19 research outputs found

    Pengaruh Cendawan Aspergillus SP. Dan Fusarium SP. Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Bibit Swietenia Macrophylla

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh infeksi cendawan Fusarium sp. dan Aspergillus sp. terhadap viabilitas benih, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit S. macrophylla umur 1 bulan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan: kontrol, inokulasi Aspergillus sp. dan inokulasi Fusarium sp. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diukur meliputi daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit umur 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi Fusarium sp. dan Aspergillus sp. menurunkan viabilitas benih S. macrophylla hingga mencapai 36,75% untuk Fusarium sp. dan 15,75% untuk Aspergillus sp. Inokulasi cendawan Fusarium sp. dan Aspergillus sp. berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit S. macrophylla umur 1 bulan

    Pengaruh Periode Konservasi dan Perlakuan Priming terhadap Perkecambahan Benih Kesambi (Sleichera Oleosa)

    Full text link
    Setelah pemanenan, umumnya benih mengalami penyimpanan sementara (periode konservasi). Periode konservasi bertujuan untuk mengkondisikan benih mencapai potensi optimum sebelum mendapatkan penanganan lanjutan, misalnya memberikan perlakuan priming. Prinsip priming adalah mengaktifkan sumber daya internal dan sumber daya eksternal dalam memaksimumkan pertumbuhan kecambah melalui laju pengaturan penyerapan air oleh embrio. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh periode konservasi dan perlakuan priming terhadap kemampuan perkecambahan benih kesambi. Penelitian dianalisis dengan rancangan acak lengkap faktorial, faktor utama adalah periode konservasi (A) dan priming (B). Periode konservasi terdiri dari : 0, 4, 8 dan 12 minggu pada suhu kamar (t = 25o - 27oC, RH = 80 - 90%), sedangkan taraf priming adalah : tanpa priming (kontrol), hidrasi - dehidrasi dengan H2O, PEG 6000 (- 5 dan - 10 bar), KNO3 (- 5 dan - 10 bar) dan abu gosok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa priming-matriconditioning dengan abu gosok merupakan perlakuan terbaik meningkatkan kapasitas perkecambahan, sedangkan penggunaan PEG dan KNO3 berakibat buruk. Benih kesambi memiliki sifat pemasakan lanjutan (after ripening) sehingga membutuhkan penyimpanan sementara sebelum dikecambahkan

    Pengaruh Filtrat Cendawan Aspergillus SP. Dan Fusarium SP. Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes Falcataria)

    Get PDF
    Fungi are one of the main causes of damage to seeds. Fungi can be a pathogen or saprophyte such as Aspergillus sp. and Fusarium sp. The purpose of this study was to determine the effects of filtrate fungus Aspergillus sp and Fusarium sp on seed viability and seedling growth performance of Sengon (Paraserianthes falcataria). The experiment design used was the Completely Randomized Design (CRD), with treatment: control, filtrate of Aspergillus sp and Fusarium sp filtrate. Each treatment was repeated 4 times. Variables measured include germination, percent of live seed, height, diameters, biomass, root shoot ratio, and the index quality seeds. The results showed that the fungus Aspergillus sp filtrate and Fusarium sp significantly affect seed germination, life percent, height, diameter, NPA, IMB, and biomass of seedlings Sengon. The filtrate of fungus Aspergillus sp and Fusarium sp may cause the decrease in seed viability and seedling vigor of Sengon

    Karakteristik Tapak, Benih Dan Bibit 11 Populasi Jabon Putih (Anthocepalus Cadamba Miq.)

    Full text link
    White jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) is a potential fast-growing tree species which naturally distributed in most of Indonesia islands. The study aims to assess the characteristic of site and morphophysiological variation of seeds and seedlings of white jabon. The seeds were collected from 11 natural populations, i.e. Sumatera (3 populations), Java (2 populations), Nusa Kambangan (1 population), Kalimantan (2 populations), Sulawesi (2 populations), and Sumbawa (1 population). The research revealed that white jabon naturally grows at elevations ranging from 23–628 m asl, pH 4.4–6.7 and in the low to high soil fertility condition. Significant differences were found for all fruits, seeds and seedling characters except for radicle length. The fruit morphological characters showed significant positive correlations with several seedling growth characters. Seed length was positively correlated with mean time of germination and radicle length. Most of the seed and seedling characters were not significant correlation with geo-climate variables of the populations. Percentage of genotypic coefficient of variance for all of the parameters was higher than percentage of environmental coefficient of variation

    Karakteristik Morfo-fisiologi Daun dan Benih Tembesu dari 5 Populasi di Jawa Barat dan Sumatera Selatan

    Full text link
    Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis multiguna asli Indonesia yang mampu tumbuh pada berbagai tipe lahan, seperti lahan kering, lahan tergenang sementara dan selalu tergenang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman karakteristik morfo fisiologi daun, buah, dan benih tembesu dari lima populasi di Sumatera Selatan dan Jawa Bagian Barat. Analisis ragam dengan menggunakan rancangan acak lengkap digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik daun, buah, dan benih tembesu dari lima populasi (Kemampo, Sungai Pinang, Kota Raya, Dago, dan Carita). Hasil penelitian menunjukkan seluruh karakter morfo-fisiologis daun, buah, dan benih tembesu berbeda nyata antar populasi. Beberapa variabel agro-iklim berkorelasi dengan karakteristik daun, buah, dan benih yang memberi indikasi adanya pengaruh lingkungan selain genetik. Sebagian besar karakteristik daun, buah, dan benih memiliki nilai koefisien keragaman lingkungan yang lebih besar dibandingkan koefisien keragaman genetik yang menunjukkan besarnya kontribusi lingkungan. Berdasarkan karakteristik daun, buah, dan benih, dari lima populasi yang diuji terdapat dua kelompok, yaitu kelompok pertama, populasi Sumatera Selatan (Kemampo, Sungai Pinang, Kota Raya) dan kelompok kedua populasi Jawa Bagian Barat (Dago dan Carita). Penelitian mempunyai implikasi praktis yang penting untuk pengelolaan sumber daya genetik dan program pemuliaan tembesu ke depan

    Potensi Produksi Buah Mindi Besar (Melia Azedarach L.) pada Beberapa Kelas Diameter Batang

    Full text link
    Mindi besar (Melia azedarach) mempunyai prospek untuk dikembangkan karena mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kelas diameter terhadap produksi buah mindi besar, terdapat tiga kelas diameter yaitu 36,6 – 49 cm; 49,1 – 61,5 cm; dan 61,6 – 74 cm. Penelitian dilaksanakan di Desa Selaawi, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), untuk mengetahui tingkat keeratan dilanjutkan dengan analisis linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter batang berkorelasi nyata dan positif dengan produksi buah (p< 0,001) dengan nilai r = 0,589. Produksi buah mindi besar terendah dihasilkan oleh pohon berdiameter kecil (36,6 - 49,0 cm) dengan rata-rata produksi sebesar 32,67 Β± 12,55 kg. Pendugaan potensi produksi buah mindi besar untuk lokasi Desa Selaawi dapat menggunakan model persamaan alometrik Log Y = -2.389 + 2.40 log X1 (R2adj=33,2; simpangan baku =0,19). Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2adj), menunjukkan bahwa variasi yang terjadi pada produksi buah mindi besar sebesar 29.9 %- 33.2 % dipengaruhi oleh adanya variasi diameter batang pohon, dan sebesar 66,8% – 72,1 % adalah faktor-faktor di luar diameter. Produksi buah tertinggi dihasilkan dari pohon dengan diameter diatas 49,1 cm dengan rata-rata produksi per pohon diatas 67 kg

    The Control of Fungus Uromycladium Tepperianum on Seedling of Sengon (Falcataria Moluccana (Miq.) Barneby & J.W.Grimes) in A Nursery

    Full text link
    Sengon (Falcataria moluccana (Miq. Barneby & J.W.Grimes) is one of timber producing species of high economic value. Recently, sengon productivity decreases due to pests and diseases, attack is caused by the fungus Uromycladium tepperianum (SACE.) McAlp. The control of gall rust disease at seedling level is important, because the stadia nursery are the most vulnerable. The aim of this research was to determine the effectiveness of the type of control in supressing the fungus of U. tepperianum and the growth of sengon in a nursery. The research design used a completely randomized design (CRD) with five treatments of gall rust disease control types i.e. control ; biological fertilizer of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) (5 g -L of water), biofungicide (5 g-L of water); chemical fungicide (2 g-L of water); and boron (300 ppm). Each treatment consisted of 20 seedlings repeated 4 times. The observed response were the number of fungal spores, diameter and height of seedlings. In addition, calculation of the effectiveness of the type of controller was counted. The results showed that after two weeks of fungal infections, the highest seedling growth was the seedling treated with fungicide (0.53 cm), while the lowest was the seedling treated with biological fungicide (0.32 cm). PGPR, fungicide biological, chemical fungicides and boron did not effective to the attack of fungus and to increase the growth of height and diameter of sengon seedling after the 4th week of the fungus infection
    corecore