19 research outputs found

    Perancangan Sistim Informasi Drainase Kota Surabaya

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi basis data dan \u27software\u27 yang digunakan untuk mengelola basis data tersebut di daerah penelitian, dan mengembangkan (Rau merancang Sistem Informasi Drainase di daerah penelitian. Hasil identjfikasi basis data dan \u27software\u27 pengelolanya menunjukkan adanya dua jenis basis data yang telah dikembangkan di Kota Surabaya. Basis data yang pertama bersifat umum dan kurang lengkap serta dikelola dengan program Autocad. Sedangkan basis data yang kedua sudah memadai, bahkan struktur basis data dan tato letak data sudah balk yang dikelola dengan program Arc View versi 3.1. Oleh karena pilihan basis data djatuhkan pada basis data yang kedua dengan program pengelolanya adalah ArcView. Mengingat adanya beberapa kekurangan pada basis data tersebut maka diperlukan penambahan dan pengurangan data serla dilakukan beberapa perubahan pada struktur data yakni untuk kepentingan hubungan dengan kenampakan lain. Aplikasi Sistem Informasi Drainase Kota Surabaya dikembangkan dengan program Visual Basic 6.0 dan Arc View versi 3.2. Dengan aplikasi ini memungkinkan pengguna akhir yang kurang ahli dapat mengoperasikan dengan cepcit dan mudah dalam menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan untuk perencanaan dan pengelolalaan sistem drainase KotaSurabaya

    Dinamika Sistem Kota-Kota Dan Pemilihan Alternatif Pusat Pertumbuhan Baru Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    Get PDF
    Tujuan penelitian adalah menganalisa dinamika dan variasi perkembangan sistem kota-kota dan karakter kekotaan, guna memilih atau menentukan alternatif pengembangan pusat pusat baru di Propinsi sehingga pembangunan lebih merata. Penelitian menggunakan metode deskriptifianalitis dengan analisis data sekunder. Lingkup daerah penelitian meliputi seluruh desa di Propinsi DIY, sejumlah 438 desa yang tersebar di lima Kabupaten. Variabel yang digunakan meliputi variabel demografis untuk menganalisa sistem dan hirarki kota-kota dan variabel karakter kekotaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Index primacy, Analisis Faktor, Crosstab dan Korelasi, Pembuatan Tipologi Wilayah. Sedangkan analisis spasial atau pemetaan dengan program Arc View. Hasil penelitian menunjukkan, dinamika sistem kota-kota di Propinsi DIY sepanjang tahun 1960-2002 memperlihatkan gejala primacy atau pemusatan perkembangan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya (pinggiran). Hal tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan perkembangan wilayah dan beban kota semakin meningkat. Semakin tinggi peringkat wilayah, semakin dinamis perubahan yang terjadi, sena semakin tinggi karakter kekotaan yang dimilikinya. Fenomena pemusatan perkembangan yang tedadi di kota Yogyakarta dan sekitarnya merupakan bukti empiris pemusatan sistem perkotaan. Berdasarkan analisis yang komprehensif, ditetapkan kluster pusat pertumbuhan baru di lima Kabupaten Kota, yaitu Kluster Sentolo (Kabupaten Kulonprogo), Kluster Srandakan-Galur (Kabupaten Bantul), Kluster Playen-Patuk (Kabupaten Gunung Kidul), Kluster Tempel-Sleman (Kabupaten Sleman), dan Kluster Giwangan (Kota Yogyakarta). Penelitian merekomendasikan redistribusi hasil-hasil pembangunan melalui pengembangan dan penguatan pusat pertumbuhan baru, pembentukan tata ruang perwilayahan dan sistem perkotaan yang fungsional. Pusat pertumbuhan baru harus `mandiri. dan diintegrasikan dengan wilayah belakangnya (hinterland), sehingga tercipta keterkaitan fisik maupun ekonomi, khususnya dengan daerah perdesaan atau kawasan sentra produksi (agropolitan). Katakunci: sistem kota-kota, pusat pertumbuhan, pembangunan wilaya

    Depopulasi Dan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Di Daerah Pedesaan: Studi Determinan Regional Depopulasi Perdesaan dan Konsekuensinya pada Tekanan Penduduk Atas Lahan di Perdesaan Kabupaten Bantul

    Get PDF
    INTISARI Depopulasi perdesaan atau menurunnya jumlah absolut penduduk perdesaan merupakan fenomena baru dalam sejarah kependudukan Indonesia. Fenomena ini mulai terlihat nyata di DIY sejak tahun 1990an. Sejauh ini belum ada penelitian yang menelaah hubungan antara depopulasi perdesaan sebagai wujud perubahan perilaku reproduksi dan migrasi penduduk di satu pihak dengan arah dan intensitas penggunaan lahan perdesaan di lain pihak sebagai wujud perubahan lingkungan binaan. Selanjutnya pertanyaan tentang konsekuensi depopulasi terhadap perbaikan kesejahteraan penduduk perdesaan juga penting dicari jawabannya, sebab selama ini berbagai kebijakan kependudukan umumnya berasumsi jumlah penduduk yang kecil merupakan prakondisi untuk meningkatkan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1). menyusun tipologi daerah perdesaan menurut tingkat depopulasinya, (2). mengenali determinan-deterrninan depopulasi perdesaan pada tingkat regional. Selanjutnya berdasarkan tipologi yang tersusun akan dilakukan penelitian pada tingkat rumahtangga untuk mengetahui (1). faktor-faktor internal pada tingkat rumahtangga yang mendorong terjadinya depopulasi, (2). konsekuensi depopulasi perdesaan pada intensitas dan orientasi penggunaan lahan perdesaan pada tingkat rumahtangga dan (3). konsekuensi depopulasi perdesaan pada tingkat kesejahteraan rumahtangga. Studi penyusunan tipologi perdesaan menurut tingkat depopulasinya akan memanfaatkan data sekunder BPS dan data primer disertai observasi lapangan dengan teknik rapid rural appraisal (RIM). Dalam penyusunan tipologi perdesaan dan pengenalan determinan depopulasi perdesaan pada tingkat regional digunakan metode pemetaan dan tumpang-susun peta dalam rangka mengenali hubungan relasional secara spasial dengan bantuan teknologi Sistem Informasi Geografi (GIS). Survai rumahtangga dilakukan pada desa-desa yang dipilih berdasarkan hasil tipologi di ata

    The Influence of Spatial Urbanization to Regional Condition in Periurban Areas of Yogyakarta

    Get PDF
    It is interesting to study periurban areas because of its transitional characteristic. Periurban areas undergo dynamic changes as a result of spatial urbanization. This study is aimed at: (1) examining the development pattern of spatial urbanization in Yogyakarta and finding out the influential determinant factors; (2) examining the dynamics of land use changes in periurban areas and finding out the resultant impacts; (3) examining the pattern and development of services (infrastructures) and finding out the determinant factors supporting the development of services (infrastructures) in periurban areas; (4) examining the role of the development of periurban services (infrastructures) as magnetic forces for periurban development; and (5) making policies concerning periurban development and management in order to achieve optimal development and to balance the functions of urban and rural areas. The methods used in this research are secondary data analyses and aerial photo interpretation. This study applies secondary data analysis by comparing the data to find out the extent of the changes. Descriptive statistics, scaling, and discri-minant analysis are used as the analytical techniques to find out the determinant factors of urban growth in periurban areas. Spatially, urbanization in Yogyakarta periurban areas tends to move toward the western part (Ngestiharjo village), northern part (Catur Tunggal village) and eastern part (Banguntapan village). Besides centrifugal forces, the development of built land and urban characteristics in the western, northern and eastern parts are also influenced by the main roads (corridors) from Yogyakarta to Kaliurang, from Yogyakarta to Wates, and from Yogyakarta to Solo. The existence of the corridors prompts the functions of trade and services which, in turn, trigger the development of the surrounding housing complex. On the contrary, in the southern and south-east part of Yogyakarta the activities of service have not yet well-developed and neither have the new housing complex. The development of number and density population are variables determining urban development in Yogyakarta periurban areas. The dynamics of land use changes in Yogyakarta periurban areas are characterized by the decrease in agricultural land (6.46 % per year) and the increase in built land. The decrease in agricultural land reduces the sustainability of agricultural environment. Agricultural production can no longer satisfy periurban people’s needs for food. The different strength in interaction results in the difference in the facilities of service (infrastructure) between periurban areas. The periurban dynamics in Yogyakarta are also characterized by the increase in function and sustainability of services. The development of service (infrastructure) in Yogyakarta periurban areas have a lot of impacts especially those related to the increase in urban characteristics. In some parts of periurban areas, there is a relation between the increase in service provision and the development of urban characteristics

    Keterkaitan Infrastruktur Air Bersih PDAM dengan Kesehatan Masyarakat Kota Semarang

    Get PDF
    Pencapaian infrastruktur air bersih merupakan salah satu tujuan MDGs sehingga penting untuk diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui infrastruktur air bersih serta kaitannya dengan kesehatan masyarakat Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian yaitu  (1) infrastuktur air bersih Kota Semarang belum mampu menjangkau seluruh wilayah. (2) rumah sudah memiliki infrastruktur air bersih perpipaan 45,77%. (3) kualitas air minum PDAM baik (4) (a) penyakit yang berkaitan dengan air minum banyak diderita oleh responden yang berpendidikan SMP, SMA maupun SMK. (b) sebagian besar responden tidak pernah menderita sakit yang berkaitan dengan air minum. Namun responden berpenghasilan di bawah UMK yang pernah sakit lebih banyak. (5) tidak ada keterkaitan secara signifikan antara air minum PDAM dengan kesehatan masyarakat Kota Semarang. (6) seluruh responden menyatakan kualitas infrastruktur air bersih sudah baik, kualitas air biasa saja, dan Skala Kepentingan Kualita

    EVALUASI LOKASI EKSISTING SHELTER DAN KARAKTERISTIK PENGGUNA BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS-SEMARANG PADA DUA KORIDOR PELAYANAN DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kota Semarang memiliki BRT Trans-Semarang sebagai salah satu transportasi massal yang diharapkan menjadi transportasi dengan pelayanan terbaik, nyaman, aman, dan cepat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (a) mengetahui lokasi eksisting shelter BRT Trans-Semarang, (b) mengetahui kondisi sosial ekonomi pengguna BRT yang dapat mempengaruhi dominasi demand, dan (c) mengetahui jangkauan pengguna BRT terhadap keberadaan shelter. BRT Trans-Semarang memiliki 69 pasang shelter yang tersebar pada dua jalur koridor BRT Trans-Semarang, keberadaan shelter dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan kawasan yang berada disekitarnya. Pengguna BRT sebagian besar merupakan masyarakat dengan umur rata-rata 14 – 27 tahun dengan penghasilan yang relatif rendah yakni 0 – 2.000.000 rupiah dan memiliki pekerjaan yang mendominasi diantaranya adalah Pelajar, Mahasiswa, Karyawan Swasta, hingga pelaku Wiraswasta. Tidak semua kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap jumlah intensitas penggunaan BRT per minggunya. Shelter yang berada di pusat perkotaan sebagian besar responden berasal pada jangkauan buffer 0 – 400 meter, sedangkan shelter yang menjadi titik simpul awal perjalanan lebih bervariatif pola jangkauannya

    Preferensi Pelajar SMP Menentukan Lokasi Lembaga Bimbingan Belajar di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

    Get PDF
    Perkembangan sektor pendidikan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) semakin meningkat. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengidentifikasi kualitas pendidikan yakni nilai Ujian Nasional. Persaingan nilai Ujian Nasional yang cukup ketat, terutama pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola distribusi lokasi lembijar di KPY, mengidentifikasi preferensi Pelajar SMP dalam menentukan lokasi lembijar, dan menganalisis perbedaan preferensi Pelajar SMP dalam penentuannya di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul yang termasuk ke dalam KPY. Pola distribusi lokasi lembijar cenderung acak. Preferensi siswa dapat diidentifikasi dari faktor geografis dan non geografis. Faktor geografis menyatakan bahwa kedekatan lokasi rumah menjadi prioritas dan faktor non geografis menyatakan metode bimbingan menjadi hal utama. Terdapat perbedaan preferensi pada indikator kedekatan lokasi sekolah dan biaya kegiatan pada tiap daerah administratif

    KAJIAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP KESESUAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2009-2011

    Get PDF
    Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten yang menentukankawasannya ke dalam pertanian abadi. Namun, pada tahun 2010 luas panenberkurang hingga 5,42%, salah satunya disebabkan oleh pembangunan perumahan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi perkembangan dankarakteristik perumahan, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhipembangunan perumahan, dan untuk menentukan kesesuaian lokasi perumahandengan Rencana Tata Ruang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifdengan teknik analisis regresi data panel, dan teknik overlay.Hasil penelitian ini bahwa distribusi perumahan adalah mengelompokdengan menggunakan analisis tetangga terdekat dan memiliki tipe terbesar adalahT36 untuk karakteristik perumahannya. Faktor-faktor yang mempengaruhipembentukan perumahan adalah faktor aksesibilitas seperti jarak ke jalan.Sedangkan masalah yang terjadi di lokasi penempatan perumahan dengan183persentase 1% untuk lokasi perumahan yang tidak sesuai dengan Rencana TataRuang dan 6% untuk yang kurang sesuai dengan Rencana Tata Ruang.Kata kunci: perumahan, aksesibilitas, Rencana Tata Ruang Wilaya

    Analisis Ketersediaan dan Keterjangkauan Fasilitas Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar (SD) Dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kota Metro

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan, pola distribusi dan keterjangkauan fasilitas pendidikan SD dan SMP di Kota Metro. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data diperoleh dengan survei dan kajian dokumen. Hasil yang diperoleh adalah setiap kecamatan di Kota Metro memiliki seluruh jenis fasilitas pendidikan dasar dengan jumlah yang berbeda-beda. Jumlah fasilitas pendidikan tersebut belum memenuhi kebutuhan penduduk berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimum). Pola distribusi SD dengan pola seragam (dispersed) sedangkan SMP dengan pola acak (random). Berdasarkan keterjangkauannya, seluruh bagian Kota Metro telah mampu terlayani oleh seluruh fasilitas pendidikan dasar yang ada berdasarkan analisis jarak optimal setiap fasilitas pendidikan

    Interaksi Antara Jaringan Jalan Dengan Struktur Ruang Kabupaten Kendal

    Get PDF
    Perkembangan jaringan jalan dalam suatu wilayah akan berpengaruh terhadap struktur ruang yang terbentuk di suatu daerah. Pola konektivitas jaringan jalan merepresentasikan peran wilayah terhadap struktur ruang yang diidentifikasi dari bentuk jaringan jalan dan nilai konektivitas. Studi interaksi jaringan jalan dengan struktur ruang di Kabupaten Kendal dilakukan dengan mengetahui pola konektivitas melalui penghitungan indeks konektivitas berdasarkan teori grafik dan menghitung nilai daya tarik ruang berdasarkan teori gravitasi. Interaksi jaringan jalan dengan struktur ruang kemudian diketahui melalui pemodelan spasial daya tarik ruang berdasarkan hasil penghitungan teori gravitasi yang telah dikembangkan dengan melibatkan indeks konektivitas dalam penghitungannya
    corecore