4 research outputs found

    Otoritas perempuan dalam relasi suami istri : Studi atas tafsir Feminis Husein Muhammad

    Get PDF
    Terdapat kesenjangan antara penjelasan relasi suami istri dalam Al-Qur’an. Mayoritas penafsiran mufasir klasik menempatkan perempuan dalam posisi inferior dan menunjukkan superioritas laki-laki. Diktum-diktum fikih yang merupakan hasil penafsiran yang misoginis ini membawa dampak negatif terhadap perempuan, baik secara fisik maupun psikologis. Catatan Harian Tahunan Komnas Perempuan menyebutkan bahwa kasus pelecehan seksual serta kekerasan dalam rumah tangga semakin tahun semakin meningkat. Yang mana, penyebabnya tidak hanya disebabkan faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik, dapat juga disebabkan karena penafsiran atas teks keagamaan yang misoginis. Tujuan penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui karakteristik penafsiran Husein Muhammad. Kedua, guna mengetahui otoritas perempuan dalam relasi suami istri serta implikasi penafsiran Husein Muhammad terhadap upaya preventif kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka serta wawancara kepada mufassir yang bersangkutan yakni Husein Muhammad. Penelitian ini menggunakan analisis isi guna menemukan relevansi mengenai otoritas perempuan dalam relasi suami istri perspektif Husein Muhammad. Hasil dan pembahasan penelitian ini bahwasannya Husein Muhammad menggunakan metode penafsiran mawdlu’iy yaitu membahas suatu ayat Al-Qur’an dengan tema tertentu, yang mana dalam spesialisasinya adalah mengangkat isu-isu kekinian mengenai perempuan. Corak penafsiran Husein Muhammad adalah fikih emansipatoris. Dalam menanggapi adanya penafsiran-penafsiran klasik yang bias gender, Husein menawarkan rekonstruksi metodologi penafsiran dengan lebih mengedepankan sosio-kultural dan melakukan penafsiran ulang terhadap teks-teks keagamaan yang bias gender. Sehingga, menurut Husein Muhammad perempuan tetap memiliki otoritas dalam relasi suami istri. Namun otoritas yang dimiliki perempuan sama sekali tidak bermaksud untuk menyaingi otoritas laki-laki. Melainkan untuk menimbulkan perasaan saling menghargai atas otoritas masing-masing. Terlepas daripada itu, relasi suami istri seyogianya dibangun atas relasi kemitraan bukan relasi kekuasaa

    Diskursus Tafsir Maudhu’i dalam Memahami Al-Qur’an

    Get PDF
    Metodologi penafsiran merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari penafsiran Al-Qur’an. Mufasir dalam menafsirkan Al-Qur’an umumnya tidak terlepas dari empat metode penafsiran yaitu metode ijmali, tahlili, muqarran dan maudhu’i. Salah satu metodologi penafsiran yang banyak diminati oleh mufasir kontemporer adalah metode tafsir maudhu’i. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan definisi tafsir maudhu’i, sejarah kemunculan, urgensi, langkah-langkah serta kelebihan dan kekurangan tafsir maudhu’i. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah menjelaskan bahwa metode tafsir maudhu’i merupakan metode penafsiran yang mengkaji Al-Qur’an sesuai tema tertentu. Penafsiran sesuai dengan tema bahasan ini sudah ada sejak penafsiran pada masa kenabian, sahabat hingga generasi berikutnya. Akan tetapi tafsir maudhu’i berdiri sendiri sebagai suatu metodologi penafsiran baru dikenal pada masa penafsiran modern-kontemporer. Metode tafsir maudhu’i dinilai cukup efektif dalam menjawab persoalan umat Islam pada zaman sekarang

    The Significance of the Handshake Based on Religious and Social Perspectives (Analytical Study of Yusuf al-Qardhawi and Petter L. Berger)

    No full text
    A habit that exists in the community is a culture that is carried out continuously in a descending way so that it becomes an important part of people's social life. Like shaking hands is a habit that almost everyone has, regardless of ethnicity, race, religion, age, or social status. shaking hands or shaking hands becomes a symbol of the bond of a social relationship, whether business relations, friendship, kinship, and others. However, Islam as a religion that maintains benefit has a legal procedure for shaking hands with other people. Shaking hands between men and women who are not mahrams is a problem in society. some people believe in his permissibility, and others believe in his prohibition. This study aims to discuss handshakes from religious and social perspectives. This research method uses a qualitative type with secondary sources, namely books, theses, dissertations, and journals related to this research. Furthermore, this study applies content analysis as a means to examine the collected data so that conclusions can be drawn. This research results from a handshake analysis from religious and social perspectives with Yusuf al-Qardhawi’s theoretical approach and Peter L. Berger’s theory. This study concludes that there is a correlation between Yusuf al-Qardhawi’s theory of the handshake and the social construction analysis of Peter L. Berger
    corecore