18 research outputs found

    The Use of Species Sanitation and Insecticides for Malaria Control in Coastal Areas of Java

    Full text link
    Aktivitas pengendalian penyakit malaria dimulai sejak awal abad ke-20. Beberapa peneliti malaria terkemuka memulai karimya di pulau Jawa, dan banyak pakar lain memperoleh keuntungan dari berbagai pengalaman dalam aktivitas pengendalian malaria di Indonesia. Salah satu peristiwa terpenting yang telah terjadi adalah suksesnya pengendalian di sebagian besar daerah di pulau Jawa, yang merupakan salah satu daerah terpadat penduduknya di dunia. Alasan-alasan yang sebenarnya dari keberhasilan dan kegagalan dalam pengendalian malaria di Jawa sering dikemukakan dalam literatur dan jarang mendapat perhatian sepenuhnya. Informasi yang disajikan di sini mengulas tentang faktor-faktor penting ekologi malaria di sepanjang pantai pulau Jawa, dan terutama menyangkut USAha-USAha pengendalian terhadap vektor utama, yaitu nyamuk Anopheles sundaicus. Penggunaan insektisida secara tepat dan bijaksana, perbaikan lingkungan untuk mengurangi habitat perkembangan larva, dan kebiasaan masyarakat yang menyangkut pengaturan/ pengolahan tanah dan tambak mempakan faktor-faktor penting untuk mencapai keberhasilan yang cukup tinggi. Usaha-USAha pemberantasan terhadap An. sundaicus dapat berhasil dengan adanya pemahaman biologi vektor dan ekologi pantai muara yang dipadukan dengan Perubahan cara hidup dan pengendalian populasi dalam masyarakat. Meskipun pengendalian vektor sepanjang pantai utara pulau Jawa telah tercapai, akan tetapi ketidakmampuan untuk mengatasi kendala-kendala teknis dan lingkungan telah menghalangi keberhasilan USAha-USAha pengendalian An. sundaicus di sepanjang pantai selatan pulau Jawa

    P. Falciparum Resisten Terhadap Chloroquine Di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

    Full text link
    Twenty indigenous falciparum cases were subjected to either an in vivo and/or in-vitro (macro and micro) test, held during a WHO assisted training activity in Jepara, Central Jawa, in May 1981, to assess its susceptibility to chloroquine. Result showed that all cases were resistant to chloroquine. Ten cases underwent in-vivo test, revealing 9 resistant at RI and 1 resistant at RII level. This is the first report of falciparum found in Jawa

    Ddt Resistance in Anopheles Koliensis (Diptera: Culicidae) From Northeastern Irian Jaya, Indonesia

    Full text link
    Nyamuk Anopheles koliensis, adalah perantara (vektor) penyakit malaria yang penting di daerah pedalaman Irian Jaya, Indonesia, yang telah dievaluasi kerentanannya terhadap DDT dengan menggunakan test kit diagnostik dan kertas yang telah diresapi sesuai dengan standar WHO. Serangkaian tes telah dilakukan di ARSO PIR I, yang merupakan tempat pemukiman para transmigran yang terletak 60 km sebelah selatan Jayapura. Pemeriksaan tersebut dilakukan mulai bulan Januari 1988 sampai dengan Mei 1989. DDT telah diuji pada dosis diagnostik yang telah direkomendasikan untuk jangka waktu tertentu pula. Daya tahan terhadap DDT diamati baik pada populasi nyamuk An koliensis maupun nyamuk Culex quinquefasciatus. Kira-kira 30% dari populasi nyamuk An. koliensis (sejumlah 468) ternyata tahan terhadap 4% DDT dalam kurun waktu 1 dan 2 jam paparan. Penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan DDT secara rutin di ARSO PIR I untuk penyemprotan di dalam mmah diperkirakan efektivitasnya terbatas, antara lain disebabkan oleh daya tahan fisiologik. Walaupun demikian, penggunaan insektisida alternatif ini akan lebih mahal dan mungkin terbukti sama tidak efektifnya karena sifat eksofilik dari jenis nyamuk tersebut. Makalah ini merupakan laporan pertama yang diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai kerentanan nyamuk Anopheles koliensis asal Indonesia terhadap DDT

    Pengobatan Penderita Malaria Falsiparum tanpa Komplikasi dengan Meflokuin di Daerah Resisten Klorokuin

    Full text link
    Treatment with mefloquine of uncomplicated falciparum malaria patients was undertaken in ITCI Hospital, Balikpapan, East Kalimantan, Indonesia in 1991. This study was conducted to assess the efficacy and safety of mefloquine, and to assess in vitro sensitivity of P. falciparum to other antimalarials currently in use. A total of 16 falciparum malaria patients who had been selected according to WHO criteria for the drug sensitivity test were treated with 750 mg mefloquine single dose orally. All patients were hospitalized for 3-5 days and followed up on day 7, 14, 21 and 28. Clinical and parasitological examinations were carried out during the study, haematological and biochemical examinations were also performed before drug administration and when the patient was discharged from the hospital. The main presenting symptoms were chills, headache and fever. Cure rate was 100% with the mean fever clearance time and parasite clearance time was 9.3 ±_ 2.4 hours and 47.1 +_ 3.7 hours respectively. No significant drug-related changes were noted in hematological or biochemical parameters. Only nausea was observed as a side effect of mefloquine which was mild and disappeared without treatment. ITCI Hospital area is a highly chloroquine resistant area (90,9%) and also as a multidrug resistant area (50%). This study shows that mefloquine is effective and safe for the treatment of uncomplicated falcipamm malaria resistant to chloroquine as well as for multidrug resistant cases

    Pengobatan Malaria Falsiparum tanpa Komplikasi dengan Halofantrin di Daerah Resisten Klorokuin

    Full text link
    Treatment of uncomplicated falciparum malaria with halofantrine was carried out at ITCI Hospital, Balikpapan, East Kalimantan, Indonesia in 1990/1991. This study was conducted to assess the efficacy and safety of halofantrine. Eighty out of 96 malaria falciparum patients who had been selected according to WHO criteria for the in-vivo sensitivity test were treated with 500 mg halofantrine 6 hourly for three doses orally. The other 16 patients were treated with mefloquine 750 mg single dose orally as a control group. All patients were hospitalized for 3-5 days and followed up on day 7, 14, 21 and 28. The cure rate of halofantrine was 98.4% (62/63) and relapse rate was 1.6% (1/63) as a late RI. The mean fever clearance time (FCT) and parasite clearance time (PCT) were 22.4 ± 2.7 h and 58.3 ± 5.2 h respectively. Tlte FCT was significantly different compared to that of mefloquine (9.3 ± 2.4 h). Some haematological abnormalities appeared to be associated with malaria but no biochemical abnormalities were found. Mild diarrhoea (11.5%), nausea (6.4%), palpitation (2.6%) and dizziness (1.3%) were observed as side effects of halofantrine but disappeared without treatment.This study showed that halofantrine is effective and safe for the treatment of uncomplicated falciparum malaria in a chloroquine resistant area

    THE USE OF SPECIES SANITATION AND INSECTICIDES FOR MALARIA CONTROL IN COASTAL AREAS OF JAVA

    No full text
    Aktivitas pengendalian penyakit malaria dimulai sejak awal abad ke-20. Beberapa peneliti malaria terkemuka memulai karimya di pulau Jawa, dan banyak pakar lain memperoleh keuntungan dari berbagai pengalaman dalam aktivitas pengendalian malaria di Indonesia. Salah satu peristiwa terpenting yang telah terjadi adalah suksesnya pengendalian di sebagian besar daerah di pulau Jawa, yang merupakan salah satu daerah terpadat penduduknya di dunia. Alasan-alasan yang sebenarnya dari keberhasilan dan kegagalan dalam pengendalian malaria di Jawa sering dikemukakan dalam literatur dan jarang mendapat perhatian sepenuhnya. Informasi yang disajikan di sini mengulas tentang faktor-faktor penting ekologi malaria di sepanjang pantai pulau Jawa, dan terutama menyangkut usaha-usaha pengendalian terhadap vektor utama, yaitu nyamuk Anopheles sundaicus. Penggunaan insektisida secara tepat dan bijaksana, perbaikan lingkungan untuk mengurangi habitat perkembangan larva, dan kebiasaan masyarakat yang menyangkut pengaturan/ pengolahan tanah dan tambak mempakan faktor-faktor penting untuk mencapai keberhasilan yang cukup tinggi. Usaha-usaha pemberantasan terhadap An. sundaicus dapat berhasil dengan adanya pemahaman biologi vektor dan ekologi pantai muara yang dipadukan dengan perubahan cara hidup dan pengendalian populasi dalam masyarakat. Meskipun pengendalian vektor sepanjang pantai utara pulau Jawa telah tercapai, akan tetapi ketidakmampuan untuk mengatasi kendala-kendala teknis dan lingkungan telah menghalangi keberhasilan usaha-usaha pengendalian An. sundaicus di sepanjang pantai selatan pulau Jawa

    P. FALCIPARUM RESISTEN TERHADAP CHLOROQUINE DI KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH

    No full text
    Twenty indigenous falciparum cases were subjected to either an in vivo and/or in-vitro (macro and micro) test, held during a WHO assisted training activity in Jepara, Central Jawa, in May 1981, to assess its susceptibility to chloroquine. Result showed that all cases were resistant to chloroquine. Ten cases underwent in-vivo test, revealing 9 resistant at RI and 1 resistant at RII level. This is the first report of falciparum found in Jawa
    corecore