6 research outputs found

    Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal

    Get PDF
    Buku ini secara khusus mengetengahkan falsafah Kalosara yang dapat ditemukan pada masyarakat suku Tolaki di Kota Kendari dan falsafah Bhinci Bhinciki Kuli pada masyarakat suku Wolio, Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara, serta falsafah LarVul NgaBal pada masyarakat Kei, Kota Tual,Provinsi Maluku

    Faktor-faktor yang Terkait dengan Rendahnya Pencapaian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

    Get PDF
    The objectives of the study were 1) to get information about the areas with the lowest attainment of compulsory basic education (CBE) by provinces and districts, 2) to identify factors related to the low attainment CBE, and 3) to formulate an alternative problem solving efforts in completing CBE. The study based on quantitative approach to secondary data combined with qualitative research data through field observation. The findings of this research are: 1) low attainment of CBE dominated by Eastern Region of Indonesia (KTI), started from primary school level, whereas in the Western Region of Indonesia (KBI) more problems found at the secondary shool level, 2) some factors related to attainment of CBE are proverty, geographic condition, education infrastructure, motivation of parent and student, lack of support from local government and communities to education, and sosio culture of community, 3) problem solution should be based on the factors related to the problem: free basic education, education subsidy for poor people, expanding basic education services, improving socialization about CBE, budget allocation priority for poor districts, and increasing public participation in the completion of CBE program. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memperoleh informasi tentang daerah-daerah yang paling rendah dalam pencapaian Wajar Dikdas; 2)mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan rendahnya pencapaian Wajar Dikdas, dan 3) merumuskan alternatif upaya pemecahan masalah penuntasan Wajar Dikdas. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitif terhadap data sekunder dan dipadukan dengan pengumpulan data secara kualitatif melalui pengamatan lapangan di beberapa daerah kasus. Hasil temuan: 1) Tingkat pencapaian Wajar Dikdas yang rendah didominasi oleh Kawasan Timur Indonesia (KTI), yaitu dimulai dari tingkat SD/MI, sedangkan di wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI) permasalahannya lebih banyak di tingkat SMP/MTs; 2) faktor-faktor penyebab di setiap daerah cukup bervariasi a.l. faktor 1) kemiskinan penduduk, 2) kesulitan menuju sekolah, 3) kurangnya layanan pendidikan, 4) rendahnya motivasi orangtua dan siswa terhadap pendidikan, 5) kurangnya dukungan pemeritah daerah dan masyarakat terhadap pendidikan, serta 6) faktor sosial budaya; 3) alternatif upaya pemecahan masalah penuntasan Wajar Dikdas perlu didasarkan pada faktor penyebabnya, a.l. perlu penghapusan biaya pendidikan a.l. melalui pola subsidi untuk menghapus/meringankan biaya pendidikan, perlu perluasan program alternatif layanan Dikdas, perlu peningkatan sosialisasi dan penghargaan, perlu pengalokasian anggaran pendidikan dengan memprioritaskan kabupaten yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam program penuntasan Wajar Dikdas

    Budidaya Polong, Pucuk, dan Baby Kapri

    No full text

    Bawang Merah

    No full text
    vii + 94 hlm,; ilus.: 21 c

    Bawang Merah

    No full text
    vii + 94 hlm,; ilus.: 21 c

    Prosiding seminar hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan: kebijakan berbasis bukti untuk memperkuat kemerdekaan belajar dan ketahanan budaya di masa pandemi (Tahap I)

    No full text
    Seminar hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan ini bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan yang sudah dilakukan Puslitjak dan lembaga penelitian mitra. Topik hasil penelitian/kajian yang diseminarkan pada Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020 ini meliputi:1.Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Pengajaran, 2.Afirmasi Akses dan Percepatan Wajib Belajar 12 Tahun, 3.Peningkatan Pengelolaan dan Penempatan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 4.Penjaminan Mutu, 5.Peningkatan Tata Kelola Pendidikan dan Kebudayaan, 6.Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai Budaya dan Kearifan Lokal, 7.Perlindungan Hak Kebudayaan dan Ekspresi Budaya, 8.Peningkatan Budaya Literas, 9.Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19, 10.Merdeka Belajar, 11.Pendidikan di Era Digital, 12.Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tinggi, dan 13.Pemajuan Kebudayaan
    corecore