7 research outputs found
Resiliensi Berhubungan dengan Kualitas Hidup pada Orang dengan HIV/AIDS
HIV / AIDS is a chronic disease that can affect all aspects of life of sufferers. People with HIV / AIDS (PLWHA) experience problems both physically and psychologically which lead to the quality of life of the individual, therefore the ability to manage and rise from the various pressures experienced with resilience is needed. Resilience is an effort that is owned by a person to be able to withstand changes, illness conditions or difficulties experienced. Resilience functions to cope with, control and overcome negative experiences in life, so that PLWHA can adapt. this study used a descriptive correlation design with a cross-sectional study. Sampling method was using total sampling obtained 50 samples. The data used are primary data by collecting ODHA in one place and given a questionnaire of relevance and quality of life. Data were analyzed using Rank Spearman test. The results of resilience in PLWHA were 39 people (78%) in the medium category, and the quality of life for PLHIVs was 33 people (66%) with moderate category. Spearman rank test results with a value of α = 0.05, the results obtained p value = 0.00 with value of r = 0.785, which means there is a relationship of resilience with quality of life in people with HIV/AIDS (PLWHA) (p<α) with strong strength and positive correlation direction. In people with HIV/AIDS, it is not only enough to manage, organize themselves so that life goals are achieved, but also the ability to survive and adapt to the stresses experienced so that PLWHA can have a better quality of life.HIV/AIDS merupakan penyakit kronis yang dapat berdampak pada semua aspek kehidupan penderitanya. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengalami permasalahan baik secara fisik maupun psikologis yang berujung kualitas hidup individu tersebut, maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk mengelola dan bangkit dari berbagai tekanan yang dialami dengan resiliensi. Resiliensi merupakan sebuah usaha yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu bertahan dalam perubahan, kondisi sakit ataupun kesulitan yang dialami. Resiliensi berfungsi untuk menanggulangi, mengendalikan serta mengatasi pengalaman negative dalam hidup, sehingga ODHA mampu beradaptasi. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif korelasi dengan desain penelitian cross sectional. Teknik sampling menggunakan total sampling didapatkan 50 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dengan mengumpulkan ODHA dalam satu tempat dan diberikan kuesioner relisiliensi dan kualitas hidup. Data dianalisis dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil resiliensi pada ODHA sebanyak 39 orang (78%) dengan kategori sedang, dan kualitas hidup sebanyak 33 orang (66%) dengan kategori cukup baik. Hasil uji rank spearman dengan nilai α=0,05, didapatkan hasil p value=0,00 dengan nilai r= 0,785, yang berarti ada hubungan resiliensi dengan kualitas hidup (p<α) dengan kekuatan kuat dan arah korelasi positif. Pada orang dengan HIV/AIDS tidak hanya cukup dengan mengelola, mengatur diri agar tujuan hidup tercapai, namun juga dibutuhkan pula kemampuan untuk bertahan serta beradaptasi terhadap tekanan yang dialami sehingga ODHA dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik
PENGARUH AROMA TERAPI LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA BANJAR TANGTU PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR: THE INFLUENCE OF THERAPEUTIC SCENTS OF LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TO ELDERLY WITH INSOMNIA IN BANJAR TANGTU PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR
Insomnia merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada lansia, di Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia pada lansia antara lain aromaterapi. Aromaterapi yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah aromaterapi lavender karena memiliki efek sedatif yang lebih baik dari pada aroma terapi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lavender (lavandula angustifolia) terhadap insomnia pada lansia. Jenis penelitian Quasi Experiment dengan rancangan pre-post test with control group design. Jumlah sampel 22 orang dengan Purposive sampling. Hasil penelitan menunjukkan rata-rata skor tingkat insomnia pada kelompok perlakuan pre test 13,73, pada kelompok kontrol 13.45. Rata-rata skor tingkat insomnia pada kelompok perlakuan post test 6,36 pada kelompok kontrol post test adalah 6,91. Hasil uji statistik Paired t Test kelompok perlakuan didapatkan p value = 0,000 < α 0,05 pada kelompok kontrol didapatkan nilai p value = 0,000 > α 0,05.. Hasil uji Independen T test didapatkan nilai p value = 0,443 < 0,05 menunjukkan ada perbedaan tingkat insomnia pada lansia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Aroma lavender memiliki efek sedatif sehingga mampu membantu merilekskan tubuh dan dapat membantu memudahkan untuk tidur. Penelitian ini menyarankan agar penggunaan aroma terapi lavender (lavandula angustifolia dapat digunakan untuk menurunkan tingkat insomnia pada lansia serta perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut.
Kata Kunci : Aroma Terapi Lavender, Insomnia , Lansia
Abstract
Insomnia is one of the problems that often occur in the elderly, Indonesia around 50% attack of insomnia than those aged 65 years old. Non pharmacological therapies that can be used to resolve insomnia in the elderly between aromatherapy. Aromatherapy is best known by the people of indonesia that the lavender aromatherapy because it has a sedative effect which is better than on other aroma therapy. This research aims to know the influence of the therapeutic scents of lavender (lavandula angustifolia) against insomnia in the elderly. This type of research is quasi experiment with pre-post test design with control group design. Total sample of 22 peoples by Purposive sampling. The results showed the average value of the Group at the level of insomnia treatment pre test 13.73, 13.45 in the control group. The average score on a group level of insomnia treatment post test control Group post test 6.36 is 6.91. Results the results of the statistical test equipment t test treatment group gain value p = 0000 < 0.05 α value obtained in the control group p value = 0000 > 0.05. α. the results of the independent T-test test earned value p = 0443 0.05 showed no difference in rates of insomnia < parents in the treatment group and the control group. The scent of lavender have sedative effects so that it is able to help relax your body and can help make it easier to sleep. ). The study suggest that therapeutic scents of lavender (lavandula angustifolia) against insomnia in the elderly. And should be developed further research.
Key words : Lavender Aroma Therapy, Insomnia , Elderl
DESCRIPTION OF THE PUBLIC LEVEL OF KNOWLEDGE OF FIRST AID IN TRAFFIC ACCIDENTS IN BANJAR BUAGAN, PEMECUTAN KELOD: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN LALU LINTAS DI BANJAR BUAGAN, DESA PEMECUTAN KELOD
Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan berbagai cedera sampai kematian. Selain faktor korban kecelakaan yang meninggal langsung di tempat kejadian, faktor pertolongan pertama pada korban kecelakaan sangat penting untuk korban kecelakaan untuk mencegah trauma yang lebih berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan model pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 198 responden dengan menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan lembar kuesioner tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas dengan hasil uji validitas r hitung>0,312 dan uji reliabilitas 0,931>0,750. Data yang diperoleh dianalisis dengan program SPSS dengan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar masyarakat berusia 36-45 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA/SMK, berpekerjaan swasta. Pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas didapatkan sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 125 responden (63,1%). Disarankan bagi tenaga kesehatan memberikan informasi yang adekuat kepada masyarakat tentang cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas melalui kegiatan penyuluhan. Traffic accidents cause various injuries to death. In addition to the accident victims who died directly at the scene, the first aid factor for accident victims is very important for accident victims to prevent more severe trauma. The purpose of this study was describe the level of knowledge of the community on first aid in traffic accidents in Banjar Buagan, Pemecutan Kelod. This research was a descriptive study with a cross sectional approach. The sample of this studied was 198 respondents used non probability sampling with purposive sampling technique. Data was collected by questionnaire sheets on the level of community knowledge of first aid in traffic accidents with the results of the validity test r count>0.312 and reliability test 0.931>0.750. The data were analyzed by the SPSS program used univariate analysis. The results of this study show that the majority of people aged 36-45 years old, male sex, high school / vocational education, private employment. The community's knowledge of first aid in traffic accidents was found to have a high level of knowledge, namely 125 respondents (63.1%). It was recommended for health workers to provide adequate information to the public about how to do first aid in traffic accidents through counseling
The Effectivity of Hand Only CPR Training for Student of Health Vocational Schools in Handling Cardiac Arrest: Pengaruh Pelatihan Hand Only CPR pada Siswa SMK Kesehatan Dalam Penanganan Henti Jantung
Latar belakang: Out-of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kondisi gangguan jantung yang sering mengancam nyawa seseorang. Penanganan pada kejadian tersebut sebanyak 40,1 % mendapatkan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) oleh orang – orang yang ada di sekitar korban dengan angka keberlangsungan hidup korban yang mendapatkan tindakan RJP dilokasi kejadian mencapai 9,5%. Hand only CPR merupakan fondasi dari pertolongan terhadap henti jantung dan merupakan aspek fundamental dari Basic Life Support (BLS) dengan mengenali Sudden Cardiac Arrest (SCA), mencari pertolongan emergency,dan  kompresi dada segera yang dapat dilakukan oleh orang awam. Siswa SMK Kesehatan merupakan bagian dari orang awam yang pada jenjang pendidikan tersebut belum memperoleh kompetensi penanganan henti jantung melalui RJP. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan pengaruh pelatihan hand only cpr pada siswa smk kesehatan dalam penanganan henti jantung. Metode: Kuantitatif korelasi dengan uji bivariat pre-post design tanpa control melalui metode ceramah dan simulasi menggunakan manikin Resusitasi Jantung Paru (RJP). Hasil: Uji analisis Mac Nemar: p=0,000 (p<0,05) dengan kategori sebagian besar (24 orang) memiliki keterampilan baik setelah memperoleh pelatihan Hand Only CPR. Kesimpulan: Terjadi hubungan bermakna sebelum dan sesudah diberikan pelatihan hand only CPRBackground: Out-of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA) is a heart disorder condition that often threatens a person's life. Handling in this incident as much as 40.1% received Cardiac Pulmonary Resuscitation  (CPR) by people around the victim with the survival rate of victims who received CPR action at the location of the incident reaching 9.5%. Hand only CPR is the foundation to handling for cardiac arrest and as a fundamental aspect of Basic Life Support (BLS) by recognizing Sudden Cardiac Arrest (SCA), seeking emergency help, and immediate chest compressions that can be performed by common people. Health Vocational School students are part of ordinary people who at this level of education have not yet obtained competency in handling cardiac arrest through CPR. Purpose. The purpose of this study was to determine the effectiveness and effect of hand only CPR training on Health Vocational School students in the handling cardiac arrest. Methods: Quantitative correlation with bivariate pre-post design test without control through lecture and simulation methods using Cardiac Resuscitation (CPR) panthom. Results: Mac Nemar's analysis test: p = 0.000 (p <0.05) with the category most (24 people) had good skills after receiving Hand Only CPR training. Conclusion: There was a significant relationship before and after being givenhand only CPR training
DESCRIPTION OF CHILDREN KNOWLEDGE LEVEL OF DENTAL CARIES IN PUSKESMAS (HEALTH CENTER) OF BEBANDEM VILLAGE.: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG KARIES GIGI DI DESA BEBANDEM WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEBANDEM
Semua orang dapat mengalami karies gigi, umumnya anak-anak usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan 90% pernah mengalami karies. Puskesmas Bebandem, tahun 2018 angka kejadian karies gigi pada siswa Sekolah Dasar di Bebandem cukup tinggi yaitu sebesar 587 siswa mengalami karies gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan anak tentang karies gigi. Penelitian ini menggunakan 287 responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas yaitu nilai Crombach’s alpha > nilai konstanta (0.958>0,7). Pada penelitian ini, didapatkan karakteristik tingkat pengetahuan anak tentang karies gigi sebagiam besar responden berada pada jenis kelamin perempuan sebanyak 152 anak (53,0%) dan laki-laki sebanyak 135 anak (47,0%), berdasarkan umur menunjukan mayoritas responden berada pada umur 9 tahun sebanyak 80 anak (27,9%) dan 11 tahun sebanyak 80 anak (27,9%), berdasarkan kelas menunjukan mayoritas responden berada di kelas V sebanyak 78 anak (27,2%), dan berdasarkan karies gigi menunjukan mayoritas responden tidak mengalami karies atau gigi berlubang sebanyak 183 anak (63,8%). Tingkat pengetahuan anak tentang karies gigi sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu 181 anak (63,1%). Prevalensi karies gigi pada anak sebagian besar responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 anak (19,9%) mengalami karies gigi, angka tertinggi yang mengalami karies gigi yaitu pada umur 9 tahun sebanyak 40 anak (13,9%). Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan anak tentang karies gigi dan lebih mengetahui tentang karies gigi atau gigi berlubang.Everyone can experience dental caries, generally school-age children throughout the world estimated 90% had experienced caries. Bebandem Health Center, 2018 the incidence of dental caries in elementary school students in Bebandem is quite high, namely 587 students experienced dental caries. The purpose of this study is to know description of children level of knowledge about dental caries. This stuy used 287 respondent. The results of the validity and reliability test are the value of crombach’s alpha > constant value (0,958>0,7) In this research obtained characteristics of children knowledge of dental caries in large part respondents were in female sex as many as 152 children (53.0%) and many men 135 children (47,0%), based on age shows the majority of respondents were at the age of 9 years 80 children (27.9%) and 11 years as many as 80 children (27.9, based on class shows the majority of respondents are in class V as many as 78 children (27.2%), and based on dental caries shows the majority of respondents did not experience caries cavities as many as 183 children (63.8%). The level of children knowledge about caries the teeth of most respondents had a sufficient level of knowledge of 181 children (63.7%). The prevalence of dental caries in children is mostly the type 57 female children (19.9%) experienced dental caries, the highest number who experienced dental caries at the age of 9 as many as 40 children (13.9%). The results of this safekeeping can add insight to children about dental caries and know more about dental caries or cavities
Student Motivation to Learn Critical Nursing Using Think-Pair-Square (TPS) Type of Cooperative Learning : Motivasi Belajar Mahasiswa Keperawatan Kritis Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square (TPS)
Latar belakang: Aktivitas belajar yang dilakukan oleh mahasiswa selama ini hanya lebih mengandalkan mata kuliah yang sifatnya ceramah. Hal tersebut dirasakan kurang memberikan tantangan dan semangat dalam melakukan proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari menurunnya minat mahasiswa untuk hadir dalam setiap perkulihaan yang dilaksanakan. Tentunya motivasi dalam belajar akan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, internal ataupun eksternal. Penerapan model pembelajaran tertentu diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk mencapai target pembelajaran. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe thinik-pair-square mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-square (TPS) terhadap motivasi belajar keperawatan kritis. Metode: Penelitian ini menggunakan design penelitian dengan teknik one group pretest-posttest. pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Kuesioner telah diuji menggunakan Model Rasch untuk melihat reliabilitas dan validitas dan hasil logit adalah 0,89. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 85%. Berdasarkan hasil uji beda menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok perlakukan didapatkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 yang membuktikan terdapat perbedaan motivasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kesimpulan: Perubahan nilai motivasi pada mahasiswa setelah diberikan tipe pembelajaran think-pair-square yang berbeda dari sebelumnya menunjukkan bahwa metode ini berhasil bagi mahasiswa dalam melakukan pembelajaran keperawatan kritisBackground: The learning activities carried out by students so far only rely more on lecture subjects. This is felt to be less challenging and enthusiastic in carrying out the learning process. This is evident from the decline in student interest in attending every lecture that is carried out. Of course, motivation in learning will be greatly influenced by many factors, internal or external. The application of certain learning models is expected to be able to help students achieve learning targets. It is expected that the thinik-pair-square type of cooperative learning model can increase student learning motivation. Purpose: The purpose of this study was to explore the effectiveness of the think-pair-square (TPS) cooperative learning model on critical nursing learning motivation. Methods: This study used a research design with one group pretest-posttest technique. data collection using purposive sampling. The questionnaire was tested using the Rasch Model to see its reliability and validity and the logit result was 0.89. Results: The results of this study indicate that the majority of respondents are women as much as 85%. Based on the results of different tests using the Wilcoxon Signed Rank Test in the treatment group, the significance value was less than 0.05 which proved that there were differences in motivation before and after being given treatment. Conclusion: Changes in the motivation value of students after being given a different type of think-pair-square learning indicate that this method was successful for students in conducting critical nursing learning
Deteksi Dini Gejala Dengue Shock Syndrome Pada Masyarakat Awam di Lingkungan Banjar Buana Desa Kelurahan Padangsambian
ABSTRAK Demam berdarah merupakan salah satu endemic yang teerjadi di Indonesia hampir setiap tahunnya. Kasus tahun 2021 mencapai 2.185 menderita demam berdarah hingga bulan Agustus 2021. Selain menghadapi pandemic COVID-19, masyarakat Kota Denpasar juga menghadapi permasalah Demam berdarah dengan jumlah kasus 35 sampai 45 orang setiap bulannya. Permasalahan bagi masyarakat awam yang paling ditakutkan adalah kondisi renjatan demam dengue atau Dengue Shock Syndrome. Kegiatan ini berupaya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran terkait dengue shock syndrome agar mampu menjadi penolong dalam keluarga dengan cara mengindetifikasi gejala dengue shock syndrome dengan tepat. Pengadian Kepada Masyarakat ini menggunakan tiga metode yaitu survey lapangan untuk mengobservasi kondisi lingkungan dan kebiasaan masyarakat terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), memberikan ceramah dan diskusi terkait dengue shock syndrome, dan melakukan demostrasi penggunaan bubuk abate. Survey lapangan ditemukan terdapat 29 Kepala Keluarga (KK) yang berada dilingkungan tersebut dan 58,6% menggunakan ember sebagai bak mandi. Setelah diberikannya penyuluhah dengue shock syndrome 85,3% masyarakat memiliki pengetahuan sedang dan masyarakat mampu melakukan demonstrasi penggunaan bubuk abate dengan benar. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat terkait deteksi dini gejala dengue shock syndrome Sebagian besar memiliki pengetahuan sedang dan pemberian informasi dan peningkatan pengetahuan harus tetap digalakkan dengan teratur agar kesadaran masyarakat akan bahaya dengue shock syndrome tetap baik. Kata Kunci: Dengue Shock Syndrome, Deteksi Dini, Masyarakat Awam  ABSTRACT Dengue fever is one of the endemics that occurs in Indonesia almost every year. Cases in 2021 reached 2,185 suffering from dengue fever until August 2021. In addition to facing the COVID-19 pandemic, the people of Denpasar City are also facing the problem of dengue fever with 35 to 45 cases every month. The most feared problem for ordinary people is the condition of dengue fever shock or Dengue Shock Syndrome. This activity seeks to provide knowledge and awareness regarding dengue shock syndrome in order to be able to be a helper in the family by correctly identifying the symptoms of dengue shock syndrome. This Community Service uses three methods, namely field surveys to observe environmental conditions and community habits related to the Eradication of Mosquito Nests (PSN), giving lectures and discussions related to dengue shock syndrome, and demonstrating the use of abate powder. The field survey found that there were 29 households (KK) in the neighborhood and 58.6% used a bucket as a bath. After being given dengue shock syndrome counseling, 85.3% of the community had moderate knowledge and the community was able to demonstrate the use of abate powder correctly. Community knowledge and skills related to early detection of symptoms of dengue shock syndrome Most of them have moderate knowledge and the provision of information and knowledge improvement must be encouraged regularly so that public awareness of the dangers of dengue shock syndrome remains good. Keywords: Common People, Dengue Shock Syndrome, Early Detectio