129 research outputs found
DESAIN HOUSE OF RISK DAN COMPETITIVE MATRIX DENGAN MEMPERTIMBANGKAN LIFE CYCLE ASSESSMENT DAN SUSTAINABILITY
House of risk merupakan metode penilaian risiko, competitive matrix merupakan metode pengukuran persaingan, study kasus penelitian ini adalah ship recyclingyang merupakan kegiatan daur ulang kapal sebagai bahan baku baja, dimana operasionalnya berpotensi menimbulkan risiko membahayakan dan merugikan kesehatan, keselamatan manusia dan pencemaran lingkungan serta keberlangsungan hidupnya. Kegiatan operasional yang efektif, efisien serta berkelanjutan dapat tercapai apabila dilakukan manajemen risiko tepat. Desain house of risk dan competitive matrix merupakan tujuan dari penelitian ini dimana tahapan identifikasi, analisis serta mitigasi risiko dengan proses implementasnya mempertimbangkan life cycle assessment dan sustainability. Proses identifikasi yang dilakukan menghasilkan 19 jenis risk agent dan 20 jenis risk event. Pekerjaan opersional pengandasan, pembersihan kapal, sandblasting, pemotongan kapal dan penumpukan hasil potong serta rendahnya kesadaran dan minimnya pengawasan terhadap penilaian lingkungan merupakan hasil analisa dari desain house of risk, dengan mitigasinya adalah menyediakan tempat khusus agar tidak bersentuhan langsung dengan air laut pada operasionalnya. Selain itu besarnya nilai score kekutatan pesaing usaha non berbadan hukum merupakan hasil dari competitive matrix yang kemungkinan besar dapat mengancam keberlangsungan hidup perusahaan
ANALISA DAERAH HAZ MENGGUNAKAN ELEKTRODA RD 260 PADA BESI HOLLOW
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kekerasan Brinell ( HRB ) pada daerah HAZ .Eksperimen ini menggunakan Portable Harness Tester SP Tech yang dilakukan pada besi Hollow denganukuran panjang benda kerja keseluruhan 240 mm, tebal 1 mm dan lebar 25 mm, sedangkan mesin las yangdigunakan adalah mesin las dengan arus 70 A. Jarak daerah las yang mulai dari sumbu las ( 0 mm ) sampaipada jarak 50 mm . Pengambilan data dilakukan pada specemen elektroda RD 260 dengan 20 titikpengujian. Nilai kekerasan tertinggi terletak pada Titik uji 7 dan 8 dengan nilai kekerasan 56 HRB,sedangkan rentang nilai kekerasan terendah terletak pada Titik uji 8 dan 9 dengan nilai kekerasan 2,5 HRB.Nilai kekerasan terendah terletak pada titik Uji 9 SSPC A dengan nilai kekerasan 257 HRB dan nilaitertinggi terletak pada Titik 10 SSPC B dengan nilai kekeraan 380 HR
STUDY PENERAPAN INTERNATIONAL SHIP AND PORT FACILITY SECURITY (ISPS) CODE PADA PELABUHAN TELUK LAMONG BERBASIS SECURITY RISK ASSESSMENT
Pelabuhan Terminal Teluk Lamong adalah salah satu terminal peti kemas terbesar Indonesia yang berlokasi di Gresik. Terminal Teluk Lamong dilengkapi dengan peralatan-peralatan canggih yang mendukung modernisasi dan otomatisasi pelayanan jasa kepelabuhanan. Dalam proses kegiatannya keamanan menjadi faktor terpenting baik di pelabuhan Teluk Lamong maupun pada kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Teluk Lamong. Tujuan penelitian ini, menganalisa risiko berdasarkan ketentuan hukum ISPS Code yang berlaku di Indonesia dan membuat tindakan pencegahan risiko-risiko yang mungkin terjadi pada penerapan ISPS code di Pelabuhan Teluk Lamong. Metode dibagi menjadi 2 yaitu : 1) mengidentifikasi risiko sekaligus menganalisa risiko yang mungkin terjadi. 2) menyusun tindakan pencegahan berdasarkan analisa risiko. Hasil dari penelitian ini, didapatkan sebanyak 10 kejadian risiko (Risk Event) dan 10 pemicu risiko (Risk Agent) pada penerapan ISPS Code di Pelabuhan Teluk Lamong. Selanjutnya dilakukan perhitungan perangkingan menggunakan nilai Agregate Risk Potential untuk menentukan proritas tindakan-tindakan pencegahan risiko yang mungkin terjadi pada penerapan ISPS Code di Pelabuhan Teluk Lamong. Hasil Identifikasi Tindakan Pencegahan (Preventive Action) pada Pemicu Risiko (Risk Agent) diatas diketahui 10 tindakan Tindakan Pencegahan (Preventive Action) pada 10 Pemicu Risiko (Risk Agent) berdasarkan peringkat pada perhitungan nilai Agregate Risk Potensial (ARP) diatas. Setelah diketahui tindakan-tindakan pencegahan risiko yang mungkin terjadi berdasarkan pemicu risiko (Risk Agent) pada penerapan ISPS Code di Pelabuhan Teluk Lamong sehingga dapat memberikan manfaat tentang tindakan pencegahan kepada Ship Security Officer (SSO) maupun kepada Port Facility Security Assesment (PFSA) jika beberapa risiko-risiko tersebut terjadi
Penerapan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code Pada Pelabuhan Tanjung Emas Berbasis Bow Tie Risk Assessment
International Ship and Port facility Security Code (ISPS Code) merupakan aturan yang digunakan untuk mengetahui dan mengurangi risiko keamanan yang dapat terjadi pada kapal dan pelabuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan ISPS Code yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Sample data diambil dari observasi lapangan serta survey yang dilakukan di Terminal Penumpan dan Peti Kemas. Pada prosesnya data dianalisa dengan 2 tahap yaitu metode Importance Index dan Bow-tie risk assasment dan didapati bahwa risiko dengan nilai tertinggi bersumber dari penerapan aturan standar keamanan pelabuhan dengan nilai kemungkinan(Likelihood Index) sebesar 100% pada level risiko 4 (Extremly High) dan nilai keparahan(Severity Index) mencapai 50% pada level risiko 3(High) dengan kategori matriks pada tingkat resiko ekstrim (E).The International Ship and Port Facility Security Code (ISPS Code) is a rule used to identify and reduce security risks that may occur to ships and ports. The purpose of this study was to determine the implementation of the ISPS Code in the Port of Tanjung Emas, Semarang. Sample data were taken from field observations and surveys conducted at the Passenger and Container Terminals. In the process, the data is analyzed in 2 stages, namely the Importance Index and Bow-tie risk assessment methods and it is found that the risk with the highest value comes from the application of standard port security rules with a Likelihood Index of 100% at risk level 4 (Extremly High) and the severity index (Severity Index) reaches 50% at risk level 3 (High) with a matrix category at the extreme risk level (E)
ANALISA SISTEM MANAJEMEN MATERIAL INSULATION PLAN PADA PROYEK KCR 60M KE-5 DIVISI KAPAL PERANG PT PAL INDONESIA
Manajemen material adalah kegiatan manajemen material dalam suatu organisasi, dimulai dengan proses perencanaan, penentuan kualitas dan kuantitas material, pengadaan, penggunaan, dan penyelesaian proses manufaktur untuk membuat material baru. Materal Requirements Planning (MRP) adalah sistem yang dapat membantu bisnis mengetahui material yang dibutuhkan untuk produksi, menghitung jumlahnya, serta menentukan waktu kapan material tersebut dibutukan. Setidaknya, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh bisnis bila menerapkan sistem Materal Requirements Planning (MRP). Sistem ini menggunakan pencatatan dari bill of material pada produk akhir kedalam proses produksi dan rencana pembelian dari berbagai komponen. Pertama, tidak ada resiko penumpukan persediaan material yang berakhir meninggalkan biaya pengelolahan stok. Kedua, mencegah resiko waktu keterlambatan penyerahan kapal yang berakibat menurunya permintaan pemesanan kapal digalangan tersebut dikarenakan pengerjaan kapal mundur dari waktu yang disepakati. Diantaranya yang harus dilakukan merencanakan kebutuhan dan penjadwalan material insulation plan tersebut dengan jumlah dan kedatangan yang terjadwal. Metode yang digunakan menggunakan Materal Requirements Planning (MRP) denga cara melihat master schedule pekerjaan dan menghitung kebutuhan material inulation plan tersebut dengan menggunakan teknik lot sizing lot for lot dan part period balancing. Dengan menggunkan metode Materal Requirements Planning (MRP) perusahaan mampu mengurangi biaya simpan sebesar Rp. 104,230,936
Mitigasi Risiko Keterlambatan Material dan Komponen Impor menggunakan House of Risk (HOR) Pada Proyek Pembangunan Tug Boat 2x1200 HP
Tug Boat 2x1200 HP merupakan kapal pesanan dari salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Tug Boat 2x1200 HP ini salah satunya di produksi pada galangan kapal PT. XYZ yang berlokasi di Gresik. Pada proses pembangunannya terdapat beberapa risiko yang akan terjadi, salah satunya adalah risiko keterlambatan material dan komponen terutama pada material dan komponen impor. Tujuan penelitian ini, membuat tindakan pencegahan menggunakan metode House of Risk(HOR) terhadap risiko yang terjadi pada keterlambatan material dan komponen impor pembangunan Tug Boat 2x1200 HP di PT. XYZ. Metode House of Risk(HOR) dibagi menjadi 2 fase : 1) mengidentifikasi risiko yang akan menjadi prioritas Risk Agent. 2) menyusun tindakan pencegahan berdasarkan tingkat prioritas Risk Agent. Hasil dari penelitian ini, dari HOR Fase I didapatkan sebanyak 22 Risk Agent dan 10 yang menjadi prioritas Risk Agent. Dari HOR Fase II didapatkan sebanyak 14 tindakan pencegahan dari 10 yang menjadi prioritas Risk Agent
ANALISIS PERBANDINGAN PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHODE (CPM) DAN CRITICAL CHAIN PROJECT MANAGEMENT (CCPM) PADA REPARASI KAPAL BG. KFT 8005
Perencanaan dan penjadwalan dalam manajemen proyek merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proyek. Perencanaan dan penjadwalan dengan metode lama seperti Critical Path Methode (CPM) dinilai kurang efektif sehingga pada penilitian ini dilakukan untuk menerapkan metode Critical Chain Project Management (CCPM) dalam pelaksanaan proyek reparasi Kapal BG. KFT 8005. Metode ini ditempuh dengan cara mengurangi durasi dengan CPM, menghilangkan multitasking serta memberi buffer di waktu persimpangan menuju rantai kritis dan di waktu akhir proyek. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan waktu dan biaya tenaga kerja langsung pada metode CCPM tersebut dengan metode CCPM. Pada metode CPM menghasilkan durasi pengerjaan proyek selama 76 hari dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 86.670.000,-. Pada metode CCPM menghasilkan durasi pengerjaan proyek selama 61 hari dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 69,078,000,-. Apabila buffer time digunakan sepenuhnya maka durasi pengerjaan proyek menjadi 68 hari dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 79,089,166.67,-. Dengan adanya metode CCPM terjadi selisih waktu pengerjaan lebih cepat 15 hari atau 19,74% dengan biaya tenaga kerja langsung lebih rendah Rp. 17,592,000,- atau 20,3% (tanpa buffer time) dan selisih waktu pengerjaan lebih cepat 8 hari atau 10,53% dengan biaya tenaga kerja langsung lebih rendah Rp. 7,580,833.33,- atau 8,75% (dengan buffer time)
PENERAPAN INTEGRASI RISIKO & AUDIT INTERNAL SISTEM MANAJEMEN UNTUK PENINGKATAN BERKELANJUTAN (STUDI KASUS : PENERAPAN ISO 9001, ISO 14001, & ISO 45001 DI INDUSTRI MANUFAKTUR)
Amanat dari sistem manajemen terintegrasi adalah untuk mengurangi duplikasi pekerjaan, risiko, meningkatkan keuntungan, menyelaraskan sasaran, tanggung jawab dan wewenang, fokus dalam penyelesaian masalah, meningkatkan efektifitas komunikasi, serta lebih mudah untuk menerapkan beberapa standar karena semua standard akan menggunakan bahasa dan persyaratan dasar yang sama. Secara kalkulasi ekonomi, perusahaan dapat mengalami efisiensi dengan adanya implementasi IMS, misalnya integrasi risiko dan integrasi audit internal untuk peningkatan berkelanjutan. Metodologi penelitian dilakukan dengan reviu literatur dan pengambilan data primer di perusahaan industri manufaktur yang menerapkan SMM, SML, dan SMK3. Terkait identifikasi risiko yang dilakukan, ditemukan 18 risiko dan 5 peluang terkait mutu, lingkungan, dan K3. Dan dari hasil audit integrasi yang dilakukan ditemukan efisiensi durasi audit yang cukup besar, serta beberapa klausul yang perlu difokuskan untuk perbaikan guna peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen yang ada. Risiko signifikan tertinggi terdapat pada proses Produksi, yaitu Pengolahan limbah B3 hasil produksi dengan nilai ''A'' dan Peluang signifikan tertinggi terdapat pada proses inspeksi kualitas, yaitu pemenuhan sertifikasi laboratorium dengan nilai ''B''. Perusahaan mendapatkan efisiensi durasi audit sebanyak 11,5 hari dalam 1 tahun dengan melakukan audit integrasi, serta perlu fokus pada pemenuhan klausul 10.2; 7.1.5.2; 8.5.1 SMM, dan klausul 8.1; 6.1.2; 8.2 SML dan SMK3. Kata kunci: IMS, SMM, SML, SMK
MODEL PENGERING IKAN ASIN BERBASIS IoT SEBAGAI ALAT ALTERNATIF DIMUSIM HUJAN DALAM SKALA HOME INDUSTRI
Teknologi merupakan sarana bagi kelangsungan hidup manusia. Teknologi semakin hari akan semakin berkembang. Teknologi yang berkembang akan memudahkan manusia melangsungkan hidup dan memberi kemudahan dalam hal apapun. Dengan menggunakan teknologi yang canggih manusia dapat beraktifitas dengan nyaman. Dalam proses produksi ikan asin teknologi sangat dibutuhkan guna melancarkan proses produksi dan menghemat waktu produksi menjadi seefisien mungkin.untuk membantu pelaku produksi ikan asin akan di rancang dan di bangun model pengering ikan asin berbasis iot . Alat ini dirancang guna menjadi alternatif pelaku usaha serta meningkatkan produksi ikan asin pada saat cuaca buruk atau saat musim penghujan. Alat ini dilengkapi tiga sensor yaitu sensor LM35 untuk mendeteksi suhu (ºC) didalam alat pengering, sensor cahaya BH1750 untuk mendeteksi intensitas cahaya (lux), dan sensor FC37 (water break) yang berfungsi untuk mendeteksi hujan. Dan untuk proses pengeringan alat ini menggunakan elemen pemanas yang suhunya akan dikontrol oleh mikrokontroller arduino mega melalui sensor suhu. Semua perintah pada komponen diatur melalui program Arduino IDE. Dan model sistem pengering ikan asin ini hanya dapat memantau (monitoring) dan mengontrolpada satu jaringan WiFi. Karena sistem ini menggunakan aplikasi pada android yaitu Blynk App.untuk menghubungkan blynk app dan perangkat mikrokontroller menggunakan komponen esp 8266-01 yang telah diberi program. Alat ini mampu diimplementasikan dan berjalan dengan baik sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk membantu dalam proses pengeringan alat ini dilengkapi dengan timer untuk mengontrol elemen pemanas. Dalam sekali proses pengeringan alat ini mampu mengeringkan ikan dalam jangka waktu 12 jam mulai dari ikan basah sampai ikan menjadi seperti yang diinginkan.Dan menggunakan daya listrik 169,6 watt.
- …