2 research outputs found

    ETIKA JURNALISME DALAM PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV (Studi Evaluatif Jurnalis dalam Memproduksi Tayangan Reportase Investigasi Episode “Bakso Ayam dan Ikan Busuk” dengan Memakai Kerangka Pemikiran Ralph Potter)

    Get PDF
    Menurut Mencher dalam Santana (2003: 100-101) dorongan jurnalis untuk melakukan liputan muncul dari adanya motivasi moral: the desire to correct an injustice, to right a wrong, dan persuade the public alter the situation. Liputan selalu berawal dari temuan-temuan jurnalis mengenai situasi yang buruk, salah, dan memerlukan perubahan. Tetapi tujuan itu sering diabaikan beberapa jurnalis dan perusahaan yang menaunginya. Nilai jual dan efektivitas waktu menjadi pertimbangan utama dalam melakukan peliputan. Bahkan tak jarang etika dilanggar demi mendapatkan rating yang memuaskan. Peneliti menggunakan Potter Box dalam menganalisis keputusan-keputusan etis yang diambil oleh jurnalis. Empat tahap analisis dalam Potter Box adalah identifikasi fakta, nilai, prinsip, dan loyalitas. Keputusan kontroversial yang dilakukan jurnalis dikonfirmasi lalu dianalisis alasan-alasan yang ada dibalik keputusan yang diambil jurnalis tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim Reportase Investigasi telah melakukan keputusan yang tidak berpedoman pada etika. Nilai jual dan efektivitas waktu menjadi utama dalam melakukan liputan. Tidak ada keinginan untuk melakukan peliputan secara menyeluruh seperti menjadi ciri khas jurnalisme investigasi. Data yang tidak lengkap justru seakan memojokkan produsen bakso yang tidak memiliki merek. Fungsi pengawasan terhadap pemerintah dalam melindungi keselamatan konsumen diabaikan dan cenderung mengutamakan pada sensasi berita yang membuat rating meningkat. Loyalitas tim Reportase Investigasi bukan kepada masyarakat tetapi pada perusahaan. Tim Reportase Investigasi menerapkan prinsip dasar hedonisme di mana yang sungguh-sungguh baik adalah kesenangan. Kesenangan orang lain dalam hal ini masyarakat justru terabaikan

    Closer Environmental Factors, Self-Efficacy, Dan Entrepreneurial Intention: Peran Individual Entrepreneurial Orientation Sebagai Mediator

    No full text
    Pekerja senior dengan usia 50 tahun merupakan pekerja yang sedang mempersiapkan masa tuanya. Survei menunjukkan bahwa pekerja di Indonesia khawatir pada kesejahteraannya. 54% dari responden survei tersebut memilih untuk menjadi entrepreneur apabila sudah memasuki masa pensiun. Beberapa penelitian menunjukkan kenaikan minat berwirausaha pada kategori usia ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data survei kepada seluruh populasi yang berjumlah 118 responden. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS). dengan melakukan uji inner dan outer model. Penelitian ini meneliti apakah close environmental factors (yang terdiri dari Closer Valuation of Entrepreneurship dan Closer Stigma of Entrepreneurship Failure) dan Self-Efficacy terhadap Entrepreneurial Intention. Selain itu penelitian ini juga menguji peran mediasi Individual Entrepreneurial Orientation pada hubungan close environmental factors dan Entrepreneurial Intention. Ditemukan bahwa Closer Stigma of Entrepreneurship Failure tidak berpengaruh negatif terhadap Entrepreneurial Intention dan hipotesis tentang peran mediasi Individual Entrepreneurial Orientation ditolak
    corecore