakai. Dari 64 alternatif primer SNAP yang dihasilkan berhasil dipilih 14 pasang primer SNAP. Sepuluh dari 14 pasang primer terpilih, dihasilkan dari posisi SNP1, SNP2, SNP4, SNP5, dan SNP6. Sepuluh pasang primer SNAP terpilih juga telah diuji dan berhasil mengamplifikasi marka SNAP menggunakan DNA genom pisang cv. Klutuk Wulung dan Barangan. Sepuluh pasang primer SNAP tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai marka ketahanan terhadap penyakit padatanaman pisang secara umum
    • …
    corecore