3,275 research outputs found

    PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF DUA JENIS BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

    Get PDF
    Tebu ialah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan gula. Tanaman tebu  tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis khususnya Indonesia. Tebu sebagai salah satu komoditi pokok di kalangan masyarakat petani tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cara pengendalian gulma pada pertumbuhan vegetatif dua jenis bibit tanaman tebu yang dimulai pada bulan Februari sampai Juni 2015 di PG. Krebet Baru, PT PG. Rajawali I, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Penelitian disusun  menggunakan Rancangan Acak Kelompok Sederhana yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu : dua bibit budset + tanpa pengendalian gulma (P1), dua bibit budset penyiangan 1 dan 2 bulan (P2), dua bibit budset + herbisida glifosat + penyiangan 2 bulan (P3), dua bibit budset + herbisida glifosat + herbisida ametrin 2 bulan (P4), bibit bagal mata dua + tanpa pengendalian gulma (P5), bibit bagal mata dua + penyiangan 1 dan 2 bulan (P6), bibit bagal mata dua + herbisida glifosat + penyiangan 2 bulan (P7), bibit bagal mata dua + herbisida glifosat + herbisida ametrin 2 bulan (P8). Pengendalian gulma pada perlakuan penyiangan 1 dan 2 bulan, herbisida glifosat + penyiangan 2 bulan, dan herbisida glifosat + herbisida ametrin 2 bulan baik pada dua bibit budset maupun bibit bagal mata dua berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, jumlah anakan, diameter batang, bobot kering gulma dan analisis vegetasi.  Hasil penyiangan 1 dan 2 bulan paling nyata menekan pertumbuhan gulma baik pada dua bibit budset maupun bibit bagal mata dua

    STUDI PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) DENGAN JENIS BAHAN TANAM BERBEDA

    Get PDF
    Perbanyakan tanaman tebu dilakukan secara vegetatif. Hingga saat ini teknologi perbanyakan tebu berupa bagal, bud chip, dan bud sett. Bagal merupakan metode perbanyakan yang biasa digunakan oleh petani pada umumnya. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa terdapat interaksi antara varietas dengan bahan tanam. Varietas PSJK memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Bululawang. Pada varietas Bululawang, bahan tanam yang berasal dari top stek dan bagal dapat memperbaiki persentase perkecambahan berturut-turut sebesar 27,82% dan 13,26 % dibandingkan dengan bahan tanam yang berasal dari sogolan. Sebaliknya, pada varietas PSJK bahan tanam berupa sogolan memiliki persentase perkecambahan yang lebih baik. Varietas dan bahan tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang. Pertumbuhan tebu dipengaruhi oleh varietas dan bahan tanam. Top stek dan sogolan dapat digunakan sebagai bahan tanam karena memiliki pertumbuhan yang tidak berbeda dengan baga

    SOSIALISASI PERBANYAKAN BIBIT TEBU (Saccharum Offocinarum L.) KLON SB DENGAN BIBIT ASAL BAGAL I MATA TUNAS DI DESA GINTUNGAN KECAMATAN KEMBANGBAHU LAMONGAN

    Get PDF
    Desa Gintungan merupakan desa yang sebagian besar penduduknya mata pencahariannya sebagai petani palawija dan perkebunan tebu. Menurut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, 2007) Desa Gintungan terletak pada ketinggian 35m dpl dengan suhu rata-rata 230C-320C dan curah hujan rata-rata 410mm/tahun. Petani tebu di desa ini sebagian besar masih belum menerapkan budidaya secara sempurna. Penggunaan bibit tebu pada umumnya diambil budidaya tanaman tebu sebelumnya dan menggunakan sistem bagal sehingga bibit yang dibutuhkan semakin banyak dan hasil yang didapatkan tergolong sangat rendah. Dengan demikian maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang pengenalan pembuatan bibit yang dianggap sebagai trobosan baru untuk meningkatkan produktifitas tanaman tebu.  Teknologi budidaya tanaman tebu yang belum dikenal oleh petani adalah penggunaan bibit tebu asal bagal satu mata tunas. Petani tebu biasanya menanam tebu dengan menggunakan bibit bagal dengan 3-4 mata tunas, sehingga untuk penanaman membutuhkan bibit yang banyak. Dengan penggunaan bibit mata tunas yang banyak biasanya bibit tidak bisa tumbuh 100% karena posisi mata tunas tidak sejajar sehingga ada mata tunas yang menghadap ke arah  tanah dan tidak bisa tumbuh sempurna. Penggunaan bibit tebu dengan satu mata tunas ini dianggap sebagai alternatif yang sangat efektif dan efisien bagi petani. Dengan menggunakan bibit jenis ini maka kebutuhan bibit untuk budidaya tebu semakin sedikit tetapi dengan bagal mata tunas satu dan metode penanaman yang benar maka bibit tebu tersebut yang ditanam akan tumbuh 100%

    Taksasi Produksi Mata Tunas Sebagai Benih Tebu (Sacharrum Officinarum L.) Dengan Pendekatan Analisa Regresi

    Full text link
    One of the problems encountered in the development of sugarcane (Sacharrum officinarum L.) includes the availability of sugarcane seed both in quality and quantity. Evaluation of bud sett planting method in seed production was required in order to achieve the expected results. The study was conducted at the experiment station Muktiharjo, Central Java in 2012 using PSJT 941 varieties. Treatments applied were the different number of buds on bud sett which were at 3 levels, 1 bud, 2 buds or 3 buds. Research was arranged in a randomized complete block design (RCBD) with 5 replications. Observations were conducted on germination, tillering, plant height, number of stems, number of suckers and number of buds. The data obtained were analyzed with ANOVA and further tested using the Duncan test. Production assessment modeling approach was performed by a regression analysis. Calculation of stem number on 2 buds showed the highest with 9.6 stems/m, 9.2 buds/stem and with the sucker numbers lowest at 0.38 suckers/m. The highest production buds was obtained at planting 2 buds with 847,848.06 buds/ha which can be used as 8.83 ha for the milled sugarcane plantation. Assessment of bud production per hectare could use equation Y = 159655,48.e0,171.X with the independent variable of stem numbers per meter with a correlation coefficient of 0,9007 and a standard error of 1,0699

    TAKSASI PRODUKSI PENANGKARAN BENIH TEBU (Saccharum officinarum L.) METODE SINGGLE BUD PLANTING

    Get PDF
    Upaya  yang dapat  dilakukan untuk memperbaiki kultur teknis budidaya tanaman tebu yang benar adalah menyediakan bibit tebu unggul bersertifikat tepat waktu,  Penyediaan bibit secara single bud (budchips) merupakan salah satu cara yang perlu ditumbuhkembangkan.  Penelitian  bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan benih tebu unggul  bersertifikat bagi petani melalui perluasan KBD di setiap Wilayah Kerja PG. Panji dan Wringin Anom. Bahan tanam berupa Varietas tebu unggul (PS 862) dari P3GI Pasuruan.  Pendekatan taksasi produksi mata tunas per hektar menggunakan persamaan regresi eksponensial,  taksasi produksi  ku per hektar dengan formula, dan multiplikasi hasil benih dengan mengukur jumlah batang dan jumlah mata perrumpun. Penelitian menghasilkan   jumlah batang rata-rata perhektar 8.49 batang/m sehingga produksi  mata tunas metode bagal  681.888,6 mata perhektar (benih tanam tebu  KTG  7.01 hektar).  Untuk wilker PG. WringinAnom (924,0 ha) dibutuhkan benih KTG 88.704.000 mata tunas.  Dengan metode bagal dipenuhi dari  KBD 130,09 ha, dengan metode SBP hanya  39,32 ha.  WilKer PG. Pandji (124 ha) dibutuhkan  benih KTG11.956.060 mata tunas, dengan metode bagal dipenuhi dari 17,53 ha  KBD, dengan metode SBP  hanya  5.3 ha KBD.  Hasil panen bobot benih tebu   dalam kuintal per hektar 925,26 dengan tingkat multiplikasi 10 kali lipat

    PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN UKURAN BIBIT PADA PERTUMBUHAN PEMBIBITAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

    Get PDF
    Bibit sebagai bahan tanam sangat menentukan produktivitas hasil dari tebu giling. Pertumbuhan awal bibit ditentukan oleh media tanam dan ukuran bibit (cadangan makanan). Limbah dari pabrik gula yaitu blotong, ampas tebu dan abu ketel dapat dipakai sebagai media tanam dalam potray dan polybag. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ukuran bibit dan komposisi media tanam pada pertumbuhan bibit tebu (Saccharum officinarum L.). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2013 di PTPN X PG. Tjoekir, Jombang. Bahan- bahan yang digunakan antara lain bibit tebu varietas PS 882, media tanam yaitu pasir, tanah, kompos blotong, ampas tebu dan abu ketel, larutan desinfektan (lysol) dan ZPT (Atonik). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi dengan petak utama : (1) Komposisi media tanam 1 tanah, 1 pasir dan 1 kompos blotong (M0), (2) Komposisi media tanam 1 tanah, 1 pasir dan 1 ampas tebu (M1), (3) Komposisi media tanam 1 tanah, 1 pasir dan 1 abu ketel (M2) dan anak petak yaitu  ukuran bibit : (1) Bibit bagal panjang 20 cm dengan 1 mata tunas (S0), (2) Bibit bagal panjang 10 cm dengan 1 mata tunas (S1), (3) Bibit bagal panjang 5 cm dengan 1 mata tunas (S2), (4) Bibit budchip panjang 2,2 cm (S3). Terdapat interaksi pada komposisi media tanam dengan macam-macam ukuran bibit yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan pembibitan pada awal tanaman tebu. Komposisi media tanam kompos blotong dan bibit bagal panjang 20 cm dengan 1 mata tunas memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan bibit tanaman tebu. Kata kunci : Tebu, Media Tanam, Ukuran Bibit, Pembibita
    corecore