153 research outputs found

    Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang

    Get PDF
    Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang kebutuhannya sangat tinggi di pasaran. Namun saat ini produktivitas kentang masih kurang bagus dan masih dibutuhkan suatu tindakan, sehingga produktivitasnya tinggi. Rendahnya produktivitas di antaranya disebabkan pengelolaan budidaya yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk organik cair dan teknik penanaman yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl., jenis tanah Andisol yang dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai Nopember 2012. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, faktor I ialah dosis pupuk organik cair (C0 = tanpa pupuk organik cair, C1 = pupuk organik cair 3 ml/l air, C2 = pupuk organik cair 6 ml/l air, dan C3 = pupuk organik cair 9 ml/l air) dan faktor 2 ialah teknik penanaman (T1 = tanpa mulsa, T2 = memakai mulsa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan teknik penanaman dengan mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang sebesar 84,48 dan 98,68% pada umur 1bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah tanam. Teknik penanaman kentang menggunakan mulsa dapat menekan serangan penyakit Phytophthora infestans sebesar 32,25% dibandingkan penanaman tanpa mulsa. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan produksi per plot (95,27%) dan persentase kelas umbi besar (44,27 – 128,77%), serta mengurangi kelas umbi kecil (60,93 – 119,04%)

    Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang

    Full text link
    Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang kebutuhannya sangat tinggi di pasaran. Namun saat ini produktivitas kentang masih kurang bagus dan masih dibutuhkan suatu tindakan, sehingga produktivitasnya tinggi. Rendahnya produktivitas di antaranya disebabkan pengelolaan budidaya yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk organik cair dan teknik penanaman yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl., jenis tanah Andisol yang dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai Nopember 2012. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, faktor I ialah dosis pupuk organik cair (C0 = tanpa pupuk organik cair, C1 = pupuk organik cair 3 ml/l air, C2 = pupuk organik cair 6 ml/l air, dan C3 = pupuk organik cair 9 ml/l air) dan faktor 2 ialah teknik penanaman (T1 = tanpa mulsa, T2 = memakai mulsa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan teknik penanaman dengan mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang sebesar 84,48 dan 98,68% pada umur 1bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah tanam. Teknik penanaman kentang menggunakan mulsa dapat menekan serangan penyakit Phytophthora infestans sebesar 32,25% dibandingkan penanaman tanpa mulsa. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan produksi per plot (95,27%) dan persentase kelas umbi besar (44,27 – 128,77%), serta mengurangi kelas umbi kecil (60,93 – 119,04%)

    Peningkatan Produksi Dan Mutu Benih Wortel (Daucus Carota) Varietas Lokal Melalui Pemangkasan Cabang Dan Pemupukan Boron (Increasing the Production and Quality of Carrot Seed Local Variety Through Branch Pruning and Boron Fertilization)

    Full text link
    Teknik perbenihan perlu diperhatikan untuk mendapatkan benih wortel bermutu. Hal ini terjadi dikarenakan oleh teknik perbenihan / pemilihan umbella sebagai sumber bibit kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan mutu benih wortel melalui perlakuan pemangkasan cabang dan pemberian pupuk boron. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014 di kebun percobaan Berastagi, dengan ketinggian ± 1340 meter dpl, jenis tanah andisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor 1: Teknik Pemangkasan (P0. Tanpa pemangkasan, P1. Pemangkasan cabang tersier, P2. Pemangkasan cabang primer dan tersier) dan faktor 2 = Dosis Pupuk Boron (Bo. 0, B1. 5 kg/Ha, B2. 10 kg/Ha dan B3. 15 kg/Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan cabang tersier pada perbenihan wortel dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 15.12% – 23.91%, diameter cabang sekunder 17.87% – 19.97%, bobot kotor benih 66.87 – 70.62%, bobot bersih benih 62.85% – 70.62% dan menurunkan persentase benih hampa 32.82% – 44.52%. Pemberian pupuk boron dengan dosis 15 kg/ha dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 60.89%, bobot kotor benih 59.85%, bobot bersih benih 67.68% dan menurunkan persentase benih hampa ±58.32% dibanding tanpa pemberian boron. Persentase tumbuh benih dapat ditingkatkan (49.28 – 51.89%) dengan perlakuan pemangkasan cabang tersier dan pemberian pupuk boron 5- 10 kg/ha.KeywordsDaucus carota; Pemangkasan cabang; Pupuk boro

    Implementation Of Varied Smoking Methods In The Process Of Katsuobushi (Woody Smoked Fish) Skipjack (Katsuowonus Pelamis)

    Full text link
    The aim of the research was to determine the effectiveness of smoking method implemented forproducing katsuobushi (woody smoked fish). The processes were distinguished into two methods, namely: liquid smoking (Pc) and traditional smoking (Pt). Skipjack katsuobushi produced were then evaluated for their quality, including: the value of organoleptic, the value of pH, the content of moisture, acids, and phenols. The results showed that the quality of the katsuobushi produced by implementing the liquid smoking method was significantly different from that produced by implementing traditional smoking one. The value of the odor, flavor, and the content of moisture, phenols and acids, katsuobushi skipjack produced by liquid smoking methods were higher, whilst the value of colour and pH were lower and significantly different than those produced by implementing traditional smoking. Both kinds of katsuobushi skipjack were overgrown by fungi Aspergillus sp. and Penicillum sp. indifferent intensities. The growth intensity of the fungi on the surface of katsuobushi skipjack produced by implementing traditional smoking was higher than that produced by implementing liquidsmoking

    Determination of OD Value and CFU Dilution for Modeling the Infection of Vulvovaginal Candidiasis on Experimental Mice

    Get PDF
    Background. Vulvovaginal candidiasis (VVC) is also sometimes called a yeast infection, and it occurs when there is overgrowth of the normal yeast in the vagina. This infection is relatively common nearly 75% of all adult women have had at least one "yeast infection" in their lifetime and harmful for their immune system. Objective. To measure the number of colonies of Candida albicans in the treated mice induced by Candida albicans derived from clinical strain BALB/c at various clinical dosages in CFU dilution and to determine the optic density (OD) value in blood serums of the treated mice. Method. Three mice clinical strain BALB/c, 18-12 weeks, weight 25-30 gr, were randomly selected and Candida albicans were transvaginally induced to the treated mice with 10

    SARS-CoV-2 prevalence and immunity: a hospital-based study from Malawi

    Get PDF
    Background: COVID-19 transmission and disease dynamics in sub-Saharan Africa are not well understood. Our study aims to provide insight into COVID-19 epidemiology in Malawi by estimating SARS-CoV-2 prevalence and immunity after SARS-CoV-2 infection in a hospital-based setting. Methods: We conducted a hospital-based, convenience sampling, cross-sectional survey for SARS-CoV-2 in Lilongwe, Malawi. Participants answered a questionnaire and were tested for SARS-CoV-2 by enzyme-linked immunosorbent assay and real-time reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). A surrogate virus neutralization test (sVNT) was performed in seropositive samples to estimate immunity. Poisson regression was used to assess SARS-CoV-2 point prevalence association with demographic and behavioral variables. Findings: The study included 930 participants. We found a combined point prevalence of 10.1%. Separately analyzed, RT-PCR positivity was 2.0%, and seropositivity was 9.3%. Of tested seropositive samples, 90.1% were sVNT positive. We found a high rate (45.7%) of asymptomatic SARS-CoV-2 infection. SARS-CoV-2 point prevalence was significantly associated with being a healthcare worker. Interpretation: Our study suggests that official data underestimate COVID-19 transmission. Using sVNTs to estimate immunity in Malawi is feasible and revealed considerable post-infection immunity in our cohort. Subclinical infection and transmission are probably a game-changer in surveillance, mitigation and vaccination strategies.Peer Reviewe

    Pengaruh Quenching pada Derajat Kristalinitas dan Sifat Mekanik Polietilena dan Polipropilena

    Full text link
    PENGARUH QUENCHING PADA DERAJAT KRISTALINITAS DAN SIFAT MEKANIK POLIETILENA DAN POLIPROPILENA. Telah dipelajari pengaruh quenching pada derajat kristalinitas dan sifat mekanik polietilena dan polipropilena. Quenching dilakukan pada beberapa variabel yaitu waktu quenching 10 detik, 60 detik dan 300 detik serta suhu quenching 10 oC, 20 oC, 28 oC dan 30 oC. Hasil percobaan menunjukkan Perubahan titik transien ke steady state terjadi pada waktu quenching 60 detik pada berbagai suhu quenching dan berbagai sifat bahan yang telah dipelajari, ditandai dengan adanya pembelokan gradien tinggi ke rendah. Akibat quenching derajat kristalinitas berpengaruh pada sifat mekanik (kuat luluh dan kuat tarik). Polietilena yang berderajat kristalinitas sekitar 17% menunjukkan kuat luluh sekitar 100 kg/cm2 dan kuat tarik 140 kg/cm2. Polipropilena berindeks Melt Flow 2 (PPMF2) memiliki derajat kristalinitas 47 % menunjukkan kuat luluh 267 kg/cm2 dan kuat tarik 267 kg/cm2, sedangkan contoh bahan polipropilena dengan indeks Melt Flow 35 (MF35) berderajat kristalinitas 39 %, menunjukkan kuat luluh 207 kg/cm2 dan kuat tarik 260 kg/cm2
    • …
    corecore