8 research outputs found
RAGAM DIALEK SUNDA MAJALENGKA DALAM INTERAKSI KOMUNIKASI PADA MAHASISWA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MAJALENGKA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaman dialek Sunda Majalengka pada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Majalengka yang memiliki latar belakang geografi dan sosial penutur yang berada di kota Majalengka dan kabupaten Majalengka perbatasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di Universitas Majalengka. Informan sebagai sumber data adalah penutur yang merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, pengisian kuesioner dan pencatatan. Majalengka merupakan kabupaten dengan luas wilayah 1.204,24 Km² dan berbatasan langsung dengan kabupaten Indramayu di bagian Utara, kabupaten Cirebon dan sebagian wilayah kabupaten Kuningan di bagian timur, sebagian wilayah kabupaten Sumedang di bagian Barat, serta berbatasan dengan sebagian wilayah kabupaten Ciamis, Sumedang, Garut, dan Tasikmalaya di bagian selatan. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Majalengka sebagian besar berasal dari wilayah kabupaten Majalengka yang berbatasan langsung dengan kabupaten lain. Berdasarkan hal tersebut, dialek Sunda yang digunakan oleh para mahasiswa dalam interaksi komunikasi sehari-hari di lingkungan kampus menjadi sangat beragam, meskipun mereka saling mengerti, karena masih terdapatnya kesamaan sistem atau sub-sistem di antara dialek yang mereka miliki
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DALAM PUISI SELAMAT PAGI INDONESIA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA
AbstractLanguage as a communication tool consists of two kinds, namely spoken and written languages. The scope of Indonesian subjects covers the components of language skills and literary abilities which cover four aspects of skills, namely as follows: first, listening; second speak; third, reading and fourth, writing. Literary learning tends to be less daring to explore text in a broader context. Even though it is very possible the teacher invites students to enter and explore the elements of literary builder from outside the learning text. This study aims to describe the selection of poetry for the benefit of alternative teaching materials and to improve the learning outcomes of Indonesian Language and Literature in high school. In this study the authors used a descriptive analysis method, which is a research method that aims to provide an analysis, systematic, factual and thorough phenomenon. The qualitative analysis method aims to reveal the characteristics of the possibility of Good Morning Indonesia poetry by Sapardi Djoko Damono whether or not feasible if used as teaching materials for Literary Appreciation in high school. The results of the research hypothesis can be accepted, this can be illustrated from the results of the assessment of the Good Morning Indonesian poetry by Sapardi Djoko Damono in terms of elements of diction that qualify or are suitable as teaching materials for literature appreciation in high school. The results of the research show that the elements of Good Morning Indonesia diction by Sapardi Djoko Damono Decent as a material for literature appreciation in high school can be seen from its contents which are in accordance with the characteristics, experiences and needs of high school students.Keyword: Diction, Pusisi Selamat Pagi Indonesia, Teaching Materials, Literary Appreciation AbstrakBahasa sebagai alat komunikasi terdiri atas dua ragam yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat aspek keterampilan, yaitu sebagai berikut: pertama, menyimak; kedua berbicara; ketiga, membaca dan keempat, menulis. Pembelajaran sastra cenderung kurang berani menggali teks dalam konteks yang lebih luas. Padahal sangatlah mungkin guru mengajak siswa untuk masuk dan menyelami unsur pembangun sastra dari luar teks pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemilihan puisi untuk kepentingan alternatif bahan ajar dan peningkatan hasil pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan suatu fenomena secara analisis, sistematis, faktual dan teliti. Metode analisis kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik kemungkinan puisi Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono layak atau tidak jika dijadikan bahan ajar Apresiasi Sastra di SMA. Hasil hipotesis penelitian dapat diterima, hal ini dapat tergambar dari hasil penilaian puisi Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono ditinjau dari unsur diksi yang memenuhi syarat atau layak sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA. Hasil penelitian menunjukkan unsur diksi Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono Layak sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA terlihat dari isinya yang sesuai dengan karakteristik, pengalaman dan kebutuhan siswa SMA.Kata Kunci: Diksi, Puisi Selamat Pagi Indonesia, Bahan Ajar, Apresiasi Sastr
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM ANTOLOGI CERPEN INDONESIA-MALAYSIA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA
Pembelajaran apresiasi sastra merupakan pembelajaran yang sangat penting dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian peserta didik. Salah satu karya sastra yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA adalah cerpen. Terutama cerpen yang memiliki segudang budaya dan ilmu yang dapat dijadikan contoh, sebagai pelajaran serta pengalaman peserta didik, sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan apalagi melupakan kebudayaan yang ada hanya karena perubahan kemajuan zaman. Nilai-nilai budaya sangat sesuai diajarkan kepada peserta didik karena mengandung nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pengetahuan dan pengalaman belajar peserta didik. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan nilai-nilai budaya dalam Antologi Cerpen Indonesia-Malaysia. (2)Mendeskripsikan kesesuaian antara unsur nilai-nilai budaya dalam Antologi Cerpen Indonesia-Malaysia dengan kriteria bahan ajar apresiasi sastra di SMA.Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Artinya, penulis menganalisis karya sastra yang berorientasi pada teks, kemudian memaparkan makna yang diperoleh dari cerpen yang dikaji.Antologi Cerpen Indonesia-Malaysia memiliki struktur pembangun karya sastra dan unsur nilai-nilai budaya yang dapat dipelajari, sehingga dapat membantu peserta didik meningkatkan wawasan khazanah kebudayaan. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerpen Ki Pawon Karya Heri Nurdiansyah berupa tempat-tempat bersejarah yang merupakan bukti toponimi legenda Sang Kuriang; nilai-nilai budaya dalam cerpen Pudarnya Impian Uma’ Karya Khoiriyyah Azzahro berupa sistem perdagangan masyarakat di Pulau Kalimantan yang menggunakan alat transportasi berupa jukung dan rumah lanting; nilai-nilai budaya dalam cerpen Periaku Untuk Ibu Pertiwi Karya Mohd. Ali Salim yaitu perjuangan dan cita-cita masyarakat Sarawak untuk kemerdekaan bumi Sarawak; dan nilai-nilai budaya dalam cerpen Dang Sari Padi Menguning Karya S.M. Zakir yaitu sistem kepercayaan mistis masyarakat Melayu yang menghormati alam.Kata kunci: nilai budaya, antologi cerpen, bahan ajar, apresiasi sastra.
Analisis Warna Lokal Sunda dalam Kumpulan Cerpen Dua Orang Dukun dan Cerita Pendek Sunda Lainnya Karya Ajip Rosidi
Abstrak. Warna lokal adalah warisan leluhur yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap alam dan lingkungan sekitar. Warisan ini amat disayangkan jika tidak diketahui oleh generasi muda. Oleh karena itu, melalui sastra diharapkan siswa bisa mengetahui warna lokal yang ada di daerahnya bahkan warna lokal yang ada di daerah lain sehingga mereka bisa menjadi manusia yang bijak. Penelitian ini mencoba menyajikan warna lokal Sunda sebagai bahan ajar apresiasi sastra bermuatan karakter di kelas XI SMA. Pemilihan warna lokal Sunda adalah sebagai alternatif bahan ajar yang menumbuhkan kesadaran pentingnya identitas lokal dalam mempelajari sastra karena dari identitas lokal itu akan muncul karakter yang membangun mental siswa. Penelitian ini akan mendeskripsikan warna lokal Sunda yang muncul dalam kumpulan cerpen Dua Orang Dukun dan Cerita Pendek Sunda Lainnya ditinjau dari lima sikap, yaitu religius, kepribadian, sosial, kekeluargaan, dan lingkungan.Kata kunci : warna lokal sunda, kumpulan cerpen, dua orang dukun dan cerita pendek sunda lainnya
CERITA REALISTIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL-NOVEL ANAK: KAJIAN SASTRA ANAK
Tidak dapat dipungkiri bahwa sastra memiliki peran penting dalam kehidupan terutama anak-anak yang harus belajar mengenai nilai-nilai kehidupan sejak dini. Melalui sastra, anak dapat belajar nilai-nilai kehidupan dengan lebih menyengkan yang dapat diperolehnya melalui bahasa yang mudah dipahami dan cerita yang ringan seputar dunia anak-anak. Pembaca dalam hal ini anak-anak dapat memahami dan belajar cara bersikap, etika dan moral yang digambarkan melalui peran tokoh dalam cerita yang dibacanya. Cerita prosa anak yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah novel-novel anak dengan memfokuskan penelitian pada analisis tokoh utama. Adapun cerita realistik merupakan cerita yang mengangkat kehidupan sehari-hari, sehingga melalui analisis tokoh cerita dalam novel anak, pembaca dalam hal ini anakanak dapat dengan mudah menyerap, memahami etika dan moral yang digambarkan penulis melalui tokoh dalam cerita. Novel-novel anak yang menjadi objek dalam penelitian ini berjudul Creepy Case Club: Kasus Pohon Pemanggil Karya Rizal Iwan, Duo Detektif: Komplotan Pencuri Hewan Peliharaan Karya Wiwien Wintarto, dan Anak Penangkap Hantu Karya Adam Putra Firdaus. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan cerita realistik tokoh utama protagonis sebagai pelaku cerita dan nilai-nilai karakter tokoh utama dalam novel-novel anak tersebut. Metode dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan pendekatan mimesis yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastraKata Kunci: sastra anak, realistik, novel anak It is undeniable that literature has an important role in life, especially children who must learn about the values of life from an early age. Through literature, children can learn the values of life with more fun which can be obtained through language that is easy to understand and light stories about the world of children. Readers, in this case, children can understand and learn how to behave, ethics and morals which are depicted through the roles of characters in the stories they read. The children's prose stories that were studied in this study were children's novels by focusing the research on the analysis of the main character. The realistic story is a story that raises everyday life, so that through the analysis of the story characters in children's novels, readers in this case children can easily absorb, understand the ethics and morals described by the author through the characters in the story. The children's novels that are the object of this research are entitled Creepy Case Club: The Case of the Summoning Tree by Rizal Iwan, The Detective Duo: A Pet Thief Conspiracy by Wiwien Wintarto, and The Ghost Catcher Child by Adam Putra Firdaus. The purpose of this study is to describe the realistic story of the main protagonist as the actor in the story and the character values of the main character in the children's novels. The method in this research is descriptive qualitative with a mimetic approach that focuses on the study of the relationship between literary works and realities outside of literary works.Keywords: children's literature, realistic, children's nove
RAGAM BAHASA DAN UNGKAPAN TRADISIONAL MELALUI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL KAMPUNG NAGA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLINGUISTIK SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA
Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal Kampung Naga melalui ragam bahasa dan ungkapan tradisonal sebagai materi ajar Bahasa Indonesia di SMA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap masyarakat Kampung Naga untuk mengidentifikasi ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang mencerminkan nilai-nilai kearifan budaya lokal serta aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Kampung Naga memiliki nilai-nilai kearifan lokal dalam hal sopan santun dan menghormati orang lain, nilai keakraban dan kebersamaan. Nilai-nilai bersyukur, berbagi, solidaritas, menjaga hubungan baik, menerima takdir dengan ikhlas, dan hidup sederhana. Nilai-nilai tersebut juga tercermin dalam realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Naga, seperti gotong royong dalam membantu satu sama lain, membagikan hasil panen dan hidup dengan sederhana. Oleh karena itu, ragam bahasa dan ungkapan tradisional yang ada di Kampung Naga dapat dijadikan materi ajar Bahasa Indonesia di SMA untuk memperkenalkan nilai-nilai kearifan budaya lokal kepada siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa memahami dan menghargai budaya lokal serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya melestarikan kearifan budaya lokal di Indonesia.Kata kunci : Nilai-nilai kearifan budaya lokal, ragam bahasa, ungkapan tradisional, sosiolinguistik, bahan ajar SMA
Pengintegrasian Kecerdasan Lokal (Local Genius) Wilayah 3 Cirebon dalam Materi Ajar Sosiolinguistik
Urgensi dalam penelitian ini adalah perlunya materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon untuk meningkatkan kompetensi Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) mata kuliah Sosiolinguistik, baik itu kompetensi sikap dan tata nilai, kompetensi pengetahuan, keterampilan umum dan keterampilan khusus pada mahasiswa yang diintegrasikan ke dalam materi ajar Sosiolinguistik di Perguruan Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah pengintegrasian kecerdasan lokal (local genius) wilayah 3 Cirebon dalam materi ajar Sosiolinguistik, menemukan keefektifan materi ajar Sosiolinguistik terintegrasi kecerdasan lokal wilayah 3 Cirebon , dan mendiseminasikan hasil penelitian di Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Artinya data terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Seperti yang telah disebutkan Semi (2012) bahwa dalam penelitian yang bersifat deskriptif, penulis berupaya menemukan pandangan, membuat kesimpulan dan memberikan rumusan-rumusan yang diarahkan kepada pemerkayaan hasil kajian lewat kata- kata. Jadi, penelitian jenis ini lebih mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.Kata kunci: pengintegrasian, materi ajar, kecerdasan lokal, sosiolinguistik, wilayah 3 Cirebon. The urgency in this research is the need for Sociolinguistic teaching materials that are integrated with local intelligence in Cirebon 3 area to improve the competency of Graduate Learning Outcomes (CPL) for Sociolinguistics courses, be it attitudes and values competence, knowledge competence, general skills and special skills in students who are integrated into Sociolinguistics teaching materials in Higher Education. The purpose of this research is to integrate local genius (local genius) in Cirebon region 3 in Sociolinguistics teaching materials, find the effectiveness of Sociolinguistics teaching materials integrated with local intelligence in Cirebon 3 area, and disseminate research results in universities. This research uses descriptive-analytical method. This means that the data is decomposed in the form of words, not in the form of numbers. As mentioned by Semi (2012) that in descriptive research, the author seeks to find views, draw conclusions and provide formulations that are directed at enriching the results of the study through words. So, this type of research prioritizes the depth of appreciation of the interactions between concepts that are being studied empirically.Keywords: integration, teaching materials, local genius, sociolinguistics, region 3 Cirebon
KEARIFAN LOKAL MAJALENGKA SEBAGAI MATERI AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
Majalengka merupakan salahsatu kabupaten yang berada di wilayah 3 Cirebon Jawa Barat. Berbatasan dengan wilayah Cirebon yang berbahasa Jawa “Cerbonan” dan kabupaten Indramayu yang berbahasa Jawa Indramayu, di wilayah bagian selatan kabupaten Majalengka berbatasan langsung dengan kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis yang merupakan wilayah Sunda Priangan. Letak geografis tersebut menjadikan kabupaten Majalengka memiliki beragam dialek bahasa dan juga kearifan lokal yang bervariatif. Pengaruh bahasa Sunda dan Bahasa Jawa secara signifikan menambah khazanah kearifan lokal yang ada di kabupaten Majalengka, selain itu pengaruh sejarah kebudayaan juga memiliki urgensi penting dalam perkembangan dan pemertahanan kearifan lokal di kabupaten Majalengka. Artikel ini membahas mengenai kearifan lokal yang ada di kabupaten Majalengka, perkembangan kearifan lokal dideskripsikan berdasarkan paparan dari informan utama dari masing-masing kecamatan yang dijadikan partisipan penelitian. Selain itu, dideskripsikan pula mengenai pemertahanan kearifan lokal kabupaten Majalengka dalam menghadapi arus globalisasi yang berdampak pada degradasi budaya. Salahsatu hal yang dapat dilakukan dalam pemertahanan kearifan lokal adalah mengintegrasikan kearifan lokal Majalengka sebagai materi ajar mata kuliah Sosiolinguistik.Kata kunci: kearifan lokal, Majalengka, materi ajar, mata kuliah, Sosiolinguistik Majalengka is one of the regencies located in area 3 Cirebon, West Java. It is bordered by Cirebon, which speaks Javanese "Cerbonan" and regency of Indramayu which speaks Javanese Indramayu, in the southern part of Majalengka district, it is directly adjacent to Tasikmalaya, Garut, Ciamis districts which are the Sunda Priangan region. This geographical location makes Majalengka district have various dialects of the language and also varied local wisdom. The influence of Sundanese and Javanese languages significantly adds to the treasure of local wisdom in Majalengka district, besides that the influence of cultural history also has an important urgency in the development and maintenance of local wisdom in Majalengka district. This article discusses local wisdom that exists in Majalengka district, the development of local wisdom is described based on the exposure of the main informants from each district who were the research participants. In addition, it also describes the preservation of local wisdom of Majalengka district in facing the flow of globalization which has an impact on cultural degradation. One of the things that can be done in maintaining local wisdom is integrating local wisdom of Majalengka as teaching material in Sociolinguistics courses.Keywords: local wisdom, Majalengka, teaching materials, courses, sociolinguistic