21 research outputs found

    PENGETAHUAN DAN MINAT MASYARAKAT PETERNAK UNTUK MENERAPKAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

    Get PDF
    Artificial insemination (AI) is one of the appropriate techniques in increasing cattle productivity and to improve cow genetics. However, not all people are interested in implementing IB Technology. This study aims to explain how to increase the interest of the breeder community to apply artificial insemination technology. This study uses a descriptive quantitative approach. The total sample of 33 respondents was taken by purposive sampling, namely farmers who have at least one calf produced by means of artificial insemination (IB) technology. The analysis used for knowledge and interest variables is descriptive analysis, regression analysis, and T-Test. From the research results obtained knowledge and interest are very influential in improving the application of artificial insemination (IB) technology. The contribution of increasing each variable is knowledge by 24.4% and interest by 48.8%. From these results, it can be concluded that the interest and knowledge of the farming community about artificial insemination technology is very influential or significant based on the results of the T-Test which shows that the substantial value in the attitude of farmers is (0.000) < (0.05). With the implementation of artificial insemination technology carried out by farmers, the community is expected to be able to increase the productivity and quality of their livestock genetic products Keywords: Breeding Community; Interest; Knowledge; Artificial Insemination Technolog

    UJI DAYA HAMBAT RAMUAN HERBAL TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Salmonella thypi

    Get PDF
    ABSTRACT. This study aims to : 1 ) Determine whether the herbal ingredients (onion , betel leaf , and cinnamon ) can inhibit the growth of bacteria and the bacteria S. aureus S. thypi 2 ) Knowing the long fermentation time best herbs to suppress or inhibit the growth of bacteria and bacterial S. thypi and S.aureus. Design method used is RAL 5 x 4, 5 treatments and 4 replicates for each - each test bacterium used . The treatment is carried out to test the bacteria time to see the most effective in inhibiting the growth of bacteria S. aureus and S.thypi in units of weeks. Result obtained were processed using SPSS. The results obtained from this study showed that the herb may inhibit bacterial growthinhibition test and the best herbs that herbal ingredients are fermented for 21 days (P3) can suppress the growth of S. thypi bacteria’s . In other words , P3 significantly different from P0 , P1 , P2 , and P4 ( P <0.05) . As for the bacteria S. aureus , which is a good herb to inhibit the growth of S. aureus bacteria fermented herbs either 1 week (P1) , 2 weeks (P2) , 3 weeks ( P3 ) and 4 weeks ( P4 ) . Or in other words , each of these treatments has nosignificant difference in inhibiting the bacteria S . aureus . The treatment is said to becapable of inhibiting bacterial growth due in accordance with the standards of the Ministry of Health on scale power resistor material used is 12 mm . The materials used in this study according to treatment had a greater inhibition than the prescribed limit ( P < 0.05 ).

    Pengaruh Pemberian Daun Pepaya (Carica Papaya L) terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) dan Pertambahan Berat Badan pada Ayam Buras (Gallus Gallus domesticus): The Effect of Giving Papaya Leaves (Carica Papaya L) on Income Over Feed Cost and Wight Gain in Free-Range Chicken (Gallus Gallus domesticus)

    Get PDF
    In raising free-range chickens, there are obstacles that must be considered in maintenance, namely the length of time of maintenance related to the cost of feed, so other alternatives are needed that can be used to overcome this problem, one of which is by using papaya leaves. This study determined the effect of giving papaya leaves (Carica papaya L) on Income Over Feed Costs and average daily gain on Kampung KUB chicken (Gallus gallus domesticus). This study used a Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. The treatment consisted of P0 (Control Treatment); P1=Commercial feed + 2% papaya leaf powder); P2=Commercial feed+4% papaya leaf powder); P3 = Commercial feed + 6% papaya leaf powder) P4 = Commercial feed + 8% papaya leaf powder). The variables observed in this study are Income Over Feed Cost and average daily gain. The data obtained is analyzed using analysis of variance from RAL and followed by Duncan's test if the results are significant. The results showed that by giving papaya leaf powder (Carica papaya L) in free-range chicken rations the results did not have a significant effect (P>0.05) on Income Over Feed Cost (IOFC) with the treatment P0 19,307, P1 20,070, P2 18,808, P3 18,798, P4 18,506 and average daily gain (PBB), for giving flour the best papaya leaf is given at a concentration of 2% compared to a concentration of 8% papaya leaf flour with the treatment P0 172,45, P1 174,46, P2 169,44, P3 173,89, P4 171,52. The conclusion of the study was that giving papaya leaf powder (Carica Papaya L) in KUB chicken rations did not have a significant effect (P>0.05) on Income Over Feed Cost (IOFC) and Weight Gain, however, it did have a good effect on Income Over Feed Cost (IOFC) and Weight Gain can be seen from the average results because these alternative feeds can make feed costs efficient during maintenance.Dalam beternak ayam kampung, terdapat kendala yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan yaitu lamanya waktu pemeliharaan yang berhubungan dengan biaya pakan, sehingga dibutuhkan paka alternatif lain yang bisa digunakan mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan menggunakan daun papaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun papaya (Carica papaya L) Terhadap Income Over Feed Cost dan Pertambahan Berat Badan pada Ayam Buras (Gallus gallus Domesticus). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah perlakuan sebanyak 5 dan jumlah ulangan sebanyak 4 kali. Perlakuan terdiri dari P0 (Perlakuan Kontrol); P1=Ransum Komersil + 2% tepung daun pepaya); P2=Ransum Komersil+4% tepung daun pepaya); P3 =Ransum Komersil+ 6% tepung daun pepaya) P4=Ransum Komersil + 8% tepung daun pepaya). Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu Income Over Feed Cost dan Pertambahan Bobot Badan (PBB). Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian dari RAL dan dilanjutkan dengan uji Duncan jika hasilnya signifikan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan pemberian tepung daun pepaya (Carica papaya L) dalam ransum ayam buras hasilnya tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) dengan perlakuan P0 19,307, P1 20,070, P2 18,808, P3 18,798, P4 18,506 dan Pertambahan Berat Badan (PBB), untuk pemberian tepung daun pepaya yang terbaik diberikan pada konsentrasi 2% dibandingkan pada konsentrasi 8% tepung  daun pepaya dengan perlakuan P0 172,45, P1 174,46, P2 169,44, P3 173,89, P4 171,52. Kesimpulan penelitian adalah pemberian tepung daun papaya (Carica Papaya L) dalam ransum ayam KUB tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap IOFC dan pertambahan berat badan, walaupun demikian memberikan efek yang baik terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) dan Pertambahan Berat badan terlihat dari hasil rataan dikarenakan pakan alternatif tersebut dapat mengefisiensi biaya pakan selama pemeliharaan

    KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR YANG DIBERI PERLAKUAN EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DAN GETAH PEPAYA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi ekstrak belimbing wuluh dan getah pepaya sebagai bahan pengempuk daging dada ayam petelur afkir dan pada konsentrasi mana yang lebih baik digunakan. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan dengan berat sampel 64 g daging dada ayam petelur afkir, yaitu P0: kontrol, P1: 100% getah pepaya, P2: 100% belimbing wuluh, P3: 40% getah pepaya + 60% belimbing wuluh, P4: 50% getah pepaya + 50% belimbing wuluh, P5: 60% getah pepaya + 40% belimbing wuluh. Data diolah menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Berdasarkan hasil analisis ragam penggunaan kombinasi ekstrak belimbing wuluh dan getah pepaya terhadap kualitas fisik daging dada ayam petelur afkir berpengaruh sangat nyata (P0, 01) pada daya ikat air daging. Penggunaan kombinasi ekstrak sebanyak 50% belimbing wuluh + 50% getah pepaya telah memberikan hasil yang maksimal dalam memperbaiki kualitas daging dada ayam petelur afkir

    Fertilitas dan Daya Tetas Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) dengan Penambahan Tepung Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Pakan

    Get PDF
    The aim of the study was to determine the effect of papaya leaf powder on fertility and hatchability of quail eggs using a completely randomized design (CRD) method with four treatments and three replications.  P0: No control treatment 0%.  P1: Papaya leaf flour (Carica papaya L) 1% of the amount of feed.  P2: Papaya leaf flour (Carica papaya L) 3% of the total feed.  P3: Papaya leaf flour (Carica papaya L) 5% of the total feed.  The results showed that the addition of leaf flour at different levels had a significant effect (P<0.05) on the fertility and hatchability of quail eggs.  Average egg fertility P0 (86.67%), P1 (100%), P2 (96.67%), P3 (100%), hatchability P0 (65.28%), P1 (86.67%) P2 (79.63%) and P3 (80.00%).  The best treatment is P1 treatment with the addition of 1% papaya leaf flour.Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daunpepaya terhadap fertilitas dan daya tetas telur puyuh dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. P0: Tanpa perlakuan kontrol 0%. P1: Tepung daun pepaya (Carica papaya L) 1% dari jumlah pakan. P2: Tepung daun pepaya (Carica papaya L) 3% dari jumlah pakan. P3: Tepung daun pepaya (Carica papaya L) 5% dari jumlah pakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung daun pada level yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap fertilitas dan daya tetas telur puyuh. Rata-rata fertilitas telur P0 (86,67%), P1 (100%), P2 (96,67%), P3 (100%), daya tetas P0 (65,28%), P1 (86,67%) P2 (79,63%) dan P3 (80,00%). Adapun perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan P1 dengan penambahan tepung daun pepaya sebanyak 1%

    Usaha Peternakan Sapi Perah dan olahan susu ‘Nursi’di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang Melalui Pemanfaatan Limbah Pertanian

    Get PDF
    Karya tulis ini merupakan ringkasan laporan kegiatan lapangan pada peternakan sapi perah di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Usaha peternakan ini menjadi contoh bagi pengusaha ternak lainnya di daerah tersebut, karena memanfaatkan limbah pertanian berupa ampas tahu dan jerami jagung. Ampas tahu dan dedak digunakan sebagai konsentrat, lalu jerami jagung sebagai pakan alternatif pengganti pakan basal saat persediaan hijauan tidak mencukupi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan limbah pertanian dapat menjamin keberlangsungan usaha ternak perah dan meningkatkan produksi susunya. Pada peternakan ‘Nursi’ ini terdapat 12 ekor sapi perah Fries Holland (FH), 8 ekor laktasi dan 4 ekor kering kandang dengan bobot badan rata-rata 350kg. Rata-rata produksi susu 14L/ekor/hari, produksi dangke 15 buah/hari dan krupuk dangke 59 bungkus/hari, dengan rata-rata jumlah pendapatan bersih total perbulannya sekitar 20 juta rupiah. Dengan melakukan kombinasi pemberian pakan asal limbah pertanian/industri tersebut dengan pakan basal rumput gajah, usaha peternakan sapi perah dan olahan susu Nursi ini sangat berpotensi untuk menjamin kesejahteraan keluarga peternak khususnya. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan usaha peternakan sapi perah dan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang pada umumnya

    Usaha Peternakan Sapi Perah dan olahan susu ‘Nursi’ di Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang Melalui Pemanfaatan Limbah Pertanian

    Get PDF
    Karya tulis ini merupakan ringkasan laporan kegiatan lapangan pada peternakan sapi perah di Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Usaha peternakan ini menjadi contoh bagi pengusaha ternak lainnya di daerah tersebut, karena memanfaatkan limbah pertanian berupa ampas tahu dan jerami jagung. Ampas tahu dan dedak digunakan sebagai konsentrat, lalu jerami jagung sebagai pakan alternatif pengganti pakan basal saat persediaan hijauan tidak mencukupi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan limbah pertanian dapat menjamin keberlangsungan usaha ternak perah dan meningkatkan produksi susunya. Pada peternakan ‘Nursi’ ini terdapat 12 ekor sapi perah Fries Holland (FH), 8 ekor laktasi dan 4 ekor kering kandang dengan bobot badan rata-rata 350kg. Rata-rata produksi susu 14L/ekor/hari, produksi dangke 15 buah/hari dan krupuk dangke 59 bungkus/hari, dengan rata-rata jumlah pendapatan bersih total perbulannya sekitar 20 juta rupiah. Dengan melakukan kombinasi pemberian pakan asal limbah pertanian/industri tersebut dengan pakan basal rumput gajah, usaha peternakan sapi perah dan olahan susu Nursi ini sangat berpotensi untuk menjamin kesejahteraan keluarga peternak khususnya. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan usaha peternakan sapi perah dan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang pada umumnya

    Manifestasi Ektoparasit Berdasarkan Regio Tubuh Kambing PE (Studi Kasus: teaching Farm UIN Alauddin Makassar)

    Get PDF
    Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) menempati urutan kedua populasi kambing terbanyak sebesar 826.700 ekor setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Keberadaan ektoparasit merupakan salah satu permasalahan yang sering ditemukan di peternak karena dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui habitat ektoparasit berdasarkan regio tubuh kambing Peranakan Etawa (PE), sehingga penelitian ini dapat menjadi dasar bagi petugas maupun peternak di lapangan untuk melakukan pengendalian dan pencegahan infeksi ektoparasit pada kambing. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 1 jenis ektoparasit yaitu Damalinia sp. pada 3 regio tubuh yaitu dada (75%), kaki depan (23%), dan kaki belakang (2%). Jumlah ektoparasit yang dikoleksi setiap hari ditemukan paling banyak pada hari ke-7 sebanyak 43 ekor dan paling sedikit ditemukan pada hari ke-1. Oleh karena itu, peternak kambing hendaknya menerapkan biosekuriti secara optimal meliputi sanitasi lingkungan kandang, isolasi ternak yang sakit, dan kontrol lalu lintas di dalam area peternaka

    Kandungan Bahan Kering Silase Pakan Komplit Berbasis Azolla Pinnata dengan Lama Fermentasi Berbeda

    Get PDF
    Azolla plants that have a high water content affect the fermentation results. This study aims to study the changes in the nutritional value of dry matter silage of complete feed based on azolla with different fermentation times. This research was conducted using a completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments and 5 replications. The treatments consisted of: RO: Fermentation 0 days (Control), R1: Fermentation 14 days And R2: Fermentation 28 days. Where the variable being measured is the value of dry matter (BK). The data were analyzed using analysis of variance and continued with Duncan's test for the real difference test. The value shows that the dry matter value in the R0 treatment was significantly different (P<0.05) with the R2 treatment with R1, and in the R1 treatment it was not significantly different (P>0.05) with the R2 treatment.Azolla plants that have a high water content affect the fermentation results. This study aims to study the changes in the nutritional value of dry matter silage of complete feed based on azolla with different fermentation times. This research was conducted using a completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments and 5 replications. The treatments consisted of: RO: Fermentation 0 days (Control), R1: Fermentation 14 days And R2: Fermentation 28 days. Where the variable being measured is the value of dry matter (BK). The data were analyzed using analysis of variance and continued with Duncan's test for the real difference test. The value shows that the dry matter value in the R0 treatment was significantly different (P<0.05) with the R2 treatment with R1, and in the R1 treatment it was not significantly different (P>0.05) with the R2 treatment

    Dampak Covid-19 pada Agribisnis UMKM Ternak Potong Berdasarkan Pemotongan Ternak di RPH Taccorang

    Get PDF
    Pandemi covid-19 mengakibatkan adanya regulasi pemerintah dalam pembatasan aktivitas masyarakat. Kondisi ini berisiko berkurangnya pendapatan UMKM ternak potong, akibat berkurangnya permintaan pasar lokal. Penelitian bertujuan mengetahui dampak covid-19 terhadap agribisnis UMKM ternak potong berdasarkan jumlah, jenis dan retribusi pemotongan di RPH Taccorang Kabupaten Bulukumba. Metode wawancara dilakukan pada pemberi dan penguna layanan RPH, berjumlah 15 orang. Data primer dan sekunder merupakan hasil wawancara serta data layanan di RPH Taccorang sebelum dan saat pandemi covid-19 (2018-2021). Data dianalisis menggunakan uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan, covid-19 berpengaruh nyata (p0.05) pada jenis ternak besar kuda/kerbau
    corecore