19 research outputs found

    LUAS RELUNG DAN KOMPETISI PAKAN KOMUNITAS IKAN DI SITU PANJALU, JAWA BARAT

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari luas relung dan kompetisi komunitas ikan di Situ Panjalu. Pengambilan contoh ikan dilakukan pada bulan Mei dan September 2008 denganmenggunakan jaring insang berukuran 2,5; 3,0; dan 3,5 inci. Komunitas ikan di Situ Panjalu terdiri atas ikan nila (Oreochromis niloticus), kongo (Parachromis managuensis), oskar (Amphilophus citrinellus), golsom (Aequidens goldsom), selebra (Amphilopus sp.), dan keril (Aequidens rivulatus). Berdasarkan atas analisis luas relung dan kompetisi pakan, ikan golsom mempunyai potensi untuk berkembang menjadi populasi yang besar di perairan Situ Panjalu dibandingkan jenis ikan lain.Relung pakan yang dapat dioptimalkan adalah fitoplankton sehingga untuk pengkayaan stok dapat dilakukan melalui penebaran ikan herbivora pemakan plankton. The aim of the research was to identified niche breadth and competition among of fishes community in Situ Panjalu. Samples were collected by gill net of 2.5; 3.0; and 3.5 inches mesh size in Mei and September 2008. Fish community in Panjalu consist of tilapia (Oreochromis niloticus), kongo (Parachromis naguensis), midas cichlid (Amphilopus citrinellus), golsom (Aequidens goldsom), selebra (Amphilophus sp.) and keril (Aequidens rivulatus). Based on niche breadth and competition index, goldsom is potentially growth into great population compare to another fishes species in Panjalu. Food niche that could be optimimized was phytoplankton so that stock enhancement could be conducted by stocking the herbivorous fishes feed on phytolankton

    TUMBUHAN AIR DI DANAU LIMBOTO, GORONTALO: MANFAAT DAN PERMASALAHANNYA

    Get PDF
    Danau Limboto cenderung semakin hari, semakin menurun luasnya. Luas danau pada tahun 1932 mencapai 8.000 ha, pada tahun 1970 menurun menjadi 4.500 ha. Pada tahun 1993, perairan ini mengalami penurunan luasnya menjadi 3.057 ha dengan kedalaman maksimumnya 2,3 m dan pada tahun 2004 tersisa 3.000 ha. Masalah pendangkalan dengan laju sedimentasi 1,5 cm per tahun dan perkembangan populasi tumbuhan air (rumput liar dan eceng gondok, Eichhornia crassipes) yang telah mencapai luas 9.420 m2menjadi ancaman bagi sumber daya perikanan di danau tersebut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan air serta menggambarkan kondisinya di Danau Limboto beserta manfaat dan permasalahannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwadi Danau Limboto ditemukan 9 jenis tumbuhan air, meliputi tipe tumbuhan yang muncul di tepian danau, yang tenggelam dan berakar di dasar, dan yang mengapung bebas ataupun yang berakar. Jenis tumbuhan yang dominan adalah eceng gondok yang telah menjadi gulma

    KELIMPAHAN UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI PERAIRAN PROBOLINGGO DAN BANYUWANGI

    Get PDF
    Dalam kegiatan budi daya udang vannemei selalu terjadi proses terlepasnya udang ke perairan. Sebagai spesies baru yang masuk ke perairan Indonesia udang vanammei perlu dikaji keberadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan kelimpahan keberadaan udang vannamei yang terlepas dari tambak ke perairan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang vannamei ditemukan di perairan Teluk Pangpang Banyuwangi. Udang vannamei tertangkap oleh alat tangkap sero, seser, dan jala pada jarak kurang lebih 500 m dari garis pantai pada kedalaman kurang dari 1 m dengan dasar perairan berlumpur. Kelimpahan udang vannamei pada bulan Oktober lebih tinggi dibandingkan bulan Juli. Ukuran udang yang tertangkap pada bulan Oktober lebih kecil dibandingkan dengan udang yang tertangkap pada bulan Juli. In the vannamei culture processes, there are always some vannamei escapes to the sea. As a non indigenous species in Indonesia waters, the vannamei escape should be assessed. The purpose of this research is to study the present and abundance of the vannamei escape from pond or hatchery to the sea. Research results show that vannamei are found in the Pangpang Bay Banyuwangi near by the coastal around 500 m from coastal line down to a depth of approximately 1 m in the muddy bottom substrate. Vannamei are caught by trap net (sero, jala, and seser). The abundant of vannamei caught was in higher October are higher than July but the vannemei size was bigger in July than that in October

    BEBERAPAASPEKBIOLOGI IKANMANGGABAI (Glossogobius giuris) DI DANAULIMBOTO,GORONTALO

    Get PDF
    Ikan manggabai (Glossogobius giuris) merupakan salah satu ikan Danau Limboto yang bernilai ekonomis penting dan sudah mengalami tingkat eksploitasi yang tinggi. Untuk pengelolaan populasi ikan secara berkelanjutan diperlukan banyak data yang antara lain mencakup aspek biologi jenis yang bersangkutan. Studi mengenai beberapa aspek biologi ikanmanggabai di Danau Limboto telah dilakukan pada bulan Pebruari sampai Oktober 2008. Contoh ikan dikumpulkan dengan menggunakan jaring insang (gill net) dengan ukuran mata jaring 2,5 dan 3 inci, bunggo (trap) dan dudayahu (push net). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikanmanggabai merupakan ikan piscivora dengan makanan utama berupa ikan payangka (Ophiocara porocephala) dan tawes (Barbonimus gonionotus). Pola pertumbuhan ikan manggabai adalah alometrik (W = 0,013 L2,7053) dengan fekunditas berkisar antara 18.578-335.034 butir serta diameter telurnya 0,33-0,83 mm dan indeks kematangan gonad 2,32-8,65%. Study of some biological aspects of Glossogobius giuris was conducted in Lake Limboto from February until October 2008. Samples were collected using gillnet of 2.5 dan 3.0 inches mesh size, trap and push net. Based on its food habit, Glossogobius giuris is classified as carnivore that feed on fish. The length and weight relationship was W= 0.013 L2,7053 and growth type was isometric. The fecundity of this fish was 18.578-335.034 eggs with diameter of 0.33-0.83 mm and gonado somatic index of 2.32-8.65%

    SEBARAN UKURAN MORFOLOGI LABI-LABI (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) HASIL TANGKAPAN DI SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Labi-labi (Amydacartilaginea) merupakan salah satu komoditas tangkapan untuk ekspor di Sumatera Selatan. Status perlindungannya telah masuk dalam Appendix II CITES dan kategori rawan menurut IUCN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran morfologi A. cartilaginea hasil tangkapan di Sumatera Selatan. Data tangkapan labi-labi diperoleh dari catatan enumerator  selama 2013 di Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin dan Lubuklinggau. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa labi-labi yang tertangkap dari Musi Rawas dan Lubuklinggau memiliki ukuran morfologi yang lebih besar dibandingkan dari MusiBanyuasin. Labi-labi yang dominan tertangkap memiliki bobot < 5,5 kg (52,45%). Sebaran labi-labi yang tertangkap dengan bobot tangkapan total > 1000 kg dan total tangkapan > 200 ekor tahun-1 terdapat di Jaya Loka, Megang Sakti dan Lakitan Ulu (Kabupaten Musi Rawas) serta di Sekayu, Batanghari Leko dan Babat Toman (Kabupaten Musi Banyuasin).The Asiatic softshell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) is one of the export commodities in South Sumatera. Its conservation status has been included in Appendix II CITES and IUCN vulnerable category. The objective of study is to determine the distribution of morphological size of A. cartilaginea caught in South Sumatera. The softshell turtle catch data was collected and recorded by enumerators during 2013 in District Musi Rawas, Musi Banyuasin and Lubuklinggau. Data were analysed descriptively. The results show that the morphological size of softshell turtle caught from Musi Rawas and Lubuklinggau were bigger than from Musi Banyuasin. The Asiatic softshell turtle catch distribution with a total catch body mass >1000 kg and total catch >200 individuals year-1 were found in Jaya Loka, Megang Sakti and Lakitan Ulu (Musi Rawas Regency) and Sekayu, Batanghari Leko and Babat Toman (Musi Banyuasin Regency)

    Karakteristik Populasi Labi-labi Amyda Cartilaginea (Boddaert, 1770) Yang Tertangkap Di Sumatera Selatan

    Full text link
    The Asiatic softshell turtle Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) is one of the reptile commodities included in CITESAppendix II with vulnerable status according to IUCN. The species has been harvesting, especially for export purposein South Sumatera. The reseach was aimed to know the population characteristics of the Asiatic softshell turtleharvested in South Sumatera. The study was carried out based on enumerators approach from July to Desember2012 in South Sumatera. The data enumeration also has been collected from the 1st collectors. Data analysis includedthe size distribution of carapace curve length (CCL), carapace curve width (CCW), body weight, sex ratio, agestructure, CCL-weight relationship and von Bertalanffy growth parameters. The results showed that there wererecorded 306 individuals of A. cartilaginea (92% adult) with sex ratio male and female is 42:58. Its has carapacecurve length range from 10 to 75.5 cm, carapace curve width 9 to 59.5 cm and body weight 0.02 to 40 kg. A.cartilaginea growth pattern was negatively allometric (b = 2.727). The von Bertalanffy growth formula of A.cartilaginea in South Sumatera was PLK(t) = 78,75{1-exp[-0,18(t-(-0,72)]} cm

    SEBARAN HORIZONTAL JUVENIL UDANG DI PERAIRAN LAGUNA SEGARA ANAKAN

    Get PDF
     Terdapat sembilan spesies udang ekonomis penting di  perairan Cilacap dan sekitarnya yang termasuk komoditas perikanan tangkap, dimana sebanyak 34% dari total udang yang tertangkap nelayan, menetas dan dibesarkan di kawasan laguna Segara Anakan. Kondisi ini mengisyaratkan agar dalam pengelolaan perikanan, Segara Anakan perlu mendapat perhatian termasuk aspek ekologis perairan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji kelimpahan dan sebaran horizontal juvenil udang  serta preferensi habitatnya di perairan Laguna Segara Anakan. Penelitian lapang dilakukan sebanyak 3 kali frekuensi pengambilan sampel, yaitu pada April, September dan Desember 2012. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan alat tangkap mini beam trawl secara terstratifikasi pada delapan titik stasiun pengamatan. Analisa data meliputi kelimpahan dan distribusi horizontal udang, serta preferensi habitatnya. Kelimpahan juvenil udang tertinggi ditemukan di stasiun Klaces dan terendah di stasiun Sapuregel Kecil, dimana nilainya berkisar antara 8-446 ekor/1000 m2 (udang penaeid 8-336 ekor/1000 m2). Post larva udang penaeid tampak dapat  menyesuaikan diri terhadap fluktuasi salinitas yang berkisar antara 2-35 ‰ hingga menjadi juvenil muda serta siap bermigrasi kembali ke laut hingga dewasa untuk melakukan siklus berikutnya. Dari data variasi kelimpahan dan pola sebaran juvenil udang diperoleh gambaran bahwa preferensi habitat bagi udang adalah tipe dasar perairan yang lembut (soft), biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir.  Kelompok udang penaeid ini tersebar relatif merata di perairan laguna. There are nine species of economically important shrimp in Cilacap water  which  belonging to  fisheries commodities, where as many as 34 % of the total shrimp caughted are hatched and raised in the Segara Anakan lagoon. This condition implies that in fisheries management option, Segara Anakan lagoon  include its ecological aspects need attention.  In this regard, the research which aim to assess the abundance and horizontal distribution of juvenile shrimp and its habitat preferences in Segara Anakan lagoon were conducted.  Field research conducted three times in April, September and December 2012. Juvenil shrimps were collected using beam trawl on the eight point observation stations. Analysis data consist of  shrimp abundance, horizontal distribution and habitat preferences . The highest abundance of juvenile shrimp are found in Klaces and the lowest are in Sapuregel Kecil,  where values range from 8-446 ekor/1000 m2 (penaeid range 8-336 ekor/1000 m2). Penaeid post larvae seem to adjust to water salinity fluctuation  that ranged between 2-35 ‰ until its growth to be a young juvenile and ready to migrate to the ocean as mature phase and continue the next cycle. Based on abundance data variation and distribution pattern of juvenile shrimp indicated that habitat preferences is soft bottom types, usually consisting of a mixture of mud and sand. Penaeid shrimp is spread relatively evenly in this lagoon

    DINAMIKA POPULASI DAN STATUS PEMANFAATAN UDANG WINDU Penaeus monodon (Fabricus, 1789) DI PERAIRAN ACEH TIMUR, PROVINSI ACEH

    Get PDF
    Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas perikanan udang utama di Kabupaten Aceh Timur dengan nilai ekonomi tinggi. Upaya pemanfaatannya masih banyak dilakukan menggunakan alat tangkap yang cenderung destruktif dan tidak selektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi dan laju eksploitasi udang windu di perairan Aceh Timur pada Januari-Desember 2015. Analisis dengan menggunakan perangkat lunak FiSAT II dilakukan terhadap 6.426 ekor udang windu hasil tangkapan nelayan menggunakan trawl, serta pukat layang dan langgih (mini bottom trawl) yang pencatatannya dilakukan enumerator secara bulanan. Hasil analisis didapatkan persamaan pertumbuhan udang windu gabungan (jantan danbetina) adalah CLt = 86,63 [1-e-0,94(t+0,13)]. Laju mortalitas total (Z) tahunan yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 4,09 tahun-1, laju mortalitas alami (M) sebesar 1,31 tahun-1,dan laju mortalitas penangkapan (F) sebesar 2,78 tahun-1. Laju ekploitasi (E) didapatkan sebesar 0,68 tahun-1 yang menunjukkan tingkat eksploitasi yang tinggi. Nilai panjang karapas asimptotik (CL ) udang windu jantan dan betina sebesar 65,63 mm dan 86,63 mm dengan laju pertumbuhan (K) untuk udang windu jantan dan betina sebesar 1,0 tahun-1 dan 1,1 tahun-1. Laju eksploitasi udang windu betina lebih tinggi dari pada udang jantan. Pola rekrutmen terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada April dan Agustus. Status stok udang windu, khususnya udang betina, berada pada kondisi lebih tangkap dan rentan terhadap eksploitasi. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan udang windu yang lestari di perairan Aceh Timur perlu dilakukan dengan mengurangi laju eksploitasi sekitar 36% dari tingkat eksploitasi yang ada dan mengendalikan penggunaan alat tangkap yang destruktif khususnya di daerah asuhan udang windu

    KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN DAERAH ASUHAN UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius, 1798) DI PERAIRAN ACEH TIMUR

    Get PDF
    Udang windu (Penaeus monodon Fabricus) merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi di Perairan Aceh Timur yang penangkapannya dilakukan secara terus-menerus sehingga mengancam kelestariannya. Untuk dasar penetapan kawasan konservasinya perlu diketahui karakteristik biologi dan daerah asuhannya. Penelitian dilakukan pada periode 2014-2016 dengan pengambilan data langsung di lokasi pada April, September dan Desember 2014; April dan September 2015 serta April 2016. Parameter yang diamati meliputi hubungan panjang berat, nisbah kelamin, kematangan gonad, fekunditas, kebisaan makanan serta sebaran dan kepadatan stok juvenil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang berat udang windu jantan dan betina bersifat alometrik negatif dengan persamaan W=1,236L2,516 untuk udang jantan dan W=1,266L2,515 untuk udang betina. Jenis makanan udang windu didominasi oleh kelompok Crustceae, Gastropoda, Bivalva, dan detritus. Nisbah kelamin untuk udang windu jantan dan betina di Aceh Timur adalah 1:1,1. Pemijahan udang windu terjadi setiap bulan dengan puncak pemijahan pada Maret dan Agustus dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) adalah pada ukuran panjang karapas 46 mm, sedangkan fekunditas cukup tinggi berkisar antara 195.969-747.129 butir. Daerah asuhan utama udang windu diperkirakan terdapat di perairan estuaria Kuala Peureulak dan perairan ekosistem mangrove Kuala Geuleumpang (Julok).Indian tiger prawn (Penaeus monodon Fabricus) is a fishery commodity with high economic value. East Aceh is known as high quality performance of indian tiger prawn. However, the intensive shrimp catch activity to provide the market demand and people consumption, can be threaten for the sustainability of the shrimp resource. Biological characteristic and nursery ground are essential components required in establishing the conservation area of indian tiger prawn as effort to preserve the resources. A research was conducted during a period of 2014-2016. Field sampling was done in April, September and December 2014; April dan September 2015; April 2016. Parameters observed were length-weight relationship, sex ratio, gonad maturity, fecundity, food habits, distribution and stock density of juvenile. Results showed that length-weight relationship of indian tiger prawn showed allometric negative with equation W=1,236L2,516 for male and W=1,266L2,515 for female . Food composition of shrimp were dominated by Crustaceae, Gastropod, Bivalve and detritus. Sex ratio of indian tiger prawn in East Aceh were 1:1,1. Spawning occured every month and reached its peak in March and August. The length maturity (Lm) of female on the size of 46 mm carapace length, while fecundity were ranged between 195,969-747,129. The main nursery ground of indian tiger prawn are presumed in the Kuala Peureulak estuary and mangrove ecosystem area in Kuala Geuleumpang (Julok)
    corecore