15 research outputs found

    Pengaruh Nutritional Support terhadap Luaran Klinis pada Pasien Intensive Care Unit

    Get PDF
    Latar Belakang: Dukungan gizi (nutritional support) pada pasien kritis merupakan standar perawatan yang diakui secara internasional dan bagian yang terintegrasi dari terapi klinik pada pasien Intensive Care Unit (ICU) yang bertujuan untuk memperbaiki luaran klinis pasien. Tujuan: Penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh pemberian nutritional support dalam bentuk nutrisi enteral terhadap luaran klinis pada pasien ICU. Metode: Desain penelitian ini adalah sistematik review dari beberapa artikel penelitian dengan desain penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) sejak tahun 2010 hingga 2020. Penulisan sistematik review ini mengacu pada ketentuan PRISMA. Luaran klinis yang diteliti meliputi: lama rawat inap di Rumah Sakit (RS), lama rawat inap di ICU, dan mortalitas. Ulasan: Penelitian menunjukkan dari 897 artikel terdapat 6 artikel yang relavan. Responden penelitian merupakan pasien rawat inap di ICU yang mendapatkan formula enteral, baik responden pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi pasien mendapatkan formula enteral dengan modifikasi energi (normokalori dan tinggi protein) dan zat gizi (diperkaya dengan pektin dan immunonutrient). Dukungan gizi berupa nutrisi enteral memberikan efek yang bervariasi terhadap lama rawat inap di RS, ICU, dan mortalitas. Kesimpulan: Lama rawat inap di ICU dan RS antara pasien yang mendapatkan nutrisi enteral standar/hipokalori/tinggi protein tidak berbeda bermakna dengan pasien yang mendapatkan nutrisi enteral yang diperkaya dengan pektin atau immunonutrient. Namun demikian, pasien yang mendapatkan nutrisi enteral dengan immunonutrient memiliki lama rawat inap yang lebih rendah. Hal yang perlu diperhatikan dari penelitian ini adalah pemberian immunonutrient dapat meningkatkan risiko mortalitas 60 hari dan 28 hari pada pasien kritis

    Hubungan Rata-rata Asupan Zat Gizi Makro dan Fe Terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gumawang Sumatera Selatan

    No full text
    Masa kehamilan merupakan periode emas yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Pentingnya pemenuhan zat gizi makro dan zat gizi mikro digunakan untuk mencegah kejadian anemia pada ibu hamil, bila tidak terpenuhi berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Rata-rata Asupan Zat Gizi Makro dan Fe Terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Gumawang Sumatera Selatan. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif analitik dengan pendekatancross sectional, dengan responden penelitian ibu hamil sejumlah 71 orang. Asupan zat gizi makro dan Fe diperoleh melalui form food record (estimated food record) dan kejadian anemia dari hasil pemeriksaan laboratorium kadar Hb dengan metode Hb Sahli. Hubungan asupan zat gizi makro dan Fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dianalisis dengan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan karbohidrat yaitu 250,64 gram/hari, protein 60,52 gram/hari, lemak 57,66 gram/hari, Fe 8,04 gram/hari dan kadar Hb yaitu 11,0 mg/dL. Berdasarkan uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan kadar Hemoglobin (p=0,015), sedangkan asupan protein, lemak dan Fe tidak terdapat hubungan dengan kadar Hemoglobin (p=0,640;p=0,540;p=0,291). Kesimpulan penelitian ini adalah kadar Hemoglobin pada ibu hamil memiliki hubungan yang signifikan dengan asupan karbohidrat oleh karena itu disarankan ibu hamil agar lebih memperhatikan asupan karbohidrat

    Kandungan protein pada minuman fungsional berbasis jahe (Zingiber offinale) dan kacang-kacangan sebagai antiemetik

    Get PDF
    Mual dan muntah banyak terjadi pada pasien kanker, ibu hamil trimester 1, pasca pembedahan, atau motion sickness. Protein merupakan salah satu alternatif pereda rasa mual dan muntah. Konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi memiliki kemampuan untuk mengurangi mual muntah, misalkan pada kacang-kacangan yang dikombinasikan dengan jahe yang juga mempunyai zat aktif seperti gingerol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan protein tertinggi diantara formulasi minuman fungsional berbasis jahe dan kacang-kacangan untuk membantu mengatasi mual dan muntah. Penelitian ini menggunakan metode mixture design D-optimal dengan bantuan aplikasi software design expert. Pada penelitian awal dilakukan trial and error untuk mengetahui batas atas dan bawah pada setiap komponen bahan. Hasil keluaran design expert didapatkan 16 formula yang akan diuji. Pengujian kandungan protein menggunakan metode Kjeldahl. Perbedaan kandungan protein dari 16 formula tersebut dianalisa dengan bantuan software Design Expert. Hasil penelitian ini menunjukkan minuman fungsional ini mempunyai kandungan protein tertinggi sebesar 3,43% pada formula 3 dengan kombinasi 30,5% sari jahe, 33,5% sari kacang kedelai dan 36,0% sari kacang hijau, namun tidak terdapat perbedaan kandungan protein dari semua kelompok (p=0,1298),. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kandungan protein yang signifikan pada 16 formula minuman fungsional berbasis jahe dan kacang-kacangan, tetapi didapatkan kandungan protein tertinggi sebesar 3,43%. Kata kunci:    Minuman fungsional, jahe, kacang-kacangan, antiemetik     Nausea and vomiting occur in cancer patients, first trimester on pregnancy, postoperative, or motion sickness. Protein is one of the alternatives treatment of nausea and vomiting. Consumption of foods containing high protein has the ability to reduce nausea, vomiting, for example in beans that are combined with ginger which also has an active substance such as gingerol. The purpose of this study was to determine the highest protein content among ginger and nuts-based functional drinks formulations to overcome nausea and vomiting. This research uses D-optimized mixture design method with software design expert application. In the initial study conducted trial and error to determine the upper and lower limits on each component of the material. The results of the design expert's output obtained 16 formulas to be tested. Testing of protein content using a Kjeldahl method. Differences in protein content of the 16 formulas were analyzed with the help of Design-Expert software. The results of this study indicate that this functional beverage has the highest protein content of 3.43% in formula 3 with a combination of 30.5% ginger extract, 33.5% soybean extract and 36.0% green bean extract, but no differences in protein content of all groups (p = 0.1298). The conclusion of this study was that there was no significant difference in protein content in 16 ginger and bean-based functional beverage formulas, but the highest protein content was 3.43%.   Keywords: Functional drinks, ginger, beans, antiemetic

    Hubungan Tingkat Kecemasan dan Keragaman Makanan pada Ibu Hamil

    No full text
    Kecemasan merupakan respon terhadap kondisi tidak menyenangkan atau stressor yang ditandai dengan timbulnya perasaan tegang, pikiran khawatir, dan gelisah. Perubahan kondisi biologis pada ibu hamil merangsang kerja berbagai jenis hormon yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kondisi fisik dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang terjadi selama kehamilan dapat mempengaruhi pola makan dan asupan makan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap keragaman makanan ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara tingkat kecemasan dan keragaman makanan pada ibu hamil. Jenis penelitian ini memakai desain observasional analitik dan pendekatan secara cross sectional pada bulan Februari 2022-Januari 2023. Metode pemilihan responden dilakukan dengan self-selected sampling pada ibu hamil di wilayah Jawa-Bali (survei online) dan purposive sampling pada ibu hamil di Kota Malang (survei offline), dengan jumlah total 107 responden. Kuesioner modifikasi dari GAD-7 digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan, sedangkan tingkat keragaman makanan dikaji menggunakan kuesioner modifikasi dari WDDS. Data pada penelitian ini dianalisa menggunakan uji Somers’d pada SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden ibu hamil memiliki tingkat kecemasan minimal (63,6%) dan tingkat keragaman makanan yang tinggi (55,1%). Berdasarkan uji statistik, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dan keragaman makanan pada ibu hamil dengan nilai p=0,030. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin rendah tingkat kecemasan, maka keragaman makanan pada ibu hamil akan semakin tinggi

    Analisis Kadar Kalsium Pada Bolu Kukus dengan Subtitusi Tepung Edamame (Glycine Max (L) Merril) Sebagai Makanan Selingan Ibu Hamil untuk Mencegah Preeklampsia.

    No full text
    Bolu kukus merupakan jajanan yang sering dijumpai dan digemari masyarakat Indonesia. Bolu kukus yang disubtitusi dengan tepung edamame (Glycine Max (L) Merril) memiliki potensi untuk menjadi makanan selingan bagi ibu hamil karena memiliki zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil seperti protein, zat besi, dan kalsium. Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil untuk mencegah preeklampsia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar kalsium pada bolu kukus dengan subtitusi tepung edamame. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 formulasi perbandingan tepung terigu dan tepung edamame yaitu P0= 100:0; P1= 75:25; P2= 50:50 dengan 3 kali pengulangan. Kadar kalsium dianalisis menggunakan metode Spektofotometri Serapan Atom (SSA) dan didapatkan hasil rata-rata P0= 5,13 mg; P1= 4,83 mg; P2= 4,76 mg. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA menunjukkan adanya perbedaan kadar kalsium yang signifikan antara 3 perlakuan bolu kukus (p=0,028). Hasil uji lanjutan post-hoc Tukey menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara P0 dengan P2 (p=0,030) namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara P1 dengan P0 (p=0,770) dan P2 (p=0,070). Kesimpulan penelitian ini adalah kadar kalsium pada bolu kukus memiliki perbedaan karena adanya penambahan beberapa konsentrasi tepung edamame

    Literature Review: Pengaruh Nutritional Support Pada Kadar Albumin Pasien Intensive Care Unit (ICU).

    No full text
    Pasien intensive care unit (ICU) mengalami peningkatan setiap tahunnya dan hampir semua pasien kritis mengalami anoreksia atau ketidakmampuan makan karena penurunan kesadaran sehingga asupan gizi diberikan berupa formula enteral maupun formula parenteral. Pasien ICU seringkali mengalami hipoalbuminemia yang disebabkan oleh pergeseran distribusi dari ruangan intravaskular ke interstitial, dan pelepasan hormon yang meningkatkan destruksi metabolisme albumin. Kadar albumin juga menjadi indikator adanya stres fisiologis dan status gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar albumin pada pasien intensive care unit (ICU) yang mendapatkan nutritional support yaitu formula enteral, formula parenteral, serta kombinasi formula enteral parenteral. Penelitian ini merupakan literature review jenis narrative review, dengan mengumpulkan artikel melalui database yaitu PubMed secara online. Terdapat 4 artikel yang penelitiannya dilakukan di negara China, Turkey, dan Malaysia dari 220 artikel yang ditelaah sesuai kriteria inklusi yang ditetapkan dengan menggunakan protokol PRISMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nutritional support yang dapat meningkatkan kadar albumin adalah formula enteral yang diperkaya oleh prebiotic fructo-oligosaccharides (FOS) dengan p <0,05 pada pasien neurokritis serta kombinasi formula enteral parenteral pada pasien pankreatitis akut dengan p <0,5 or p <,01 dan traumatis cedera otak dengan p <0,01. Formula parenteral kabiven dengan p <0,5 or p <0,1 dan penuh alimentasi dengan p <0,01 memiliki pengaruh menurunkan kadar albumin secara signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar albumin pada pasien ICU dapat meningkat secara signifikan dengan diberikan formula enteral dengan penambahan prebiotic fructo-oligosaccharides dan kombinasi formula enteral parenteral dibandingkan pemberian formula standar atau formula parenteral

    Perbedaan Kadar Antosianin dan Aktivitas Antioksidan pada Es Krim Ubi Ungu Antin 3 (Ipomoea batatas L.).

    No full text
    Es krim merupakan makanan selingan yang cukup digemari masyarakat di daerah tropis seperti Indonesia. Es krim komersial tidak mencantumkan kadar antosianin dan aktivitas antioksidan pada informasi nilai gizi. Oleh karena itu, dibutuhkan es krim yang berbahan dasar ubi ungu Antin 3 memiliki potensi untuk menjadi makanan selingan alternatif bagi penderita hiperkolesterolemia. Kandungan antosianin dan antioksidan yang dimiliki oleh ubi ungu mampu menurunkan kadar LDL dalam darah dan mencegah terjadinya aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar antosianin dan aktivitas antioksidan pada es krim ubi ungu Antin 3 dengan 3 perlakuan (P1 = Ubi Ungu 25% : Sari Kedelai 40% : Tepung Mocaf 35%, P2 = Ubi Ungu 50% : Sari Kedelai 25% : Tepung Mocaf 25%, P3 = Ubi Ungu 75% : Sari Kedelai 15% : Tepung Mocaf 10%). Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap. Kadar antosianin dalam es krim dianalisis dengan metode spektrofotometri dan aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan metode DPPH. Es krim pada perlakuan P3 memiliki kadar antosianin paling tinggi (44,96 mg) dan aktivitas antioksidan paling kuat (66,47 ppm). Hasil uji statistik OneWay ANOVA menunjukkan adanya perbedaan kadar antosianin dan aktivitas antioksidan yang signifikan antara 3 perlakuan es krim (p < 0,05). Hasil uji lanjutan post-hoc Tukey menunjukkan terdapat perbedaan signifikan terkait kadar antosianin dan aktivitas antioksidan antar perlakuan P1, P2, dan P3 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah es krim ubi ungu Antin 3 dapat dijadikan alternatif snack karena kadar antosianin dan aktivitas antioksidan dengan rekomendasi konsumsi persaji sebesar 50 ± 70 gram formulasi P3

    Analisis Pebedaan Perilaku Makan pada Mahasiswa Departemen Gizi Universitas Brawijaya Selama Pembelajaran Daring

    No full text
    COVID-19 memberikan dampak pada dunia pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghentikan penyebaran COVID-19 salah satunya yaitu dengan mengubah metode pembelajaran di seluruh Indonesia termasuk di perguruan tinggi menggunakan metode pembelajaran daring. Penelitian ini untuk menganalisis perbedaan perilaku makan pada mahasiswa Departemen Gizi Universitas Brawijaya. Jenis pada penelitian ini yaitu penelitian observasional analitik dengan pendekatan kuantitaif. Desain penelitian ini menggunakan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan teknik quota sampling dengan menggunakan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 203 mahasiswa. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu perilaku makan mahasiswa. Analisis data pada penelitian ini dengan cara uji statistika dan dianalisis menggunakan SPSS 25. Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku makan pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan secara emotional eating, external eating, dan restrained eating dengan nilai yang menunjukkan p>0,05 (p=0,444; p=0,868; p=0,22) tidak ada perbedaan. Selain itu juga perilaku makan pada mahasiswa tahun angkatan 2018, 2019, 2020, dan 2021 secara emotional eating, external eating, dan restrained eating dilihat dari nilai p>0,05 (p=0,309; p=0,268; p=326) tidak ada perbedaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku makan pada mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan tahun angkatan termasuk dalam kategori yang tinggi dengan kategori perilaku makan External Eating yang paling banyak dialami oleh mahasiswa Departemen Gizi Universitas Brawijaya selama pembelajaran daring
    corecore