17 research outputs found
PERBANDINGAN PEMBERIAN BRODIFAKUM DOSIS LD50 DAN LD100 TERHADAP RESIDU BRODIFAKUM PADA HEPAR TIKUS WISTAR
Background : Brodifacoum is a substance that usually used as rat poison. But, its often abused on some criminal case. Brodicoum are metabolised within the body through excretion organ, one of them are liver. Contact with different dose of brodifacoum will also result in different amount of brodifacoum residue.
Aim : To know the comparison of brodifacoum administration dose LD50 and LD100 to total residue of brodifacoum within Rattus norvegicus liver.
Methods : This study was an experimental study with post test only group design. The sample of this study are 27 Rattus norvegicus which given per oral administration of brodifacoum. Descriptive analysis, the test of normality are using Saphiro-Wilk, and non parametric test were done using Mann-Whitney. The result of analysis are revealed significant if p<0,05.
Results : The concentration in the sample liver are rising based on the brodifacoum that were consumes. But, the rise was not significant. There is a significant different between control and LD50 total residue of brodifacoum (p=0,001) and between control and LD100 total residue of brodifacoum (p=0,000).
Conclusion : There is no significant differentiation of total brodifacoum residue between LD50 and LD100 (p=0,539).
Keywords : brodifacoum, dose, residue, liver
HUBUNGAN KADAR LEMAK TUBUH DENGAN PERUBAHAN WARNA MEMAR YANG DILIHAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FOTOGRAFI FORENSIK
Latar Belakang: Penyidik dapat mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman dalam kepentingan peradilan menangani seorang luka. Umur luka menjadi hal yang penting dalam pengungkapan kebenaran, sehingga penyidik seringkali meminta bantuan dokter untuk menentukan umur luka. Umur luka memar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kadar lemak, usia, jenis kelamin dan penyakit.
Tujuan: Membuktikan hubungan antara kadar lemak tubuh dengan perubahan warna memar yang dilihat dengan menggunakan teknik fotografi forensik
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain time series pada mahasiswa fakultas kedokteran yang berusia 20-25 tahun. (n=15). Sampel diberikan trauma, lalu difoto setiap hari dalam 7 hari. Perubahan warna memar
dianalisis menggunakan uji korelasi Sommers Tabel BxK
Hasil: Hubungan kadar lemak dan perubahan warna memar yang dianalisis menggunakan uji korelasi Sommers, pada hari 1 dan hari 2 menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p = 0,171 (hari 1) dan p = 0,54 (hari 2), sedangkan pada hari 3 sampai hari 7 hasil yang signifikan dengan nilai yaitu dengan nilai p = 0,000 (hari 3), p = 0,014 (hari 4), p = 0,003 (hari 5), p = 0,000(hari 6) dan p = 0,000 (hari 7).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar lemak dan perubahan warna memar pada hari ketiga sampai hari ketujuh dan hubungan yang tidak bermakna antara kadar lemak dan perubahan warna memar pada hari kesatu dan kedua.
Kata kunci: kadar lemak, memar
PERBANDINGAN RERATA PENGETAHUAN GURU DAN MURID SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN TENTANG KEKERASAN ANAK DI SEKOLAH SEBELUM DAN SETELAH SEMINAR PEMBERDAYAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH
Background: Children bullying is defined as all forms of action which physically or emotionally painful to the children. The prevention of children bullying is the responsibility of government and public. The responsibility is formed in various institutions or social organizations such as schools. The school has to create the prevention program and bullying response program. The school policy that is free from any kind of bullying is necessary, namely by activating th school health program (UKS).
Objective: To know the knowledge of teachers and students in high school and vocational school about children bullying in schools before and after the seminar about empowerment of the school health program.
Methods: This study used a quasi-experimental one group pretest posttest design. Normality test used the Shapiro-Wilk test, and then the hypoyhesis test used the Wilcoxon test.
Results: The mean of pretest about bullying was 78.00 and the mean of posttest was 87.11. The mean of pretest about knowledge of school health program was 74.66, while the mean of posttest rose to 86.44. Furthermore, the p value of Wilcoxon test between pre and post was 0.000 (p <0.05). In that case, we can conclude that there was a significant difference.
Conclusion: There is a significant difference between the knowledge of teachers and students in high school and vocational school in Semarang city after and before the seminar about empowerment of the school health program.
Keywords: Knowledge of teachers and students, bullying children in school, the empowerment of the school health program
DETEKSI PSILOCIN URIN PADA MENCIT SWISS WEBSTER TERHADAP PEMBERIAN JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT.
Latar Belakang Salah satu jamur Psilocybin yang memberikan efek halusinasi yaitu Psilocybe cubensis. Senyawa yang terkandung didalamnya dapat memberikan efek psikologis, efek terhadap perilaku mapun syaraf tepi.efek terhadap syaraf tepi ini yang mengakibatkan efek halusinasi dan efek tersebut sama bahayanya dengan zat narkotika lainnya, maka dari itu deteksi untuk para pengkonsumsi jamur psilocybe cubensis diperlukan agar penyalahgunaan jamur psilocybe cubensis tersebut dapat dicegah.
Tujuan Untuk mendeteksi zat psilocin dalam urin setelah pemberian ekstrak jamur Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat pada mencit jantan.
Metode Pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling. Sampel yang digunakan adalah mencit jantan Swiss Webster berjumlah 20 ekor dengan kriteria inklusi tertentu yang dibagi menjadi 4, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak Psilocybe cubensis, kelompok dosis rendah yang diberi ekstrak Psilocybe cubensis dengan dosis 0,75g/kg, kelompok dosis sedang dengan dosis 1,5g/kg, dan kelompok dosis tinggi dengan dosis 3g/kg. Masing-masing ekstrak diteteskan pada mencit sebanyak 1 kali sebelum penelitian dimulai.Setelah itu, urin ditampung pada masing masing kelompok, kemudian sample urin dibawa ke laboratorium forensik untuk dideteksi zat yang terkandung didalam sampel urin yang telah diberi ekstrak jamur dengan menggunakan Gass Chromatography-Mass Spectrometri.
Hasil Tidak dapat menemukan zat psilocindidalam urin setelah pemberian ekstrak jamur psilocybe cubensis dosis bertingkat.
Kesimpulan Pada pemberian ekstrak jamur psilocybe cubensis pada dosis bertingkat tidak ditemukan adanya zat psilocin didalam urin mencit.
Kata Kunci Deteksi, Psilocybe cubensis, Gass Chromatography-Mass Spectrometri
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP RASA INGIN TAHU MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIUKUR DENGAN MANUAL HOLE BOARD
Latar Belakang Salah satu jamur Psilocybin yang memberikan efek halusinasi yaitu Psilocybe cubensis. Senyawa yang terkandung didalamnya dapat memberikan efek psikologis, efek terhadap perilaku mapun syaraf tepi. Efek psikologis dan perilaku dapat dilihat dari tingkat keingintahuannya. Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Penggunaan Psilocybe cubensis dengan dosis tertentu dapat membantu mengobati penyakit psikologis karena mampu meningkatkan aktivitas otak.
Tujuan Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian ekstrak jamur Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat pada tingkat keingintahuan pada mencit jantan.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling.
Perlakuan Sampel yang digunakan adalah mencit jantan Swiss Webster berjumlah 20 ekor dengan kriteria inklusi tertentu yang dibagi menjadi 4, yaitu kelompok kontrol (P0) yang tidak diberi ekstrak Psilocybe cubensis, kelompok dosis rendah (P1) yang diberi ekstrak Psilocybe cubensis dengan dosis 0,75 g/kg, kelompok dosis sedang (P2) dengan dosis 1,5 g/kg, dan kelompok dosis tinggi (P3) dengan dosis 3 g/kg. Masing-masing ekstrak diteteskan pada mencit sebanyak 1 kali sebelum penelitian dimulai. Setelah itu, dilakukan uji Manual Hole Board selama 5 menit untuk mengetahui tingkat keingintahuannya. Perbedaan tingkat keingintahuan pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol dianalisis dengan indepent t test dan apabila data tidak normal maka dilakukan transformasi data.
Hasil Rata-rata skor Manual Hole Board pada kelompok kontrol yaitu sebesar 29,80; kemudian pada kelompok dosis rendah mengalami penurunan rata-rata skor menjadi 24,60; pada kelompok dosis sedang mengalami penurunan skor menjadi 18,20; sedangkan pada kelompok dosis tinggi juga mengalami penurunan skor menjadi 7,20. Semakin tinggi dosis yang diberikan pada mencit maka akan menurunkan skor Manual Hole Board secara signifikan (P<0,05) sehingga semakin turun pula tingkat keingintahuan pada mencit.
Kesimpulan Pemberian Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat dapat menurunkan tingkat keingintahuan pada mencit jantan Swiss Webster.
Kata Kunci Keingintahuan, Psilocybe cubensis, Manual Hole Boar
KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA SEMARANG
Latar belakang: Masalah kekerasan terhadap anak di sekolah merupakan masalah global terkait hak asasi manusia. Kekerasan terhadap anak didik bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak pasal 54 yang mana tidak mentolerir adanya kekerasan terhadap anak di sekolah. Siswa SMA merupakan siswa dengan usia 15-18 tahun di mana pada usia tersebut anak terjadi perubahan psikologis seperti emosi tidak stabil sehingga rawan terhadap terjadinya kekerasan. Kurikulum siswa SMA lebih difokuskan pada teori dibandingkan praktik sehingga aspek psikomotor kurang terasah yang mana tentunya akan berbeda dengan siswa SMK sehingga dimungkinkan bentuk kekerasan yang terjadi juga berbeda.
Tujuan: Mengetahui gambaran karakteristik kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang.
Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA kelas XI di Kota Semarang. Subjek yang telah terpilih diberi informed consent kemudian dilakukan wawancara dengan menggunakan angket. Data dikumpulkan, diolah dan dideskripsikan dalam bentuk grafik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 329 responden (90%) menjawab pernah mengalami kekerasan di sekolah dengan persentase karakteristik kekerasan yang terjadi kekerasan fisik sejumlah 227 responden (70%), dimana kekerasan fisik ringan 17% dan sedang 83%. Kekerasan psikis 288 responden (90%), yang mana kekerasan psikis ringan 45%, sedang 53%, berat 2%. Kekerasan seksual 49 responden (15%) kategori ringan 49% dan sedang 51%. Kekerasan sosial sejumlah 111 responden (30%) dimana kekerasan sosial ringan 18%, sedang 79% dan berat 3%.
Kesimpulan: Angka kekerasan terhadap anak pada sekolah menengah atas di Kota Semarang tergolong tinggi. Prevalensi kekerasan psikis mendapatkan persentase paling tinggi dibandingkan kekerasan fisik, seksual, dan sosial yang terjadi terhadap anak di sekolah pada sekolah menengah atas di Kota Semarang.
Kata kunci: kekerasan anak, kekerasan anak di sekolah, kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, kekerasan sosia
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMUR PSILOCYBE CUBENSIS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP KESEIMBANGANMOTORIK DAN KOORDINASI MENCIT SWISS WEBSTER DENGAN METODE BALANCE BEAM
Latar Belakang : Ketika psilocybin berada di dalam tubuh akan mempengaruhi kinerja otak yang berperngaruh terhadap keseimbangan motorik. Senyawa aktif yang terkandung dalam psilocybin seperti LSD yang menghasilkan perubahan fungsi otonom, refleks motorik, perilaku, dan persepsi.Hal ini juga mempengaruhi pencernaan, aliran darah, dan kinerja organ lainnya dan menyebabkan tremor, mual, dan sulit tidur.
Tujuan : untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian ekstrak jamur psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat terhadap keseimbangan motorik dan koordinasi pada mencit jantan
Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling
Perlakuan : sampel yang digunakan adalah mencit jantan swiss Webster berjumlah 20 ekor dengan criteria inklusi tertentu yang dibagi menjadi 4, yaitu kelompok kontrol yang idak diberi ekstrak psilocybe cubensis, kelompok dosis rendah yang diberi ekstrak psilocybe cubensis dengan dosis 0,75 g/kg,kelompok dosis sedang dengan dosis 1,5 g/kg, dan kelompok dosis tinggi dengan dosis 3 g/kg. masing-masing ekstrak diteteskan pada mencit sebanyak 1 kali sbelum penelitian dimulai.setelah itu, dilakukan uji balance beam dengan 5 kali percobaan. Perbedaan tingkat keseimbangan motorik dan koordiansi pada kelompok
Hasil : Semakin tinggi dosis yang diberikan pada mencit maka akan menurunkan tingkat keseimbangan motorik dan koordinasi mencit secara signifikan (P<0,05) sehingga semakin turun pula tingkat keingintahuan pada mencit.
Kesimpulan : Pemberian Psilocybe cubensis dengan dosis bertingkat dapat menurunkan tingkat keseimbangan motorik dan koordinasi pada mencit jantan Swiss Webster.
Kata Kunci : keseimbangan motorik dan koordinasi, Psilocybe cubensis, Balance Beam Tes
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN PELAPORAN PADA PIHAK KEPOLISIAN
Latar Belakang : Data WHO menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita didunia pernah mengalami kekerasan oleh laki-laki. Data yang didapatkan di Indonesia menyatakan bahwa angka kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap upaya perlindungan dan pemenuhan hak asasi wanita. Korban kekerasan tidak selalu melaporkan tindakan yang diterimanya pada pihak berwajib. Oleh karena itu, penelitian ini akan meninjau faktor apa saja yang memengaruhi terjadinya KDRT dan pelaporan pada pihak kepolisian.
Tujuan:Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelaporan pada pihak kepolisian
Metode: Penelitian menggunakan desain observasional pendekatan cross-sectional dan dilakukan indepth interview untuk menunjang pembahasan. Subjek penelitian ini adalah 207 data laporan kasus KDRT yang terlapor di PPT SERUNI sejak bulan Januari 2015-Desember 2016. Analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2).
Hasil: Peneliti mendapatkan 75 kasus KDRT yang dipengaruhi oleh permasalahan ekonomi, 71 kasus yang dilatarbelakangi oleh perselingkuhan, 2 kasus akibat jumlah anak, dan 61 kasus berkaitan dengan sosial budaya. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara permasalahan ekonomi (p= 0,421), perselingkuhan (p= 0,358), jumlah anak (p= 1,000), dan sosial budaya (p= 0,812) dengan keputusan korban untuk melaporkan KDRT pada pihak kepolisian. Anallisis multivariat tidak dilakukan karena nilai p masing-masing variabel >0,25.
Kesimpulan: Permasalahan ekonomi merupakan faktor dominan dalam terjadinya KDRT. Tidak didapatkan korelasi antara permasalahan ekonomi, perselingkuhan, jumlah anak, dan sosial budaya dalam pelaporan pada pihak kepolisian. Multikausalitas KDRT menyebabkan tidak adanya faktor determinasi dalam pelaporan pada pihak kepolisian.
Kata Kunci : kekerasan dalam rumah tangga, faktor, pelaporan pada pihak kepolisia
PENGARUH INHALASI CAIRAN ROKOK ELEKTRIK TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID SERUM TIKUS
Latar belakang: Malondialdehid merupakan biomarker radikal bebas dan stress oksidatif dalam tubuh. Terbatasnya informasi mengindikasikan perlunya dilakukan penelitian mengenai pengaruh inhalasi cairan rokok elektrik terhadap kadar malondialdehid serum.
Tujuan: Mengetahui pengaruh inhalasi cairan rokok elektrik terhadap kadar MDA serum tikus.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. Sampel penelitian adalah 18 ekor tikus Wistar (rattus novergicus) jantan, Berat badan rata-rata 130 – 230 gr, umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari Laboratorium Biologi FMIPA Unnes yang dibagi menjadi tiga kelompok secara acak yaitu satu kelompok kontrol negatif dan dua kelompok eksperimental. Tiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus Wistar. Kelompok kontrol negatif mendapat pakan standar dan kelompok percobaan mendapat pakan standar dan pemberian inhalasi cairan rokok elektrik dengan dosis 3ml per hari dengan ketentuan pemberian 2 kali sehari (2x 1.5ml).
Hasil: Terjadi peningkatan kadar malondialdehid serum pada kedua kelompok penelitian dimana konsentrasi kadar malondialdehid serum tikus lebih tinggi pada kelompok perlakuan P1 (1,84 ± 0,13 μmol/L) dibandingkan kelompok P2 (1,64 ± 0,02 μmol/L) dan kelompok kontrol P0 (1,48 ± 0,06 μmol/L). Hasil uji statistik didapatkan peningkatan signifikan pada kelompok perlakuan dan kontrol.
Kesimpulan: Pemberian inhalasi cairan rokok elektrik dapat meningkatkan kadar malondialdehid serum pada tikus.
Kata kunci: Radikal bebas, stress oksidatif, peroksidasi lipid, malondialdehid, cairan rokok elektri
PREVALENSI DAN BENTUK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA SEMARANG
Background: The phenomenon of violence becomes an uninterrupted chain to
respond the suppressing conditions so that forming patterns of behavior that is
called culture of violence. According to KPAI data, 87.6 percent of children said
they had experienced violence in the school in a variety of forms. The study was
conducted in SMK where the learning curriculum was 70% practice and 30%
theory which became one of the factors triggering the emergence of differences in
the forms of violence. Vocational High School prepared the students to enter the
workplace that prioritizes on psychomotor aspects or muscle movement.
Objectives: To determine the prevalence and forms of violence against children in
schools at Vocational High School in Semarang city.
Methods: This study used a descriptive method with cross sectional design. The
study population was students of class XI of eight schools. The sampling
technique was done with purposive sampling. Data was collected by distributing
questionnaires directly to the respondents.
Results: The results showed that 97% students said they had experienced violence
at school. Respondents who claimed to have experienced physical violence by
80%, psychological violence82%,sexual violence 31%, and social violence 30%.
Violence was categorized into mild, moderate, and severe physical abuse, where
mild by 49%, moderate 50%, and severe 1%. Psychological violence was
categorized as mild 50%, moderate 48%, and severe 2%. As for the mild sexual
abuse 70%, moderate30%, and severe sexual violence 0%. While social violence
was categorized as mild 14%, moderate 74%, and severe 2%.
Conclusions: Violence against children in school at Vocational High School is
still a lot going on, in which psychological violence is most occurredviolence even
though the percentage is only a little difference with physical violence.
Keywords: Child Abuse, Violence Against Children in Schools, Vocational High
Schoo