26 research outputs found

    The Napa Change Model: an Approach to Ease the Organizational Change

    Full text link
    Perubahan adalah suatu keharusan dalam sebuah organisasi dalam mempertahankan eksistensinya. Perubahan organisasi dapat berupa Perubahan yang sistemik ataupun struktural, dan dapat dilakukan sendiri oleh organisasi tersebut maupun dengan bantuan konsultan. Dalam melakukan Perubahan, dibutuhkan keberanian dari dalam diri organisasi untuk bertransformasi dari keadaan saat ini ke keadaan ideal yang diharapkan. Oleh karena itu, organisasi memerlukan sebuah model Perubahan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengimplementasikan Perubahannya. The NAPA Change Model merupakan model Perubahan yang diajukan oleh penulis sebagai sebuah pendekatan yang dapat diadopsi agar Perubahan dapat berjalan dengan baik. Model ini meliputi empat fase, yaitu fase pengenalan kebutuhan (Need Urgency), fase penilaian dan analisis (Assessment and Analysis), fase perencanaan (Planning), dan fase pelaksanaan (Action). Fase pengenalan kebutuhan dilakukan dengan cara membandingkan antara keadaan organisasi saat ini dengan keadaan ideal yang diharapkan oleh organisasi. Fase Penilaian dan analisis meliputi beberapa tahap analisis, yaitu analisis PEST, analisis SWOT, dan analisis Force Field. Fase perencanaan merupakan tahapan pengembangan strategi dan rencana aksi organisasi untuk mengelola transisi organisasi dari keadaan saat ini ke keadaan idealnya. Fase pelaksanaan merupakan fase dimana organisasi mulai melakukan Perubahan berdasarkan desain yang sudah dibuat dalam fase sebelumnya. Kelebihan model ini adalah bahwa model ini menawarkan fleksibilitas kepada agen Perubahan ataupun pemimpin Perubahan untuk dapat melakukan refleksi, pengambilan kesimpulan, dan pengambilan keputusan selama proses pelaksanaan keempat fase yang sudah dijelaskan diatas

    Program Fraksional Linier Dengan Koefisien Interval

    Full text link
    Linear fractional programming is a special case of nonlinear programming which the objective function is a ratio of two linear function with linear constraints. Linear fractional programming is used to optimize the efficiency of the activities of the other activities. In some case, coefficients of the objective function is uncertain. Therefore, It can be selected the interval numbers as coefficients. First step in solving linear fractional programming with interval coefficients in the objective function is transforming it into linear programming using the Charnes - Cooper method. The result of the transformation is linear programming with interval coefficients (LPIC). To solve the LPIC is used method proposed by K Ramadan. In this method, LPIC converted into two linear programming that obtains the best optimum solution and the worst optimum solution, respectively. This optimum solution is the optimum solution for linear fractional programming problem with interval coefficients in the objective function

    Penyuluhan dan Pelatihan Pembuatan Biskuit Pencegah Stunting Jamur Tiram Putih dan Labu Kuning di Posyandu Desa Banjar Agung

    Get PDF
    Posyandu Balai Desa Banjar Agung merupakan posyandu yang berada di kecamatan jati agung dan terdapat kasus stunting pada balita. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kepada ibu-ibu yang memiliki bayi terkait stunting dan pencegahannya, manfaat jamur tiram putih dan labu kuning dalam sediaan nutrasetika biskuit serta meningkatkan keterampilan dalam membuat sediaan biskuit. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan pemaparan materi manfaat jamur tiram putih dan labu kuning, pelatihan pembuatan biskuit “J-Laning”, pelatihan pengemasan dan pemasaran produk biskuit “J-Laning”. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain terdapat peningkatan kemampuan dasar dalam soal pre-test dan post-test yang telah diberikan dan produk biskuit yang dibuat dapat dikonsumsi secara pribadi atau dapat dijual melalui pemasaran digital atau di BUMD (Badan Usaha Milik Desa)

    Massive Open Online Course Instructor Motivations, Innovations, and Designs: Surveys, Interviews, and Course Reviews | Motivations, innovations et conceptions des instructeurs de cours en ligne ouverts Ă  tous : sondages, entrevues et Ă©valuations de cours

    Get PDF
    This mixed methods study explores instructor motivations for offering massive open online courses (MOOCs) as well as the instructional innovations used to enhance the MOOC design. The researchers surveyed 143 MOOC instructors worldwide and then interviewed 12 of these instructors via Zoom. They also extensively reviewed the MOOCs of the interviewees. The primary motivations for offering MOOCs included “growth” needs such as curiosity about MOOCs and the exploration of new ways of teaching. In addition, “relatedness” needs of instructors included reaching more people, showcasing research and teaching, marketing their university, integrating interactive technology, and obtaining peer reviews. The perceived instructional innovations of these MOOC instructors included using problem-based learning, service learning in MOOCs, and shortening the length of videos. Overall, these MOOC instructors were satisfied with their MOOC designs. Cette étude faisant appel à des méthodes mixtes explore les motivations des instructeurs de cours en ligne ouverts à tous ainsi que les innovations pédagogiques utilisées pour améliorer la conception de ces cours. Les chercheurs ont procédé au sondage de 143 instructeurs de cours en ligne ouverts à tous à travers le monde et ont ensuite interviewé 12 de ces instructeurs par l’entremise de Zoom. Ils ont également réalisé un examen approfondi des cours en ligne ouverts à tous des instructeurs interviewés. Les motivations principales pour l’offre de cours en ligne ouverts à tous comprenaient des besoins relatifs à la « croissance », comme la curiosité au sujet de ces cours et l’exploration de nouvelles façons d’enseigner. De plus, les désirs relationnels des instructeurs comprenaient joindre plus de gens, mettre en lumière la recherche et l’enseignement, publiciser leur université, intégrer la technologie interactive et obtenir des évaluations par les pairs. Les innovations pédagogiques perçues par ces instructeurs de cours en ligne ouverts à tous comprenaient l’utilisation de l’apprentissage par résolution de problèmes, de l’apprentissage par le service dans les cours en ligne ouverts à tous et la durée écourtée des vidéos. Dans l’ensemble, les instructeurs de cours en ligne ouverts à tous étaient satisfaits de leur conception de cours

    Analisis Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri YOGYAKARTA

    Full text link
    Penelitian ini mengkaji kualitas layanan yang disediakan oleh FE UNY dan pengaruhnya terhadap tingkat kepuasan mahasiswa studi di FE UNY. Lebih spesifik lagi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keandalan, ketulusan, jaminan, keberwujudan dan ketanggapan terhadap kepuasan mahasiswa. Penelitian ini termasuk penelitian kausal-komparatif, yaitu penelitian untuk menguji variabel satu mempengaruhi varaibel lain. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang dibagikan kepada para mahasiswa FE UNY dari semua program studi, baik S1 maupun D3, mahasiswa yang berkuliah di Kampus UNY Karangmalang, maupun di UNY Wates, dengan menggunakan metode proportional random sampling. Teknik analisis data dengan menggunakan regresi berganda, dengan melihat uji-t dan uji-F. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Keandalan terhadap Kepuasan mahasiswa; terdapat pengaruh positif dan signifikan Ketulusan terdahap Kepuasan mahasiswa;t idak terdapat pengaruh Jaminan terhadap Kepuasan mahasiswa; terdapat pengaruh positif dan signifikan Keberwujudan terhadap Kepuasan mahasiswa; terdapat pengaruh positif dan signifikan Ketanggapan terhadap Kepuasan mahasiswa. Secara simultan kelima variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan mahasiswa, dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,814. Artinya, kelima variabel independen mempengaruhi variabel Kepuasan mahasiswa sebesar 81,4%, sedangkan selebihnya (18,6%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

    Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dalam Kegiatan Kuliah Kerja Nyata

    Get PDF
    Leyangan Village is a village located in the East Ungaran District. Administratively, Leyangan Village is divided into 4 hamlets. Then it is further divided into 14 neighborhood units (RW) and 72 neighborhood units (RT). Leyangan Village is a village that has a hilly area with an area of 203.14 Ha. A large population can be the basic capital of development and at the same time can be a burden for development. In order to be the basis for development, a large population must be accompanied by a high quality of human resources. Population management is very important so that the potential that is owned can be a driving force in development. In the post-COVID-19 pandemic, many problems are faced by the community in Leyangan village. Among the problems that occur are how the community restores the economy and community activities, especially problems in the health sector, due to the lack of information and education about COVID-19 so that people are less disciplined in carrying out government directives to carry out activities with the 5M health protocol. The number of fake news or HOAX also makes people reluctant to vaccinate in health services.ABSTRAKDesa Leyangan merupakan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Timur. Secara administrasi ,Desa Leyangan terbagi menjad i4 Dusun. Kemudian terbagi lagi menjadi 14 rukun warga (RW) dan 72 rukun tetangga (RT). Desa Leyangan merupakan desa yang memiliki wilayah yang berbukit-bukit dengan dengan luas 203,14 Ha. Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal dasar pembangunan sekaligus bisa sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus di sertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukkan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan. Pada masa pasca pandemi COVID-19 ini, banyak permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di desa Leyangan. Diantaranya masalah yang terjadi bagaimana masyarakat memulihkan ekonomi dan kegiatan masyarakat terlebih permasalahan dibidang kesehatan, karena kurangnya informasi dan edukasi tentang COVID-19 sehingga membuat masyarakat kurang disiplin dalam melakukan arahan pemerintah untuk beraktifitas dengan protokol kesehatan 5M. Banyaknya berita bohong atau HOAX juga membuat masyarakat enggan untuk melakukan vaksinasi di layanan kesehatan

    Program Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dalam Kegiatan Kuliah Kerja Nyata

    Get PDF
    Leyangan Village is a village located in the East Ungaran District. Administratively, Leyangan Village is divided into 4 hamlets. Then it is further divided into 14 neighborhood units (RW) and 72 neighborhood units (RT). Leyangan Village is a village that has a hilly area with an area of 203.14 Ha. A large population can be the basic capital of development and at the same time can be a burden for development. In order to be the basis for development, a large population must be accompanied by a high quality of human resources. Population management is very important so that the potential that is owned can be a driving force in development. In the post-COVID-19 pandemic, many problems are faced by the community in Leyangan village. Among the problems that occur are how the community restores the economy and community activities, especially problems in the health sector, due to the lack of information and education about COVID-19 so that people are less disciplined in carrying out government directives to carry out activities with the 5M health protocol. The number of fake news or HOAX also makes people reluctant to vaccinate in health services.ABSTRAKDesa Leyangan merupakan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Timur. Secara administrasi ,Desa Leyangan terbagi menjad i4 Dusun. Kemudian terbagi lagi menjadi 14 rukun warga (RW) dan 72 rukun tetangga (RT). Desa Leyangan merupakan desa yang memiliki wilayah yang berbukit-bukit dengan dengan luas 203,14 Ha. Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal dasar pembangunan sekaligus bisa sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus di sertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukkan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan. Pada masa pasca pandemi COVID-19 ini, banyak permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di desa Leyangan. Diantaranya masalah yang terjadi bagaimana masyarakat memulihkan ekonomi dan kegiatan masyarakat terlebih permasalahan dibidang kesehatan, karena kurangnya informasi dan edukasi tentang COVID-19 sehingga membuat masyarakat kurang disiplin dalam melakukan arahan pemerintah untuk beraktifitas dengan protokol kesehatan 5M. Banyaknya berita bohong atau HOAX juga membuat masyarakat enggan untuk melakukan vaksinasi di layanan kesehatan
    corecore