20 research outputs found

    Kristalisasi Magnesium Karbonat dari Limbah Proses Pembuatan Garam Rakyat

    Get PDF
    Tambak garam rakyat menghasilkan limbah berupa larutan garam yang tersisa di petak kristalisasi setelah panen garam. Limbah tambak garam (bittern) biasanya dibuang kembali ke laut oleh sebagian besar petani garam. Magnesium di dalam limbah ini memiliki kandungan sebesar 20-30 kali lipat daripada air laut sehingga perlu pengelolaan sebelum dibuang ke laut. Magnesium dibutuhkan untuk kesehatan manusia dan kegiatan industri. Pengolahan limbah melalui recovery magnesium dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah dan air laut sebagai sumber mineral selain produksi garam. Penelitian recovery magnesium bertujuan untuk mengkaji karakteristik limbah tambak garam, menemukan kondisi operasi pH dan nilai Baume (Be) pada sintesa magnesium karbonat dari limbah tambak garam, menemukan koefisien laju reaksi pembentukkan inti kristal dan koefisien perpindahan massa volumetrik pertumbuhan kristal, menghasilkan korelasi empirik kristalisasi magnesium karbonat dan mendapatkan kinerja Fluidized Bed Crystallization (FBC) tanpa dan dengan resirkulasi. Sampling limbah tambak garam dilakukan berdasarkan data sekunder lokasi tambak garam di Jawa Timur. Sampling dilakukan di petak kristalisasi setelah panen garam. Metoda sintesa magnesium karbonat dari bittern dilakukan menggunakan kristalisasi reaksi antara magnesium dan sodium karbonat pada suhu ruang. Penelitian dilakukan pada kondisi operasi pH (8-10) dan konsentrasi awal magnesium sebesar 10.200-40.800 mg/L. Sintesa magnesium karbonat menggunakan pengadukan dengan gradient kecepatan 20 detik-1 selama 30 menit. Morfologi kristal diobservasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) yang dikonfirmasi dengan X-ray diffraction (XRD). Kinetika reaksi pembentukkan inti kristal magnesium karbonat dilakukan menggunakan limbah sintetis yang direaksikan dengan sodium karbonat pada pH 10. Pengukuran penurunan konsentrasi magnesium dilakukan melalui monitoring nilai electrical conductivity selama proses untuk mendapatkan konstanta kecepatan reaksi. Persamaan kinetika reaksi menggunakan pendekatan orde reaksi, pemilihan persamaan ditentukan dari nilai R2 paling mendekati 1. Penentuan koefisien perpindahan massa volumetrik kristalisasi dilakukan menggunakan reaktor FBC dengan limbah sintetis. Analisa dimensi menggunakan Buckingham π theorema dilakukan untuk menentukan korelasi antara variabel-variabel yang mempengaruhi perpindahan massa. Analisa bilangan tak-berdimensi dilakukan untuk mendapatkan korelasi empirik dari variabel-variabel yang mempengaruhi kristalisasi magnesium karbonat menggunakan regresi multi variate. Uji coba reaktor kontinu skala laboratorium menggunakan limbah asli dilakukan menggunakan reaktor FBC tanpa dan dengan resirkulasi. Karakteristik limbah tambak garam memiliki nilai konsentrasi magnesium sebesar 40.800-80.400 mg/L pada Be 29-34. Sintesa magnesium karbonat nesquehonite dapat dihasilkan melalui proses operasi pH 8-9 dan konsentrasi awal magnesium sebesar 10.200-20.400 mg/L (Be 22-27). Koefisien laju reaksi kristalisasi magnesium karbonat sebesar 3 x 10-7 didapatkan dari grafik linier orde 2 yang memiliki nilai R2 paling besar yaitu 0,794. Koefisien perpindahan massa volumetrik kristalisasi magnesium karbonat yang diperoleh pada variasi limbah sintesis tanpa CMC; dengan penambahan 0,01% CMC, 0,02% CMC dan 0,03% CMC adalah berturut-turut 0,00029; 0,0002; 0,00018 dan 0,00015. Korelasi empirik bilangan tak-berdimensi untuk variabel koefisien perpindahan massa volumetrik, koefisien difusi zat cair, diameter seed, laju aliran, densitas dan viskositas dalam bentuk bilangan Schimdt dan Reynold sebagai berikut: (k_L a.d_eq)/v=1,69x〖10〗^(-9).(N_Sch )^0,38.(N_Re )^0,87 FBC menggunakan pasir sebagai seed material dapat menghasilkan penurunan magnesium pada limbah tambak garam sebesar 82,7% tanpa resirkulasi dan 92,3% dengan resirkulasi. ============================================================Traditional salt production wastewater remains after salt harvesting in crystallization plot called bittern. Bittern was discharged back into the sea by the most of salt farmers. Magnesium concentration in bittern can reach 20-30 times of seawater, required its management before discharged to sea. Magnesium is needed for human health and industrial activities. Wastewater treatment through magnesium recovery can increase economic value of waste and seawater as a mineral source besides salt production. The aims of magnesium recovery research are to examine the salt production wastewater characteristics, discover operation condition (pH) and Baume (Be) in the synthesis magnesium carbonate from saltwater ponds, discover coefficient of reaction kinetics of nucleation and coefficient of volumetric mass transfer, create empirical correlation of magnesium carbonate crystallization and explore performance of Fluidized Bed Crystallization (FBC) without and with recirculation. Sampling location of salt pond wastewater was conducted based on secondary data of salt pond in East Java. Sampling was conducted in crystallization plot after salt harvest. The method of magnesium carbonate synthesis from bittern was conducted using reaction crystallization between magnesium and sodium carbonate at room temperature. The study was conducted under pH operating conditions (8-10) and initial concentrations of magnesium of 10,200-40,800 mg/L. Magnesium carbonate synthesis used stirring at velocity gradient 20 second-1 during 30 minutes. Crystalline morphology was observed using Scanning Electron Microscopy (SEM) and Energy dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) confirmed by X-ray diffraction (XRD). Reaction kinetics of magnesium carbonate nucleation was carried out using synthetic waste reacted with sodium carbonate at pH 10. The measurement of decreased magnesium concentration was conducted by monitoring the value of electrical conductivity during process to obtain the reaction rate constant. The kinetic equation of the reaction used a reaction order approach, the selection of the equation was determined from the value of R2 closest to 1. Determination of crystallization volumetric mass transfer coefficient was conducted using FBC reactor with synthetic waste. Analysis of dimensional was carried using Buckingham π theorem. Dimensionless number analysis was done to obtain the empirical correlation of the variables that influence magnesium carbonate crystallization using multi-variate regression. The laboratory scale continues reactor tests using bittern was conducted using FBC without and with recirculation. Characteristic of salt pond wastewater has magnesium concentration 40,800-80,400 mg/L at Be 29-34. Synthesis nesquehonite magnesium carbonate produced by operating pH 8-9 and the initial concentration of magnesium is 10,200-20,400 mg/L (Be 22-27). Magnesium carbonate nucleation reaction rate coefficient of 3 x 10-7 was obtained from linear graph of order 2 which has the greatest R2 value that is 0.794. The volumetric mass transfer coefficient of magnesium carbonate crystallization obtained on the variation of synthetic wastewater without CMC; with the addition of 0.01% CMC, 0.02% CMC and 0.03% CMC respectively 0.00029; 0.0002; 0.00018 and 0.00015. An empirical correlation of the dimensionless number for variable of volumetric mass transfer coefficient, fluid diffusion coefficient, seed diameter, flow rate, density and viscosity in the form of Schmidt and Reynold number as follows: (k_L a.d_eq)/v=1,69x〖10〗^(-9).(N_Sch )^0,38.(N_Re )^0,87 Performance of FBC using sand as seed material can obtain removal percentage of magnesium in saltwater ponds by 82.7% without recirculation and 92.3% with recirculation

    Pengolahan Sisa Makanan dan Sayur Kubis menggunakan Metode Larva Composting

    Get PDF
    Sampah sayur kubis dan sisa makanan merupakan permasalahan yang timbul seiring meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun. Jika hal ini tidak segera dilakukan pengolahan maka akan berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengolahan sampah yang cepat dapat dilakukan dengan pengomposan menggunakan Black Soldier Fly. Penambahan bioaktivator salah satunya adalah mikroorganisme alami (MoL) alami dari sampah buah yang sudah membusuk yaitu tomat. Penelitian ini menganalisis pengaruh komposisi sampah terhadap karakteristik hasil kompos padat sebagai alternatif pupuk pada Tanaman Kenikir. Pengomposan dengan Larva Black Soldier Fly menggunakan variasikomposisi sampah 75% sisa makanan : 25% sayur kubis dengan penambahan MoL Tomat 10 mL/kg menujukkan beberapa parameter fisik dan kimia sudah memenuhi sesuai persyaratan SNI 19-7030-2004. Hasil dari kompos padat untuk parameter fisik kadar air sebesar 50%, suhu sebesar 29°C, bau seperti tanah, tekstur remah tanah dan warna coklat kehitaman. Parameter kimia kompos padat didapatkan hasil C- Organik sebesar 15,35% ; N-Total sebesar 4,215% ; P2O5 sebesar 0,22%; K2O sebesar 1,005% ; Rasio C/Nsebesar 3,99. Hasil uji coba kompos padat pada Tanaman Kenikir menunjukkan jumlah daun sebanyak 7 helai dan tinggi tanaman sebesar 7,6 cm pada hari ke – 14

    Analisis Kualitas Hasil Komposting Sampah Sisa Makanan dan Daun dengan Metode Rotary Drum Composter (Studi Kasus: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)

    Get PDF
    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) adalah perguruan tinggi berbasis vokasi yang terus berkembang setiap tahunnya sehingga memungkinkan sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah baik itu sampah organik seperti sampah sisa makanan, sampah daun-daun, dan serbuk kayu ataupun sampah non- organik. Pengolahan sampah organik paling sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan pengomposan. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerobik dengan menggunakan metode Rotary Drum Composter. Parameter yang ingin diamati adalah pH, suhu, kadar air, dan rasio C/N. Sesuai hasil pengamatan, suhu pH, kadar air dan rasio C/N komposter sebesar; 310C; 7,4; 48,60% dan 14,95. Berdasarkan pengamatan fisik kompos, kompos yang terbentuk berwarna coklat kehitaman, serta bertekstur seperti tanah sesuai dengan spesifikasi kompos SNI 19-7030-2004

    Pemanfaatan Pepaya sebagai Biostarter dalam Pengomposan Limbah Ikan dan Daun Mangrove Menggunakan Larva Black Soldier Fly

    Get PDF
    Fish waste generated from industrial activities in coastal communities has the potential to cause bad odors and pollute the environment. Falling mangrove leaves also contribute to waste in coastal areas because there are mangrove forests. This can pollute the environment so that fish waste and mangrove leaves can be processed through the composting method. Composting with BSF larvae can provide double benefits, namely reducing waste and producing larval feces that plants need. Papaya fruit waste that is no longer suitable for consumption can be used as a biostarter to speed up the decomposition process. The research variable was the use of 200 ml/kg papaya fruit biostarter. Variation in composition 100% mangrove leaves, 50% mangrove leaves; 50% fish waste, 70% mangrove leaves; 30% fish waste. Moisture content, temperature, pH, C/N, phosphorus, and potassium in several variations of this study met the quality of compost based on SNI 19-7030-2004. Based on MANOVA statistical analysis, variations in composition and type of biostarter influence larval biomass, feed consumption, and waste reduction index. Based on the quality of the compost, the best variation in this study was the composition of 50% fish waste compost and 50% mangrove leaves without the use of a biostarter

    Ukuran Partikel Adsorben Ampas Teh dan Waktu Operasional terhadap Penurunan Konsentrasi COD dan Fosfat Limbah Laundry

    Get PDF
    Banyaknya usaha laundry yang muncul memiliki dampak kurang baik terhadap lingkungan jika belum diolah dengan baik. COD dan fosfat menjadi paremeter pencemar yang dihasilkan oleh limbah cair laundry. Salah satu alternatif pengolahan yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar COD dan fosfat adalah adsorpsi. Ampas teh merupakan limbah padat dalam jumlah banyak, mudah didapatkan, dan berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode adsorpsi menggunakan karbon aktif ampas teh yang diaktivasi dengan K2CO3. Proses adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu operasional selama 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105 dan 120 menit. Variasi ukuran partikel adsorben sebesar 100 mesh dan 200 mesh. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran partikel adsorben dan waktu operasional terhadap penurunan konsentrasi COD dan fosfat limbah cair laundry. Proses penurunan konsentrasi COD paling optimum pada ukuran adsorben 100 mesh dengan waktu 15 menit mampu meremoval sebesar 86,86%. Persen penurunan konsentrasi fosfat paling optimum pada ukuran adsorben 100 mesh dengan waktu30 menit mampu meremoval sebesar 70,71%

    Analisis Daur Hidup pada Kegiatan Produksi Iodium

    Get PDF
    Menurut pusat data dan teknologi informasi ESDM pada tahun 2016 kategori industri manufaktur dan konstruksi menyumbang emisi (GRK) sebesar 76.257 Gg CO2 eq. Dimana industri pengolahan iodium merupakan termasuk dalam industri manufaktur di Indonesia. Peningkatan dampak lingkungan dari kegiatan perindustrian menjadi latar belakang peraturan mengenai lingkungan semakin ketat, salah satunya yaitu Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). Sehingga perlu dilakukan identifikasi dampak lingkungan dari aktivitas produksi dalam suatu industri, salah satu metode yang digunakan yaitu metode Life Cycle Asessment (LCA). Analisis dampak dilakukan menggunakan metode Impact 2002+. Metode ini merupakan gabungan antara metode dengan pendekatan midpoint dan endpoint terhadap dampak kerusakan. Tahapan yang dilakukan dalam analisis LCA, yaitu goal dan scope, life cycle inventory, life cycle impact assessment dengan menggunakan sofware SimaPro 8.5.2, dan data interpretation. Hasil analisis kontribusi dampak terhadap lingkungan diperoleh nilai kontribusi total dampak respiratory inorganics yaitu 35,3 Pt. Kategori, terrestrial acid/nutri sebesar 1,13 Pt, dan global warming sebesar 22,8 Pt. Interpretasi data hasil analisis LCA berupa analisis perbaikan dan rekomendasi berdasarkan aksi mitigasi yang akan dilakukan. Aksi mitigasi dilakukan melalui pembuatan alternatif sebagai supply energi untuk mengurangi penggunaan listrik dan penggunaan biomassa/biogas sebagai pengganti bahan bakar fosil

    Pengaruh Penambahan Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada Bioremediasi Total Petroleum Hydrocarbon Penambangan Minyak Bumi Tradisional di Jawa Timur

    Get PDF
    Penambangan minyak bumi tradisional di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro menghasilkan limbah minyak bumi berupa lumpur (sludge) yang memiliki kandungan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) yang berpotensi mencemari lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penambahan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada proses bioremediasi limbah sludge. Penelitian ini diawali dengan menambahkan bakteri kultur murni Pseudomonas aeruginosa dengan variasi 8%, 12%, 16%, dan menambahkan serbuk gergaji sebesar 10% sebagai bulking agent ke dalam limbah sludge. Pemantauan sampel secara berkala dua kali dalam tujuh hari meliputi parameter suhu, kadar air, penurunan TPH, dan jumlah sel bakteri. Hasil analisis kandungan TPH awal limbah sludge sebesar 3,4%. Penambahan bakteri pada proses bioremediasi memberikan pengaruh terhadap penurunan TPH. Kondisi optimal dicapai pada sampel S2 (bakteri 12% + serbuk gergaji 10%) dengan efisiensi degradasi TPH sebesar 48,53%. &nbsp

    Inventarisasi Sumber Emisi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

    Get PDF
    Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu industri persemenan menghasilkan pencemar udara melalui cerobong sebagai media penyalurnya. Pencemar dominan yang dihasilkan dari proses pembuatan semen berupa partikulat dan gas seperti SO2, NO2. Paparan debu dan gas tersebut jika terhirup akan mengganggu kesehatan khususnya gangguan fungsi paru sehingga perlu adanya pengelolaan kualitas udara. Pengelolaan diawali dengan mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran udara dan memperkirakan jumlah spesifik pencemaran udara yang diemisikan dari satu atau lebih sumber pencemar. Penelitian ini melakukan pencatatan sumber emisi tersebut yang dikenal dengan istilah inventarisasi sumber emisi. Penelitian ini menginventarisasi sumber emisi sebanyak 13 cerobong dengan parameter SO2, NO2, PM (Particulate Matter), dan merkuri (Hg). Hasil penelitian menunjukkan beban emisi tertinggi untuk parameter partikulat terdapat pada Stack EP Raw Mill Tuban 3 dengan nilai 99.120 Kg/tahun. Nilai beban emisi tertinggi untuk parameter SO2 terdapat pada Stack EP Raw Mill Tuban 2 dengan nilai 275.235,8 Kg/tahun. Nilai beban emisi untuk parameter NO2 terdapat pada Stack EP Raw Mill Tuban 2 dengan nilai 873.735,2 Kg/tahun. Sedangkan nilai beban emisi untuk parameter merkuri (Hg) terdapat pada Stack EP Raw Mill Tuban 4 dengan nilai 2 Kg/tahun

    Life Cycle Assessment Emisi ke Udara pada Proses Pembakaran di Kiln PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban

    Get PDF
    Besarnya kapasitas produksi PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban yakni lima belas juta ton/tahun, berpotensi menimbulkan peningkatan dampak khususnya pencemaran udara seperti emisi gas (CO2, CO, SO2, NOx, Hg) dan partikel debu. Proses yang menjadi penyebab utama pencemaran udara adalah proses pembakaran di kiln. Upaya untuk meminimasi dampak pencemaran udara perlu dilakukan untuk menghasilkan produk ramah lingkungan. Life Cycle Assessment (LCA) yang sesuai dengan standar ISO 14040 digunakan untuk mengidentifikasi dampak pencemaran udara dengan pendekatan gate to gate. Metode yang digunakan adalah Environmental Design of Industrial Products (EDIP) 2003 karena sesuai dengan goal and scope penelitian. Berdasarkan analisa dan perhitungan SimaPro diperoleh nilai kontribusi total sebesar 1,38 GPt pada proses pembakaran di kiln. Kategori dampak acidification merupakan kontributor terbesar dari total dampak terhadap lingkungan dengan nilai 0,682 GPt. Analisis perbaikan dilakukan dengan melakukan komparasi bahan bakar dengan alternative fuel dan memproduksi semen dengan rasio klinker rendah

    Pengaruh Waktu Delignifikasi terhadap Karakteristik Selulosa dari Daun Nanas dan Jerami

    Get PDF
    Selulosa merupakan senyawa dominan penyusun struktur dari tumbuhan seperti yang ditemukan di dalam daun nanas dan jerami. Selulosa memiliki gugus fungsi hidroksil dan karboksil yang berpotensi untuk menyerap logam berat. Untuk memecah ikatan antara lignin dan selulosa maka diperlukan proses delignifikasi. Pada umumnya proses delignifikasi atau penghilangan lignin dilakukan dengan larutan alkali. Proses ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik selulosa dari daun nanas dan jerami. Proses delignifikasi dilakukan menggunakan NaOH 9% dengan variasi waktu 70 menit dan 90 menit. Daun nanas dan jerami sebelum dan sesudah delignifikasi dianalisis dengan menggunakan metode chesson, SEM, dan XRD. Hasil analisis metode chesson menunjukkan bahwa kandungan selulosa tertinggi daun nanas dan jerami dihasilkan dari proses delignifikasi selama 70 menit. Kadar selulosa daun nanas dan jerami sebesar 59,12% dan 57,78% dengan kandungan lignin sebesar 10,78% dan 8,28%. Hasil analisis SEM menunjukkan daun nanas dan jerami sebelum mengalami delignifikasi memiliki morfologi permukaan yang halus, padat, dan rapat, setelah mengalami proses delignifikasi morfologi permukaan menjadi kasar dan renggang. Hasil analisis XRD menunjukkan puncak pada 2q sekitar 18° dan 23°. Kristalinitas tertinggi daun nanas dan jerami pada proses delignifikasi selama 90 menit, sebesar 65,97% dan 71,77% dengan kadar lignin turun hingga mencapai 16,25% dan 31,77%
    corecore