24 research outputs found

    Capillary Haemangioma of Nasal Septum

    Get PDF
    AbstrakCapillary haemangioma is a benign, rapidly growing lesion of the skin and mucous membranes. It may rarely present as a mass of considerable size and thus entirely fill the nasal cavity. Its etiology remains obscure. Capillary haemangioma usually involves the gingiva, lips, tongue, and buccal mucosa. However, the nasal cavity is a rare location for this lesion. The most common symptoms are unilateral epistaxis and nasal obstruction. The treatment of choice is surgery to remove the tumour even for large lesion. A case of capillary haemangioma at anterior nasal septal in 6 years old girl had been treated with extirpation.Kata kunci: Capillary haemangioma, nasal septum, epistaxis, diagnosis, treatmentAbstractHaemangioma kapiler merupakan suatu lesi jinak pada kulit dan mukosa dengan pertumbuhan yang cepat. Meskipun jarang berukuran besar, namun dapat memenuhi seluruh kavum nasi. Etiologinya sampai sekarang masih belum jelas. Haemangioma kapiler sering terdapat pada ginggiva, bibir, lidah dan mukosa bukal. Kavum nasi merupakan lokasi yang jarang terdapatnya haemangioma kapiler. Gejala yang paling sering adalah unilateral epistaksis dan sumbatan hidung. Pembedahan untuk mengangkat tumor ini merupakan terapi pilihan meskipun berukuran besar. Suatu kasus haemangioma kapiler septum anterior pada anak perempuan berumur 6 tahun telah dilakukan ekstirpasi sebagai terapi.Keywords: Haemangioma kapiler, septum nasi, epistaksis, diagnosis, penatalaksanaa

    Giant Parotid Pleomorphic Adenoma Involving Parapharyngeal Space

    Get PDF
    AbstrakLatar belakang: Pleomorfik adenoma parotis merupakan tumor jinak kelenjar liur yang paling sering ditemukan, namun pleomorfik adenoma parotis yang sangat besar sehingga melibatkan ruang parafaring (RPF) sangat jarang. Diagnosis ini sulit ditegakkan karena gejala klinisnya tidak khas. Penatalaksanaanya harus hati-hati mengingat banyak struktur vital yang beresiko mengalami trauma. Tujuan: Bagaimana menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pleomorfik adenoma parotis yang melibatkan RPF. Kasus: Seorang pasien perempuan 27 tahun ditegakkan diagnosis pleomorfik adenoma parotis kanan dengan melibatkan RPF. Terdapat pembengkakan pada leher yang bersifat asimtomatis dan gejala pendorongan faring dan laring yang menyebabkan disfonia, disfagia, dan defisit saraf kranial IX,X,XII. Penatalaksanaan: Pasien telah dilakukan operasi parotidektomi pendekatan transervikal–transparotid dengan preservasi arteri karotis eksterna dan saraf fasialis. Kesimpulan: Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) dan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting untuk menegakkan diagnosis. Penatalaksanaan pleomorfik adenoma parotis yang melibatkan RPF adalah bedah ekstirpasi komplit dengan beberapa pendekatan. .Kata kunci: tumor jinak kelenjar liur, pleomorfik adenoma, ruang parafaringAbstractBackground: Parotid pleomorphic adenoma is the most common benign salivary gland tumor, while giant parotid pleomorphic adenoma involving the parapharyngeal space (PPS) is rare. It was difficult to diagnose because the clinical presentation of this tumor can be subtle. The management must be performed carefully due to anatomy relation to complex vital structure lead to traumatic injury highrisk. Purposes: How to make diagnosis and management parotid pleomorphic adenoma involving PPS. Case: A female 27 years old with diagnosis was giant parotid pleomorphic adenoma involving PPS. There was asymptomatic swelling of the neck and presence of pushing the pharynx and larynx medially causes dysphonia, dysphagia, and IX,X,XII cranial nerves deficit. Management: The patient has been performed parotidectomy with transcervical-transparotid approaches by preservation of the external carotid artery and facial nerve. Conclusion: Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) and imaging are essential for diagnostic. The management of parotid pleomorphic adenoma involving PPS is surgical complete extirpation with various approaches.Keywords:benign salivary gland tumor, pleomorphic adenoma, parapharyngeal spac

    Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi

    Get PDF
    AbstrakAbses septum nasi adalah terkumpulnya pus di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Abses septum dapat menyebabkan hidung pelana bahkan komplikasi intrakranial, sehingga diperlukan diagnosis dan tindakan yang tepat dan cepat. Telah dilaporkan satu kasus abses septum pada wanita umur 34 tahun dan telah dilakukan insisi dan eksplorasi abses dalam narkose umum.Kata kunci: Arial 9 Kata Kunci: Abses septum nasi, hematoma septum, hidung pelana.AbstractNasal septal abscess is defined as pus accumulation between cartilage and mucopericondrium or septal bone and mucoperiosteum which is layer it. Septal abscess can cause saddle nose even intracranial complications, requiring additional diagnosis and appropriately and quickly management. Reported one case of septal abscess in woman 34 years old and has been done the abscess incision and exploration in general anaesthesia.Keywords:Nasal septal abscess, haematoma septum, saddle nose

    Epistaksis dan Hipertensi : Adakah Hubungannya?

    Get PDF
    Abstrak Latar Belakang: Epistaksis merupakan suatu kondisi klinis yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua umur dengan banyak variasi penyebabnya. Salah satu faktor risiko yang diduga ikut berperan dalam terjadinya epistaksis adalah hipertensi. Tujuan: Menjelaskan hubungan antara epistaksis dengan hipertensi. Tinjauan Pustaka: Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung, tapi memperberat episode epistaksis. Mengendalikan tekanan darah sebagai salah satu faktor risiko, akan menurunkan insiden terjadinya epistaksis. Di ruang gawat darurat, pemberian obat anti hipertensi diberikan sebelum atau bersamaan dengan manajemen epistaksis itu sendiri. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara epistaksis dengan hipertensi yang berlangsung lama dan adanya hipertrofi ventrikel kiri. Kata kunci : Hipertensi, kegawatdaruratan, penatalaksanaan epistaksis. Abstract Background: Epistaxis is a common clinical problem in all age groups with varied etiological factors. Hypertension has been suggested as a risk factor in epistaxis case. Purpose: To explain relationship between epistaxis and hypertension. Review: It has been suggested that hypertension does not cause epistaxis directly, but hypertension prolongs the episode of epistaxis when it does occur. The controlling for blood pressure as a risk factor will be decreased the incidencies of epistaxis. In emergency rooms, high blood pressure is usually treated before or in parallel with the management of epistaxis. Conclusion: There was an association between epistaxis and long duration of hypertension in adult and left ventricle hypertrophy. Key words : Hypertension, emergency case, management of epistaxis

    Maksilektomi Total Dengan Eksenterasi Orbita Pada Karsinoma Mukoepidermoid Sinonasal

    Get PDF
    Abstrak Karsinoma mukoepidermoid sinonasal merupakan salah satu tumor ganas pada saluran nafas atas. Gejalanya pada stadium dini tidak khas, sehingga jarang terdiagnosis. Histopatologi merupakan diagnosis pasti dan salah satu faktor yang menentukan pilihan terapi dan prognosis. Prinsip penatalaksanaan karsinoma sinonasal adalah multimodalitas dengan pembedahan sebagai pilihan utama. Maksilektomi merupakan suatu tindakan bedah pada tumor sinonasal. Terdapat beberapa jenis maksilektomi berdasarkan lokasi dan perluasan tumor. Dilaporkan sebuah kasus pasien laki-laki usia 33 th yang telah dilakukan maksilektomi total dengan eksenterasi orbita atas indikasi karsinoma mukoepidermoid sinonasal dengan infiltrasi ke orbita. Kata kunci: karsinoma sinonasal, maksilektomi, eksenterasi orbita, mukoepidermoid. Abstract Sinonasal carcinoma is one of malignant upper aerodigestive tract tumor. Low grade of sinonasal tumor is not specific, so is it rare to be early diagnosis. Histopathology is true diagnoses and one of factors to determine the choice of therapy and prognosis. The principal management of sinonasal carcinoma is multimodality which surgery as main choice. Maxillectomy is surgical approach of malignant sinonasal tumor. There are many kinds of maxillectomy based on location and tumor invasion. Has been reported one of patient, male 33 years old which had performed total maxillectomy with orbital exenteration by indicated sinonasal mucoepidermoid carcinoma with orbital infiltration. Keywords: sinonasal carcinoma, maxillectomy, orbital exenteration, mucoepidermoid
    corecore