38 research outputs found

    The Use of Species Sanitation and Insecticides for Malaria Control in Coastal Areas of Java

    Full text link
    Aktivitas pengendalian penyakit malaria dimulai sejak awal abad ke-20. Beberapa peneliti malaria terkemuka memulai karimya di pulau Jawa, dan banyak pakar lain memperoleh keuntungan dari berbagai pengalaman dalam aktivitas pengendalian malaria di Indonesia. Salah satu peristiwa terpenting yang telah terjadi adalah suksesnya pengendalian di sebagian besar daerah di pulau Jawa, yang merupakan salah satu daerah terpadat penduduknya di dunia. Alasan-alasan yang sebenarnya dari keberhasilan dan kegagalan dalam pengendalian malaria di Jawa sering dikemukakan dalam literatur dan jarang mendapat perhatian sepenuhnya. Informasi yang disajikan di sini mengulas tentang faktor-faktor penting ekologi malaria di sepanjang pantai pulau Jawa, dan terutama menyangkut USAha-USAha pengendalian terhadap vektor utama, yaitu nyamuk Anopheles sundaicus. Penggunaan insektisida secara tepat dan bijaksana, perbaikan lingkungan untuk mengurangi habitat perkembangan larva, dan kebiasaan masyarakat yang menyangkut pengaturan/ pengolahan tanah dan tambak mempakan faktor-faktor penting untuk mencapai keberhasilan yang cukup tinggi. Usaha-USAha pemberantasan terhadap An. sundaicus dapat berhasil dengan adanya pemahaman biologi vektor dan ekologi pantai muara yang dipadukan dengan Perubahan cara hidup dan pengendalian populasi dalam masyarakat. Meskipun pengendalian vektor sepanjang pantai utara pulau Jawa telah tercapai, akan tetapi ketidakmampuan untuk mengatasi kendala-kendala teknis dan lingkungan telah menghalangi keberhasilan USAha-USAha pengendalian An. sundaicus di sepanjang pantai selatan pulau Jawa

    Penentuan Vektor Malaria di Flores

    Full text link
    A field study on entomology has been conducted in 6 villages which were located in coastal and in-land areas of Sikka Regency of Central Flores since April 1990 - October 1991. The results of this study showed that the suspected malaria vectors in those areas were An. sundaicus, An. subpictus, An. barbirostris, An. aconitus and An. maculatus. Only 3 species were confirmed as vector using ELISA test, i.e. An. sundaicus, An. barbirostris and An. subpictus with sporosoite rates of 4.2%, 2.1% and 0.1% respectively. An. aconitus, a potential malaria vector in Java and in some onther places was not confirmed as vector in Flores yet. The 3 confirmed vectors were also found positive with sporozoites in West Flores and also found predominant in East Flores

    Intestinal Parasites and Malaria in Sukomenanti Pasaman Regency, West Sumatra

    Full text link
    Survey parasit darah dan usus telah diselenggarakan di Kecamatan Sukomenanti, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Bahan pemeriksaan berasal dari 168 penduduk lakidaki dan 196 wanita umur antara 2-87 tahun. Di Sumatra Barat cacing yang umumnya terdapat ialah pertama Ascaris lumbricoides, kedua cacing tambang dan ketiga Trichuris trichiura. Survey didaerah Boyolali dan Kresek, Jawa, menemukan lebih banyak T. trichiura daripada cacing tambang. Di daerah Yogyakarta T. trichiura menduduki tempat yang pertama. Angka infeksi yang rendah untuk desa Pasir Tampang (11 percent) dan Tongar (3 percent) adalah tidak umum untuk Indonesia, tetapi keadaan demikian juga dilaporkan di lembah Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah. Enterobius vermicularis terdapat hanya pada 2 per cent diantara penduduk yang diperiksa, sesuai dengan keadaan di daerah2 lain di Indonesia. Species dari cacing tambang pada survey ini belum dapat ditentukan. Infeksi Ascaris lumbricoides terdapat lebih banyak pada penduduk golongan muda, sesuai dengan hasil autopsi oleh Liedan Tan di Jakarta. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat infeksi A. lumbricoides tampak merata pada semua umur. Entamoeba coli selalu terdapat pada survey di desa2 di pulau Jawa. Tetapi, infeksi E. histolytica (24 percent) adalah berlainan dengan keadaan di Kresek, Boyolali dan Yogyakarta yang menunjukkan ■ infeksi 12 per cent atau kurang. Infeksi malaria di Sukomenanti adalah sangat rendah sebagaimana terdapat di Kresek dan Yogya­karta. Keadaan demikian sangat berlainan dengan daerah Margolimbo di Sulawesi Selatan dimana angka dnfeksi malarianya tinggi

    Ecology And Infection Rates Of Natural Vectors Of Filariasis In Tanah Intan, South Kalimantan (Borneo), Indonesia

    Full text link
    Data ekologi nyamuk vektor dan tingkat infeksi filarĂ­a secara alami dan secara buatan telah diperoleh dari perkebunan karet di Kalimantan Selatan, Indonesia. Berbagai macam cara penangkapan dalam kondisi ekologi yang berbeda telah dipakai dalam pengumpulan 51 jenis nyamuk (N = 95.735). Pembedahan nyamuk, infeksi buatan dan identifikasi larva filarĂ­a mengikuti prosedur dan kunci yang sudah baku. Infeksi filarĂ­a Brugia, Breinlia dan CardiofĂ­laria secara alami ditemukan pada nyamuk Coquillettidia crassipes. Dari penelitian ini dapat dijelaskan hasil infeksi buatan, kepadatan populasi nyamuk secara musiman dan perbandingan cara penangkapan nyamuk
    corecore