9 research outputs found

    Pembuatan Biodiesel dari Minyak Babi

    Full text link
    Dewasa ini sedang dikembangkan pembuatan biodiesel sebagai bahan kabar aletrnatif guna mengantisipasi menipisnya cadangan minyak bumi. Salah satu bahan baku untuk memproduksi biodiesel yaitu lemak babi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi katalis basa dan suhu reaksi serta jenis asam yang akan menghasilkan yield biodiesel tertinggi. Terhadap lemak babi mula-mula dilakukan proses rendering untuk menghasilkan minyak babi, dan juga untuk menghilangkan pengotor dan air yang terkandung di dalam minyak babi. Kemudian terhadap lemak babi dilakukan proses acid-pretreatment yaitu proses reaksi dengan katalis asam sebelum digunakan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi dengan tujuan untuk menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA) sampai pada batas yang diijinkan maksimal 0,5 %b/b. Salah satu komponen yang terdapat pada lemak babi adalah trigliserida yang merupakan suatu ester. Trigliserida ini sendiri jika direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan suatu ester dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi transesterifikasi dan ester yang dihasilkan merupakan sebuah mono ester. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah katalis basa yang diperlukan dalam reaksi transesterifikasi adalah 2 %b/b, dengan yield biodiesel tertinggi yang bisa dicapai sebesar 84,45 %. Suhu yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan yield tertinggi biodiesel adalah 80OC

    Pemanfaatan Sabut Kelapa sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Komposit Alternatif

    Full text link
    Sabut kelapa adalah bagian penting dari buah kelapa dengan porsi 35% dari seluruh berat buah kelapa. Serat sabut kelapa memiliki kandungan selulose cukup tinggi sehingga serat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pulp, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bahan kertas komposit yang terdiri dari campuran pulp serat sabut kelapa dan pulp pembentuk HVS. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu hidrolisis dan konsentrasi NaOH terhadap kadar alfa seluluse, dan mempelajari karakteristik kertas komposit. Pertama, pulp yang dibuat dari serat sabut kelapa dengan variasi waktu hidrolisis dan kosnentrasi NaOH. Selanjutnya pulp dari serat sabut kelapa yang memiliki tingkat alfa selulose tertinggi dicampur dengan pulp dari limbah kertas digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas komposit. Kemudian kertas komposit yang terbentuk diuji karakteristiknya meliputi: kuat tarik, kemampuan menyerap tinta, kemampuan ditulisi, dan keawetan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pulp dengan kualitas yang diinginkan yaitu pulp dengan kandungan alfa selulose 94,24% dicapai dengan kondisi operasi: waktu hidrolisis 4 jam dan konsentrasi NaOH 6%. Selain itu, kertas dengan kualitas yang relatif baik dicapai dengan komposisi campuran pulp serat sabut kelapa:pulp dari limbah kertas HVS = 20:80. Kertas tersebut memiliki kuat tarik = 65,28x106N/m2 dan kertas tersebut bisa ditulisi

    Pemanfaatan Kulit Buah Matoa sebagai Kertas Serat Campuran melalui Proses Pretreatment dengan Bantuan Gelombang Mikro dan Ultrasonik

    Get PDF
    Kulit buah matoa memiliki potensi untuk menggantikan kayu sebagai bahan baku utama pembuatan kertas. Kulit buah matoa mengandung selulosa sehingga dapat diolah menjadi kertas. Dalam penelitian ini, proses pembuatan kertas dari kulit buah matoa melalui beberapa tahapan yaitu pemasakan, pencucian, pencampuran antara pulp kulit matoa dengan pulp kertas koran bekas, dan pencetakan kertas. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh metode pretreatment (dengan bantuan gelombang mikro dan ultrasonik), rasio volume asam asetat dengan massa kulit matoa, serta waktu paparan gelombang terhadap perolehan α-selulosa dari kulit matoa. Penelitian ini juga mempelajari pengaruh rasio pulp kulit matoa dan pulp koran bekas serta metode pretreatment terhadap karakteristik kertas serat campuran yang dihasilkan seperti daya tembus (bursting strength), kekuatan tarik (tear strength), gramatur (grammage), fleksibilitas/kekakuan (stiffness), dan ketebalan (thickness). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment dengan gelombang mikro dan gelombang ultrasonik dapat meningkatkan perolehan kadar α-selulosa kulit buah matoa dalam kisaran variabel yang dipelajari. Rasio antara kulit buah matoa dan asam asetat 1:15 dan total waktu paparan 10 menit merupakan kondisi terbaik karena mampu memberikan kadar α-selulosa tertinggi yaitu 77,16% untuk gelombang mikro dan 74,86% untuk gelombang ultrasonik. Kertas serat campuran dari pulp kulit matoa hasil pretreatment dengan gelombang mikro memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan kertas serat campuran dari pulp hasil pretreatment dengan gelombang ultrasonik. Kertas tersebut memiliki karakteristik daya tembus sebesar 1,55 kPa/cm2, kekuatan tarik sebesar 706,5 mN, gramatur sebesar 390,95 g/m2, fleksibilitas sebesar 85 g/cm, dan ketebalan sebesar 1679,5 mikron. Berdasarkan nilai tiga parameter utama kertas (grammage, tear strength, dan stiffness), pretreatment dengan gelombang mikro dengan rasio pulp kulit buah matoa dan pulp kertas koran 1:1 dapat menghasilkan tipe kertas karton dupleks sesuai SNI 0123:2008. Kata kunci : kulit matoa, microwave, ultrasound, kertas serat campura

    Pembuatan Kompos secara Aerob dengan Bulking Agent Sekam Padi

    Full text link
    Pengomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme yang mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus. Pengolahan sampah untuk pembuatan kompos sudah mulai dilakukan tetapi umumnya menggunakan sistem konvensional dengan metode windrow yang memerlukan waktu yang lama. Untuk mengatasi kendala pembuatan kompos secara konvensional, pada penelitian ini akan dipelajari pembuatan kompos dari sampah organik sisa sayuran dari pasar tradisional dengan metode in vessel non flow reactor. Dengan metode ini aerasi dapat ditingkatkan sehingga proses pengomposan dapat dipercepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh rasio C/N dan aerasi pada metode in vessel non flow reactor. Pada proses pengomposan digunakan sampah sayur hijau, sekam padi, dan tongkol jagung dengan variasi komposisi berturut-turut 3:1:1, 8:1:1, 15:1:1 dan 30:1:1 dan variasi aerasi (forced aeration dan natural aeration). Variabel-variabel yang diamati adalah suhu kompos, kadar air, kadar C, dan kadar N. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa kompos dengan komposisi sampah sayur hijau : sekam padi: tongkol jagung = 3 : 1 : 1 dengan menggunakan forced aeration mengalami penurunan rasio C/N terbesar, yaitu dari 56,60 menjadi 15,84. Pada saat pengomposan, suhu tertinggi yang dapat dicapai adalah 37,1oC. Kompos ini dapat matang dalam 20 hari dan mempunyai tekstur menyerupai tanah

    Ekstraksi Fitur Fraktal Dan Morfologi Sinyal Elektrokardiogram Dan Pemanfaatannya Dalam Klasifikasi Deep Sleep

    Full text link
    Detak jantung manusia dapat memberikan informasi yang berguna tentang aktivitas yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu informasi yang dapat diperoleh dari rekaman detak jantung atau elektrokardiogram adalah tingkat keterlelapan tidur seseorang (sleep stages). Dari sinyal elektrokardiogram seseorang, tingkat keterlelapan tidurnya dapat dikenali dengan terlebih dahulu mengekstrak fitur yang merepresentasikan sinyal elektrokardiogram tersebut secara keseluruhan. Ekstraksi dilakukan agar dimensi data dapat tereduksi sehingga proses klasifikasi dapat lebih mudah dilakukan. Penelitian ini melakukan ekstraksi fitur fraktal dan morfologi dari sinyal elektrokardiogram yang diperoleh dari PhysioNet. Sebelum melakukan ekstraksi fitur morfologi dari sinyal elektrokardiogram, terlebih dahulu dilakukan “Wavelet Denoising†untuk menghilangkan noise yang terdapat pada sinyal. Human heart rate can provide useful information about the activities that occur in the body. One of information which may be obtained from recording the heart rate or electrocardiogram is commonly called a person\u27s level of deep sleep (sleep stages). From a person\u27s electrocardiogram signal, the level of deep sleep recognizable by extracting features that represent the electrocardiogram signal as a whole. Extraction is done so that the dimension of the data can be reduced so that the classification process can be more easily done. This study aims to extract fractal features and morphology of the electrocardiogram signal obtained from PhysioNet. Prior to the extraction of morphological features of the electrocardiogram signal, first performed “Wavelet Denoising†to remove the noise contained in the signal

    Integrasi Iso 9001:2015 Dan Standar Akreditasi Ban-pt Untuk Meningkatkan Daya Saing Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

    Full text link
    Persaingan pada berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan tinggi semakin ketat pada era MEA. Agar dapat unggul dalam persaingan maka pendidikan tinggi harus memiliki sistem pengelolaan yang baik sehingga dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing bukan hanya di level nasional tetapi juga di level regional ASEAN. Salah satu mekanisme yang dilakukan pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan tinggi adalah melalui proses akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT. Proses akreditasi bertujuan untuk menilai kesesuaian hasil dari proses pengelolaan yang sudah dilakukan oleh institusi terhadap standar yang sudah ditetapkan oleh BAN-PT. Untuk memastikan bahwa proses pengelolaan sesuai dengan visi dan misi dan peningkatan mutu dilakukan secara berkelanjutan maka institusi perlu memiliki sistem penjaminan mutu internal yang handal. Salah satu sistem manajemen mutu yang dapat dikembangkan adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 merupakan sistem manajemen mutu berstandar Internasional yang menggunakan pendekatan manajemen resiko dalam pengembangan sistem manajemen mutu. Dengan mengintegrasikan ISO 9001:2015 dengan standar akreditasi BAN-PT maka institusi dapat mengarahkan pengelolaan bukan hanya pada pemenuhan standar tetapi juga untuk peningkatan mutu yang berkelanjutan sehingga dapat memenuhi tuntutan akan mutu pendidikan yang terus berkembang

    Penurunan Kekeruhan Air oleh Biji Pepaya , Biji Semangka dan Kacang Hijau

    Full text link
    Populasi manusia yang semakin banyak dan meningkatnya aktivitas ekonomi misalnya industri, tidak hanya menyebabkan semakin banyak kebutuhan akan air bersih, tetapi juga menyebabkan pencemaran sumber daya alam air yang mengakibatkan berkurangnya jumlah air bersih. Pencemaran sumber daya alam air, misalnya pembuangan air limbah yang belum diolah dari rumah tangga dan industri ke selokan yang akhirnya mengalir ke sungai. Hal ini menyebabkan air sungai menjadi tercemar, sehingga jumlah air bersih menjadi berkurang, padahal sebagian besar kebutuhan manusia akan air bersih diambil dari air sungai. Selain itu, air sungai yang tercemar akan mengganggu kehidupan biota sungai. Oleh karena itu, sebelum air sungai digunakan untuk kebutuhan manusia, perlu diolah dahulu untuk mengurangi kekeruhan. Salah satu cara yang mudah dan sering digunakan untuk mengurangi kekeruhan adalah dengan koagulasi alami antara lain biji pepaya , biji semangka, dan kacang hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari konsentrasi NaCl terbaik dalam proses ekstrak protein sebagai koagulan alami , Mempelajari pengaruh jenis koagulan biji pepaya , biji semangka dan kacang hijau terhadap pengurangan kekeruhan air dan Mempelajari pengaruh massa koagulan alami yang diekstrak terhadap pengurangan kekeruhan air

    Koefisien Transfer Massa Kurkumin dari Temulawak

    Full text link
    Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh disebabkan karena memiliki kandungan kurkumin yang berwarna kuning yang ada. Kurkumin dapat dipisahkan dari temulawak dengan metode ekstraksi padat-cair (leaching). Waktu ekstraksi diantaranya dipengaruhi oleh harga koefisien perpindahan massa. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mencari harga koefisien perpindahan massa yang dicari dengan melakukan pendekatan dengan persamaan dengan penelitian yang memakai bahan baku lain.Selanjutnya penelitian ini dilakukan dengan variasi kecepatan pengadukan dan ukuran partikel temulawak. Hasil ekstrak dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan TLC (thin layer chromatograph) dan secara kuantitaif dengan menggunakan densitometri. Hasil penelitian yang diperoleh dinyatakan dengan persamaa
    corecore