84 research outputs found
PERBEDAAN PENGARUH ISCHEMIC COMPRESSION TECHNIQUE DAN STRAIN COUNTERSTRAIN TECHNIQUE TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS
Penggunaan komputer dengan waktu yang lama dan posisi yang
salah dapat menyebabkan perlengketan pada myofascial otot upper trapezius, yang
dikenal dengan Myofascial Trigger Point Syndrome (MTPS). Hal ini dapat
menyebabkan iskemik lokal dan terjadinya hipoksia jaringan di area taut band yang
juga disebabkan oleh menumpuknya sisa metabolisme (akumulasi asam laktat)
sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri yang berkepanjangan dan tidak ditangani dengan
baik, akan menimbulkan penurunan fungsional. Tujuan : untuk mengetahui apakah
ada perbedaan antara ischemic compression technique dan strain counterstrain
technique dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada myofascial trigger point
syndrome otot upper trapezius. Metode : Penelitian ini menggunakan eksprimental
dengan pre and post test two group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Teknologi Jaringan UGM, total responden sebanyak 16 orang, dengan
rincian kelompok I terdiri dari 8 orang diberikan perlakuan ischemic compression
technique (IC) dan pada kelompok II terdiri dari 8 orang dengan diberikan perlakuan
strain counterstrain technique (SCS) selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali
seminggu. Pengukuran kemampuan fungsional dilakukan dengan neck disability
index (NDI), hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji paired sample t-test
dan independent sample t-test. Hasil : Hasil penelitian uji paired sample t-test pada
kelompok I p=0,000 dan kelompok II p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh
pemberian IC dan SCS terhadap MTPS otot upper trapezius. Hasil uji Independent
Sample t-test pada kedua kelompok sesudah perlakuan menunjukkan hasil p=0,002
(p<0,05) yang berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kedua
kelompok. Kesimpulan : ada perbedaan IC dan SCS dalam meningkatkan
kemampuan fungsional pada MTPS otot upper trapezius. Saran : Untuk menambah
jumlah responden serta menambah waktu penelitian agar mendapatkan hasil yang
maksimal
PERBEDAAN PENGARUH DIADYNAMIC CURRENT DAN ACTIVE STRETCHING DENGAN DIADYNAMIC CURRENT DAN PASSIVE STERTCHING TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PLANTAR FASCIITIS
Background: Plantar fasciitis is the inflammatory at origo plantar fascia in calcaneus, caused by the degenerative process of plantar fascia or mikroruptur. The sore in plantar fasciitis condition can influence the work productivity and disturb the functional activity or functional capability. Aim: This research aims to reveal the differences in influence of diadynamic current and active stretching with diadynamic current and passive stretching toward the functional capability in plantar fasciitis. Research Method: This research was an experimental research. The population of this research was plantar fasciitis patient who suffered from functional capability degradation at Pundong Bantul Community Health Center. Sample was gotten through purposive sampling method and it consisted of 14 people in each treatment group. The first group was given the diadynamic current and active stretching 7 times in 7 days. The second group was given the diadynamic current and passive stretching treatment 7 times in 7 days. The instrument for measuring the functional capability used Foot Function Index. The normality test was with Saphiro Wilk Test and the homogeneity data test was with Lavene’s Test. The result of this research was analyzed by using Paired Sample T-Test for revealing the improvement of functional capability in first and second group and the Independent Sample T-Test for testing the different influence in first and second group. Result: The first hypothesis test was with paired sample t-test and the p value=0,000 (p0,05). Conclusion: There are not any differences in influence between diadynamic current and active stretching and diadynamic current and passive stretching in the improvement of functional capability for plantar fasciitis. Suggestion: The next researcher is expected to extend the research period
PENGARUH PENAMBAHAN AQUATIC EXERCISE PADA SHORT WAVE DIATHERMY DAN MCKENZIE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN MYOGENIC DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM
Latar Belakang: Low Back Pain (LBP) myogenic merupakan keluhan yang sering dialami banyak orang terutama pada karyawan yang memiliki jam kerja dan sistem kerja yang mengharuskan bekerja di luar dan dalam kantor. Keluhan ini biasanya mulai dirasakan pada usia produktif sehingga penderita low back pain myogenic dapat mengalami gangguan aktivitas fungsional sehingga mempengaruhi produktivitas kerja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Aquatic exercise pada SWD dan McKenzie exercise dterhadap kemampuan fungsional pada Low back pain (LBP) myogenic. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini experimental pre test and post test two group design. Sebanyak 16 responden dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok I diberikan perlakuan SWD dan McKenzie exercise dan kelompok II diberikan penambahan Aquatic exercise, dengan frekuensi 3 kali per minggu selama 2 minggu. Data berupa skala ODI diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil: Hasil uji paired sample t-test pada kelompok I p=0,000 (p< 0,05) dan kelompok II p=0,000 (p< 0,05) menunjukkan bahwa kedua intervensi berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada LBP myogenic pada tiap kelompok. Kesimpulan: Dalam penelitian ini Aquatic exercise pada SWD dan McKenzie exercise keduanya memberikan hasil yang signifikan dalam peningkatan kemapuan fungsional pada LBP myogenic. Saran: Penelitian selanjutnya agar mengontrol intensitas latihan dirumah, ergonomi kerja, faktor psikologis, dan obat-obatan anti nyeri yang dikonsumsi sampel
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN STRETCHING DENGAN MWD DAN MYOFASIAL REALEASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PLANTAR FASCITIS DI MATAHARI DEPARTMENT STORE
Latar Belakang: Seiring berjalannya waktu perkembangan zaman dalam berbagai
bidang mengalami kemajuan. Mode atau fashion tidak dapat dipungkiri sudah
berkembang dengan sangat cepat. Tuntutan zaman yang semakin meningkat
menyebabkan kebutuhan manusia untuk bermobilisasi semakin cepat. Salah satu
ekstremitas yang berperan penting dalam bermobilisasi adalah kaki. Faktor kesehatan
adalah salah satu yang sering terabaikan oleh Sales Promotion Girls. Contoh yang
sering kita jumpai adalah wanita pengguna sepatu hak tinggi (high heels). Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan Pengaruh Pemberian SWD dan
stretching dengan SWD dan myofasial realease terhadap peningkatan aktivitas
fungsional pada plantar fascitis. Metode: Jenis penelitian ini experimental pre test
and post test two group design, 10 SPG menjadi sampel dengan simple random
sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan
perlakuan SWD dan stretching , kelompok II mendapatkan perlakuan SWD dan
myofasial realease, keduanya dilakukan 2 kali seminggu selama 4 minggu.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Kuesioner Foot Function Index. Uji normalitas
dengan Shapiro wilk test dan uji homogenitas data dengan Lavene’s test. Uji Paired
samples t-test untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional kelompok I dan
II serta Independent samples t-test untuk menguji beda pengaruh intervensi
kelompok I dan II. Hasil: Hasil Uji Paired sample t-test pada kelompok I dan
kelompok II adalah p = 0,000 (p<0,05), menunjukkan bahwa kedua intervensi
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada plantar fascitis
masing-masing kelompok. Dan hasil Independent sampels t-test diperoleh nilai p =
0,019 (p<0,05), menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan pada kelompok I dan
II memiliki perbedaan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada
myofascial plantaris fasciitis. Kesimpulan: Ada perbedaan pengaruh pemberian
MWD dan stretching dengan MWD dan myofasial realease terhadap peningkatan
kemampuan fungsional pada plantar fascitis. Saran: Bagi Fisioterapi bahwa
modalitas MWD dan terapi latihan stretching merupakan pilihan untuk membantu
pasien yang mengalami keterbatasan kemampuan fungsional akibat plantar fasciitis.
Tehnik ini bisa diterapkan di klinik fisioterapi atau sebagai edukasi kepada pasien
PENGARUH CORE STABILITY INTI TERHADAP PENURUNAN NYERI PINGGANG AKIBAT DUDUK STATIS DI SMP N 3 PAKEM
ABSTRAK
Latar Belakang : Masalah kesehatan yang dialami remaja akibat duduk statis dalam
waktu yang cukup lama mulai sering terjadi. Antara lain pada sistem muskuloskeletal
dan keluhan terbanyak adalah Nyeri Punggung Bawah yang menyebabkan individu
menjadi tidak produktif karena adanya rasa nyeri yang dirasakannya. Angka kejadian
pasti dari Nyeri Punggung Bawah tidak diketahui namun masalah Nyeri Punggung
Bawah pada remaja pada umumnya dimulai pada usia dewasa muda. Sikap duduk yang
salah terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan
dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot
punggung bawah menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya
Tujuan: penelitian ini ditujukan untuk mengetahui ada pengaruh core stability inti
terhadap penurunan nyeri pinggang akibat duduk statis di SMP N 3 Pakem. Metode
Penelitian : Jenis penelitian ini adalah Eksperimental pre test post test two control
group design, didapatkan 16 jumlah sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok 8 orang
untuk kelompok kontrol dan 8 orang untuk kelompok perlakuan Core Stability
Exercise. Intervensi dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Alat ukur pada penelitian ini adalah VAS. Hasil : Hasil uji hipotesis diperoleh p =
0,007 (p < 0,05). Kesimpulan : Ada pengaruh core stability inti terhadap penurunan
nyeri pinggang akibat duduk statis di SMP N 3 Pakem. Saran : saran untuk peneliti
selanjutnya agar mengontrol penggunaan obat pereda nyeri pada sampel
PENGARUH CIRCUIT WEIGHT TRAINING TERHADAP DAYA LEDAK LENGAN ATLET CABANG OLAHRAGA VOLI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
Latar Belakang : Daya ledak sangat dipengaruhi oleh dua unsur komponen kekuatan otot dan kecepatan. Dasar dari pembentukan daya ledak ialah kekuatan otot dan kecepatan. Dalam pembentukan daya ledak perlu diberikan latihan kondisi fisik. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh latihan circuit weight training terhadap daya ledak lengan pada atlet cabang olahraga voli. Metode : Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen, dengan One Group Pre test-Post test design. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling didapat 8 sampel. Diberikan circuit weight training terdiri dari 12 pos. diantara pos diberikan istirahat selama 30 detik dan antar sirkuit diberi istirahat selama 1 menit. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 sirkuit dan dilakukan selama 4 minggu. Dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Pengukuran daya ledak menggunakan medicine ball. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro wilk-test. Penggunaan paired sampel t-test untuk mengetahui peningkatan daya ledak lengan. Hasil : Uji paired sampel t-test nilai probabilitas p=0,000 (p<0,05) dan terdapat peningkatan besar pada perlakuan circuit weight training dengan nilai probabilitas sebelum perlakuan p= 0,082 dan nilai probabilitas setelah perlakuan p= 0,157. Simpulan : Terdapat pengaruh circuit weight training terhadap daya ledak lengan pada atlet cabang olahraga voli Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Saran : Peneliti selanjutnya dapat mengkombinasikan circuit weight training dengan menggunakan gym machine dalam meningkatkan daya ledak lengan dan daya tahan otot
PENGARUH PENAMBAHAN STATIC STRETCHING PADA SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN JUMPING SMASH PEMAIN BADMINTON
Abstrak
Latar belakang : UKM badminton di universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta belum
mampu menunjukkan prestasi secara maksimal, melihat kondisi fisik para atlet
terlihat baik, akan tetapi kurang menguasai teknik dasar dan pemanasan yang benar,
sehingga menyebabkan pemain pada saat melakukan jumping smash belum
maksimal. Dalam permainan badminton kondisi fisik sangat di perlukan untuk
keterampilan teknik, salah satunya adalah daya ledak. Banyak cara yang digunakan
untuk meningkatkan daya ledak yaitu dengan static stretching dan squat
jump.Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh penambahan static stretching pada squat
jump terhadap peningkatan jumping smash pemain badminton. MetodePenelitian
:Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen, rancangan penelitian menggunakan
rancangan Pre test andPost testtwo group design. Populasi dalam penelitian 28
orang, sampel yang digunakan 20 sampel dengan menggunakan rumus pocock
sebagai pertimbangan dalam mengambil sampel. Latihan yang diberikan adalah
static stretching dan squat jump selama 4 minggu dilakukan 12 kali dengan frekuensi
latihan 3 kali dalam satu minggu. Pengukuran jumping smash dilakukan dengan
vertical jump testmenggunakan midline dengan satuan cm. Hasil :Dari hasil
penelitian menunjukan pengaruh latihan penambahan static stretching pada squat
jump terhadap peningkatan jumping smash dengan nilai probabilitas p=0,000.
Kesimpulan : Ada pengaruh latihan penambahan static stretching pada squat jump
terhadap peningkatan jumping smash pada cabang olahraga di UKM Badminton
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Saran :Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengkaji
faktor-faktor lain yang mempengaruhi daya ledak tungkai
PERBEDAAN PENGARUH TRANSVERSE FRICTION DENGAN PENAMBAHAN KINESIOTAPPING PADA TRANSVERSE FRICTION UNTUK PENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL BAHU TENDINITIS SUPRASPINATUS
Latar Belakang:
.
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan
yang memiliki karakteristik gerakan yang bersifat cepat dan menuntut terjadinya
kontraksi terus menerus khususnya pada otot di persendian bahu, karena gerakan
yang terus
-
menerus ini dapat menyebab
kan kelelahan pada otot di persendian bahu
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang akan berakibat pada
tendinitis
supraspinatus
Tujuan:
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
transverse friction
dengan penambahan
kinesiotapping
pada
transverse friction
untuk peni
ngkatan
fungsional bahu pada
tendintisi supraspinatus
.
Metode Penelitian:
Penelitian ini
menggunakan metode
experiment
dengan
pre and post test two group design
dengan
pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.
Sampel pada penelitian ini
adalah pem
ain bulutangkis di PB (Persatuan Bulutangkis) Pancing Sembada Sleman
berdasarkan rumus Arikunto didapatkan 21 orang untuk kelompok I dengan
perlakuan
trasnverse friction
selama 2 minggu 3 kali dalam seminggu dan 21 orang
untuk kelompok II dengan perlakuan
penambahan
kinesiotapping
pada
transverse
friction
selama 2,5 minggu diberikan selama 3 hari dengan 5 kali pengulangan. Pada
penelitian ini alat ukur untuk mengukur fungsional bahu menggunakan SPADI
(
shoulder pain and disability index)
Hasil:
Uji hipotesis I nilai
p
=0,000 (
p
<0,05)
yang berarti
transverse friction
dapat meningkatkan fungsional bahu pada pemain
bulutangkis. Hipotesis II nilai
p
=0,000 (
p<
0,05) yang berarti penambahan
kinesiotapping
pada
transverse friction
dapat meningkatkan fungs
ional bahu pada
pemain bulutangkis. Uji hipotesis III nilai
p
=0,000 (
p
<0,05) yang berarti ada
perbedaan pengaruh
transverse friction
dengan penambahan
kinesiotapping
pada
transverse friction
untuk peningkatan kemampuan fungsional bahu
tendinitis
supraspin
atus
.
Simpulan:
pengaruh penambahan
kinesiotapping
pada
transverse
friction
terhadap peningkatan kemampuan fungsional bahu lebih baik dari pada
hanya diberikan
transverse friction
Saran:
Responden disarankan mengurangi
gerakan yang terus
-
menerus pada bahu s
eperti saat bermain bulutangkis agar tidak
terjadi kelelahan pada otot bahu yang akan mengakibatkan cidera khususnya
tendinitis supraspinatus
PERBEDAAN PENGARUHSTATIC STRETCHING DAN SQUAT JUMP DENGAN DYNAMIC STRETCHING DAN SQUAT JUMP TERHADAP POWER TUNGKAI PEMAIN FUTSAL GABUNGAN FC BANTUL
Latar Belakang: Power merupakan perpaduan antara kecepatan dan kekuatan
dimana kedua hal tersebut harus dimiliki seorang pemain futsal. Dengan memiliki
power yang baik maka kecepatan kaki untuk mengubah posisi dan menentukan arah
laju bola dalam menggiring bola juga baik. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan
pengaruh static stretching dan squat jump dengan dynamic stretching dan squat jump
terhadap power tungkai pemain futsal. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan
experimental dengan pre test and post test two group design sebanyak 20 orang
pemain futsal Gabungan FC sebagai sampel yang ditentukan dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel random sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok I mendapatkan intervensi static stretching dan squat jump, kelompok
II mendapatkan intervensi dynamic stretching dan squat jump, keduanya dilakukan 3
kali seminggu selama 4 minggu. Power diukur menggunakan Vertical Jump test. Uji
normalitas menggunakan uji Shapiro wilk test dan uji homogenitas menggunakan
Lavene’s test. Penggunaan Paired samples t-test untuk mengetahui pengaruh power
pada kelompok I dan wilcoxon signed untuk menguji pengaruh power pada
kelompok II serta menggunakan Mann-Whitney untuk komparatibilitas hasil
intervensi kelompok I dan II. Hasil: Hasil uji pada kelompok I p = 0,024 (p < 0,05)
dan pada kelompok II p = 0,004 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa kedua
intervensi memiliki pengaruh terhadap power pada masing-masing kelompok.
Sedangkan hasil komparatibilitas menggunakan Mann-Whitney p = 0,001 (p < 0,05)
hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan pada kelompok I dan II
memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap power. Kesimpulan: Ada
perbedaan pengaruh static stretching dan squat jump dengan dynamic stretching dan
squat jump terhadap power tungkai pemain futsal. Saran: Penelitian selanjutnya
untuk dapat mengontrol aktifitas sampel berat atau tidak sebelum melakukan tes,
mengatur pola makan dan meningkatkan motivasi pemain untuk latihan
- …