7 research outputs found

    Sulih hormon (HRT): sebuah persimpangan antara harapan dan realitas

    Get PDF
    Tujuan: Menelaah dampak publikasi penelitian WHI dan penggunaan pengobatan alternatif/komplementari terhadap perempuan menopause. Rancangan/rumusan data: Kajian pustaka. Hasil: Pada tahun 2002, dunia dibikin heboh oleh hasil penelitian WHI pada pemberian sulih hormon estrogen ekuin konjugasi + medroksi progesteronasetat terhadap perempuan menopause, yang menyimpulkan bahwa ternyata sulih hormon tidak dapat mencegah jantung koroner dan meningkatkan kejadian kanker payudara. Setelah dilakukan analisis mendalam, penelitian WHI tersebut banyak sekali kelemahannya. Akibat pemberitaan yang luas di media massa, perempuan menopause takut menggunakan sulih hormon dan para dokter tidak mau meresepkan sulih hormon lagi. Namun pada tahun 2004, keluar penelitian WHI yang lain di mana perempuan menopause yang tidak memiliki rahim diberikan estrogen saja, yang hasilnya justru sangat bermanfaat, yaitu dapat mencegah penyakit jantung koroner dan ditemukan penurunan kejadian kanker payudara. Namun demikian dampak dari penelitian WHI masih saja belum dapat memulihkan kepercayaan pasien maupun dokter. Kebanyakan pasien lebih mempercayai menggunakan obat-obat alternatif/ komplementari, dan bahkan para dokter pun ikut juga menyarankannya, meskipun data keamanan dan efektivitas obat-obat tersebut masih diragukan kebenarannya. IMS mengeluarkan rekomendasi, bahwa sulih hormon masih tetap merupakan pilihan utama dan penggunaan obatobat alternatif/komplementari masih harus menunggu terlebih dahulu penelitian jangka panjang. Timbul kerancuan di kalangan pasien maupun dokter tentang arti dari hormon alami dan bioidentical hormon. Kesimpulan: Dampak dari hasil penelitian dari WHI telah menghilangkan harapan dan kepercayaan perempuan menopause dan dokter terhadap sulih hormon, meskipun kenyataannya sulih hormon masih merupakan pilihan utama untuk dapat meningkatkan kualitas hidup. Perlu diberikan informasi yang cukup tentang sulih hormon, pengobatan alternatif/ komplementari dan arti dari hormon alami dan bioidentical hormon. [Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-3: 161-6] Kata kunci: WHI, perempuan menopause, hormon alami, bioidentical hormon

    Fertilisasi in vitro (Bayi tabung): Dilema kemajuan yang tak kunjung usai

    Get PDF
    Tujuan: Menelaah perkembangan program Fertilisasi in vitro (FIV) dan hal-hal yang menimbulkan perdebatan dan dilema. Rancangan/rumusan data: Kajian pustaka. Hasil: Teknik Bayi Tabung telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Berbagai cara ditempuh oleh praktisi Bayi Tabung untuk mendapatkan angka kehamilan yang tinggi, dengan menggunakan berbagai teknik yang canggih, namun belum juga dapat meningkatkan angka kehamilan. Embrio yang dibekukan, kehamilan multipel, preimplantation genetic diagnosis (diagnosis genetik praimplantasi), riset embrio untuk stem cells telah menimbulkan dilema atau perdebatan di seluruh dunia. Masa depan anak-anak yang dilahirkan dari teknik Bayi Tabung telah menjadi perhatian para sosiolog, psikolog dan ahli hukum. Telah dilaporkan adanya dampak negatif terhadap ibu maupun anak dari penggunaan obat-obat pemicu ovulasi yang digunakan pada proses Bayi Tabung. Telah dikembangkan cara baru yang lebih sedikit berdampak negatif terhadap ibu dan anak di kemudian hari, yaitu in vitro maturation (IVM). Banyaknya klinik-klinik Bayi Tabung yang bermunculan di seluruh dunia, telah menimbulkan kekuatiran terhadap munculnya wisata reproduksi. Kesimpulan: Kemajuan yang begitu pesat dalam teknik Bayi Tabung untuk membantu pasutri ternyata telah menimbulkan dilema etik, moral, sosial, psikologik dan hukum, yang perlu segera dicari jalan keluarnya. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-4: 231-5] Kata kunci: fertilisasi in vitro, embri

    Polimorfisme sebagai suatu uji genetik: Sebuah tinjauan kritis

    Get PDF
    Tujuan: Menelaah perkembangan penggunaan polimorfisme sebagai suatu uji genetik yang masih menimbulkan banyak silang pendapat. Rancangan/rumusan data: Kajian pustaka. Hasil: Gen terdiri dari berbagai variasi yang dapat menggambarkan berbagai jenis penyakit pada manusia dan dengan polimorfisme dapat juga menentukan dosis obat yang tepat bagi seseorang. Pengaruh lingkungan sangatlah besar terhadap gen. Polimorfisme yang ditemukan di suatu negara belum tentu sama dengan polimorfisme di negara yang lain, karena memang pengaruh lingkungan setiap negara berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting setiap negara memiliki sendiri-sendiri variasi gen. Kurang tepat kalau merujuk dengan variasi-variasi gen yang ditemukan di negara-negara maju. Kesimpulan: Pemeriksaan polimorfisme sangat berguna untuk menentukan apakah seseorang individu menderita penyakit tertentu, sehingga diharapkan dapat dilakukan pengobatan dan pencegahan dini. Dengan polimorfisme juga dapat ditentukan dosis obat yang tepat, mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Namun polimorfisme telah menimbulkan kritik di berbagai negara. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 116-20] Kata kunci: polimorfisme, uji geneti

    Karakteristik Pasien Endometriosis di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Selama Periode 1 Januari 2000 - 31 Desember 2005

    Get PDF
    Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien endometriosis yang berobat ke RSCM. Rancangan/rumusan data: Studi deskriptif. Karakteristik pasien endometriosis di RSCM. Tempat: Poliklinik Imunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Jakarta. Bahan dan cara kerja: Dilakukan pendataan dari catatan medik tentang karakteristik faktor risiko semua pasien endometriosis baru yang didiagnosis pertama pada tanggal 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2005 dengan hasil histopatologi (+) endometriosis. Hasil: Didapatkan 111 sampel yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Rerata usia pasien adalah 33,39 ± 6,40 tahun, di mana yang terbanyak adalah kelompok usia 30 - 34 tahun (29,72%). Sebagian besar pasien (68,47%) datang atas keinginan sendiri, dan hanya 1 pasien (0,9%) rujukan dari bidan. Sisanya rujukan dokter umum dan SpOG. Lebih dari separuh (63,96%) pasien mengalami dismenorea, tetapi pasien yang datang dengan keluhan utama dismenorea hanya 29,73%. Pasien lain datang dengan keluhan nyeri perut (27,3%), benjolan di perut (22,52%), gangguan haid (10,81%), ingin anak (7,21%) dan gangguan berkemih (2,71%). Sebagian besar subjek sudah menikah (77,48%), dan hampir separuhnya (48,84%) mengalami infertilitas, baik primer maupun sekunder. Rerata usia menars adalah 13,19 ± 1,87 tahun. Usia menars terbanyak adalah 12 tahun, sebanyak 36 pasien (32,43%). Sebagian besar pasien (85,59%) memiliki siklus haid normal (antara 21 - 35 hari), dengan banyaknya haid yang juga normal (2 - 5 pembalut/ hari). Untuk lama haid, ternyata cukup banyak pasien yang mengalami haid lebih lama dari lama haid normal, yaitu sebanyak 48,65%. Hampir seluruh subjek tidak menggunakan kontrasepsi oral (91%). Berdasarkan diagnosis preoperatif, sebanyak 35,13% pasien terdiagnosis sebagai endometriosis. Sebanyak 26,13% pasien mempunyai diagnosis preoperatif selain endometriosis atau adenomiosis. Intra operatif dilakuan penilaian stadium endometriosis menurut (revised) American Fertility Society (AFS 1 - 4), di mana sebagian besar pasien menderita endometriosis stadium 3 dan 4 (sedang - berat), yaitu sebanyak 44,14% dan 46,35%. Pada penelitian ini didapatkan keluhan dismenorea lebih banyak ditemukan pada stadium 4, yaitu sebanyak 49,30%, walaupun terdapat 2 pasien (2,81%) pasien dengan dismenorea berada pada stadium 1 (minimal). [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 73-8] Kata kunci: endometriosis, karakteristik, faktor risik

    Tailoring Immunotoxin AS Anticancer Drug

    Full text link
    The conventional treatments for cancer have been considered unsatisfatory, with limited efficiency in terms of discriminative cancer cell adverse reaction against the normal compartments, a number of immunological approaches had been implemented. Since cancer cells could exhibit tumor specific antigen (s), a highly specific antibody could be used to direct any anticancer drug, biological agent or radioisotope selectively against the cancer cells and does not harm the normal cells. The specific antibody could be raised by immunization with purified tumor specific antigen (s). The biological agent could be obtained as toxin, either derived from bacteria e.g. diphtheria toxin or derived from plants e.g. castor ricin, which could destroy and kill cancer cells after contacts. A hybrid molecule constructed between antibody and toxin has been known as "immunotoxin". The selectivity of the antibody against a given tumor specific antigen could be increased by using a monoclonal antibody, made by hybridoma technique and immunological engineering. Accordingly, the efficiency of the destructive or killing effect of the toxin could be eventually increased by purification technique, biochemical and genetic engineering. In a preliminary study ricin from castor (Ricinus communis) have been purified and separated into two protein fractions (RCAI = 12.000 dalton and RCA II = 60.000 - 65.000 dalton). The latter showed toxin property, and was tested in vitro both against normal cells and against cancer cells. In the microcy totoxicity assay the ricin showed both the short term and the long term killing effect as measured after 1, 4, 16 and 24 hours. The killing effect against cancer cells was stronger as compared to that against normal cells. The acute or short term effect was observed at lower concentration of ricin (10-6 and 10-12 g/ml) after 1 and 4 hours contacts. The long term effect resulted in 90% and nearly 100% cytotoxicity in higher concentration of ricin. Further development of the immunotoxin are in progress. Various aspects dealing with technical problems and clinical aplications will be discussed

    Controversies in hormone replacement therapy

    No full text
    <p>Deficiency of estrogen hormone will result in either long-term or short-term health problems which may reduce the quality of life. There are numerous methods by which the quality of female life can be achieved. Since the problems occuring are due to the deficiency of estrogen hormone, the appropriate method to tackle the problem is by administration of estrogen hormone. The administration of hormone replacement therapy (HRT) with estrogen may eliminate climacteric complaints, prevent osteoporosis, coronary heart disease, dementia, and colon cancer. Although HRT has a great deal of advantage, its use is still low and may result in controversies. These controversies are due to fact that both doctor and patient still hold on to the old, outmoded views which are not supported by numerous studies. Currently, the use of HRT is not only based on experience, or temporary observation, but more on evidence based medicine. <em><strong>(Med J Indones 2001; 10: 182-6)</strong></em></p><p><strong>Keywords: </strong><em>controversies, HRT</em></p
    corecore