34 research outputs found
Degradasi Sianida Dalam Limbah Cair Menggunakan Oksidator NaOCL
Sianida merupakan senyawa yang sangat bersifat toksik jika melebihi nilai ambang batas yang diijinkan oleh Pemerintah. Sianida dipergunakan pada proses sianidasi khususnya pada proses pengolahan bijih emas di bidang pertambangan. Sianidasi dilakukan oleh para penambang emas yang berskala kecil sebagai pengganti proses amalgamasi. Limbah cair dari proses sianidasi mengandung kadar sianida yang tinggi hingga 35 – 45 mg/L. Oleh sebab itu konsentrasi sianida yang masih tinggi ini perlu diturunkan supaya memenuhi syarat baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendegradasi sianida dalam limbah adalah oksidasi. Oksidator yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah NaOCl. Proses oksidasi dalam degradasi sianida ini dilakukan dengan variasi konsentrasi oksidator (% v/v) mulai dari 0,4%, 0,8%, 1,2%, 1,6% dan 2% dan variasi waktu oksidasi 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, dan 2 jam. Proses oksidasi menggunakan NaOCl berlangsung 2 tahap, yaitu pembentukan senyawa sianat kemudian hidrolisis sianat yang menghasilkan gas nitrogen dan bikarkonat yang tidak toksik. Setiap proses oksidasi, pH selalu dijaga 12, sebab jika keasaman larutan tinggi dikhawatirkan akan menghasilkan senyara sianogen khlorida yang bersifat toksik. Berdasarkan hasil penelitian, limbah cair proses sianidasi yang mengalami pengenceran 15 kali, sehingga memiliki konsentrasi sianida 2,8740 mg/L dapat turun konsentrasinya menjadi 0,1095 mg/L dengan menggunakan oksidator NaOCl sebesar 2% (v/v) selama waktu oksidasi 2 jam. Konsentrasi sianida ini hampir mendekati baku mutu yang diijinkan dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017 yaitu 0
Degradasi Sianida Dalam Limbah Cair Menggunakan Oksidator NaOCL
Sianida merupakan senyawa yang sangat bersifat toksik jika melebihi nilai ambang batas yang diijinkan oleh Pemerintah. Sianida dipergunakan pada proses sianidasi khususnya pada proses pengolahan bijih emas di bidang pertambangan. Sianidasi dilakukan oleh para penambang emas yang berskala kecil sebagai pengganti proses amalgamasi. Limbah cair dari proses sianidasi mengandung kadar sianida yang tinggi hingga 35 – 45 mg/L. Oleh sebab itu konsentrasi sianida yang masih tinggi ini perlu diturunkan supaya memenuhi syarat baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendegradasi sianida dalam limbah adalah oksidasi. Oksidator yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah NaOCl. Proses oksidasi dalam degradasi sianida ini dilakukan dengan variasi konsentrasi oksidator (% v/v) mulai dari 0,4%, 0,8%, 1,2%, 1,6% dan 2% dan variasi waktu oksidasi 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, dan 2 jam. Proses oksidasi menggunakan NaOCl berlangsung 2 tahap, yaitu pembentukan senyawa sianat kemudian hidrolisis sianat yang menghasilkan gas nitrogen dan bikarkonat yang tidak toksik. Setiap proses oksidasi, pH selalu dijaga 12, sebab jika keasaman larutan tinggi dikhawatirkan akan menghasilkan senyara sianogen khlorida yang bersifat toksik. Berdasarkan hasil penelitian, limbah cair proses sianidasi yang mengalami pengenceran 15 kali, sehingga memiliki konsentrasi sianida 2,8740 mg/L dapat turun konsentrasinya menjadi 0,1095 mg/L dengan menggunakan oksidator NaOCl sebesar 2% (v/v) selama waktu oksidasi 2 jam. Konsentrasi sianida ini hampir mendekati baku mutu yang diijinkan dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017 yaitu 0
Degradasi Fenol dalam Limbah Cair Secara Fotooksidasi
Pengolahan limbah cair telah dikembangkan dengan suatu teknologi yang disebut dengan Advance Oxidation Processes (AOPs). Dalam proses ini digunakan radikal hidroksil (â—ŹOH) sebagai pengoksidnya. Radikal hidroksil ini memiliki kemampuan oksidasi yang besar yaitu 2,8 V. Dalam penelitian ini dilakukan degradasi polutan fenol dengan membandingkan dua proses yaitu oksidasi dengan dan tanpa fotofenton, dan fotooksidasi dengan ozon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan persentase penurunan konsentrasi fenol akibat oksidasi dan fotooksidasi. Sampel larutan fenol dioksidasi dengan reagen Fenton yaitu campuran oksidator H2O2 dan FeSO4 kemudian diradiasi dengan UV. Ozonisasi dilakukan dengan cara sampel larutan fenol dialiri ozon. Hasil dari penelitian ini adalah radiasi UV saja tanpa tambahan oksidator-kimia hanya mampu menurunkan kadar fenol hingga 20,34 % pada menit ke 50. Sedangkan jika menggunakan oksidator H2O2 dan radiasi UV, persentase penurunan konsentrasi fenol mencapai hingga 60,59 %. Pada proses oksidasi menggunakan reagen Fenton yang tanpa radiasi UV dan reagen Fenton yang dengan radiasi UV (Fotofenton) masing-masing dapat mendegradasi fenol hingga persentase penurunan konsentrasinya 74,26 % dan 79,99 %. Sedangkan pada proses ozonisasi fenol, tanpa dan dengan radiasi UV masing-masing dapat mendegradasi fenol hingga persentase penurunan konsentrasi fenolnya mencapai 88,61 % dan 92,48 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa radiasi UV sangat berpengaruh positif dalam mendegradasi fenol dalam limbah cair secara oksidasi.
PEMBIBITAN SAWI PAKCOY DAN DAMPAK EKONOMINYA DI KAMPUNG SAWI MALANG
Kegiatan abdimas ini diawali dari kebutuhan mitra, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kampung Sawi Dusun Mondoroko Malang, yaitu penyiraman air untuk pembibitan tanaman sawi. KWT Mondoroko merupakan inisiator Kampung Sawi di dusun Mondoroko. Selama ini, bibit-bibit sawi pakcoy dibeli dari pemasok di sekitar dusun Mondoroko. Pembibitan sawi pakcoy dalam polybag mempunyai konsumen tersendiri. Hal ini yang mendorong KWT untuk mulai berpikir dalam mengembangkan pembibitan sawi pakcoy sendiri. Permasalahan yang dihadapi KWT adalah menarik air dari sumur bor pada lahan pembibitan. Tim pelaksana abdimas bersedia mendampingi mitra untuk menjawab permasalahannya tersebut, yaitu teknologi tepat guna berupa pompa air tenaga surya. Pompa air tenaga surya ini bertujuan untuk menarik air dari atas ke bawah. Kemudian, tim pelaksana abdimas juga membuatkan saluran air untuk penyiraman dengan model sprinkle. Pembibitan tanaman sawi ini memberikan dampak secara ekonomi bagi KWT. Kegiatan bidang ekonomi yaitu pencatatan keuangan dengan menggunakan program aplikasi SIAPIK. Hasil kegiatan abdimas ini adalah (1) peningkatan kemampuan teknik pengelola KWT dalam mengoperasionalisasikan pompa air bertenaga surya dan penyiraman model sprinkle, (2) kemampuan teknik pengelola KWT dalam memperbaiki pompa air dan penyiraman sprinkle apabila terjadi kendala, (3) kemampuan mengadministrasikan keuangan dengan program aplikasi SIAPIK, dan (4) kemampuan mengintrepretasikan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan
PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PUPUK KANDANG DAN PENCATATAN KEUANGAN PADA KWT MAWAR
Kegiatan abdimas ini bertujuan untuk membantu memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh kelompok wanita tani (KWT) Mawar yaitu (1) peningkatan kapasitas produksi, dan (2) pencatatan keuangan. KWT Mawar mempunyai kegiatan utama menanam sawi. Saat ini, KWT Mawar berupaya untuk memenuhi pupuk tanaman sawi dengan memproduksi sendiri. Kotoran kambing yang menjadi bahan utama pupuk kandang diperoleh secara gratis dari peternak kambing. Kotoran kambing tersebut dihancurkan dengan tenaga manusia, sehingga hasil produksinya hanya mencapai 75 kg per bulan. Padahal kebutuhan pupuk sebesar 250 kg per bulan. Metode pelaksanaan abdimas ini adalah pembuatan mesin komposter elektrik, pelatihan penggunaan mesin komposter elektrik, dan pendampingan untuk pencatatan keuangan. Pembuatan komposter elektrik didasarkan dari hasil penelitian salah satu anggota Tim Abdimas. Mesin komposter elektrik ini dapat mempercepat dan meningkatkan kapasitas produksi pupuk menjadi sebesar 900 kg. Kelebihan produksi tersebut dijual ke anggota KWT Mawar dan non anggota. Penjualan ini memberikan konsekuensi logis bagi pengurus KWT Mawar untuk mengadministrasikan pencatatan keuangan secara akuntabel. Solusi atas permasalahan ke-2 adalah pendampingan penetapan harga pokok produksi dan pencatatan keuangan sederhana berbasiskan MS Excel. Penetapan harga pokok produksi menggunakan konsep target costing. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa biaya produksi untuk kemasan pupuk 5 kg sebesar Rp 11.560. Harga jual ditetapkan sebesar harga pasar Rp 13.000 untuk kemasan 5 kg. Ini memberikan tambahan penghasilan sebesar Rp 187.200. Pencatatan keuangan sederhana berbasiskan MS Excel mengakomodir kebutuhan pengurus KWT dalam mencatat dana titipan anggota dari hasil penjualan sawi. Dana titipan ini akan dibagikan ke para anggota pada saat bulan Ramadhan.   Â
Pengolahan Limbah Cair Industri dari PT. Sier Menggunakan Metode Elektroflotasi (EF)
One of the methods for treating industrial waste is using the electro-flotation (EF) method. In this study, the EF method used requires stainless steel as the anode and aluminum as the cathode. Industrial wastewater treated using the EF method comes from PT. Surabaya Rungkut Industrial Estate (SIER). Liquid waste is put into the EF basin, then the power supply is turned on and then the voltage and contact time are adjusted. After the EF process, the treated wastewater was sampled in a certain amount to measure the value of Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS) and the number of bacterial colonies. Based on the calculation, the result shows that with an electric voltage of 32.5 volts and a contact time of 60 minutes, the result is the largest decrease in COD and TSS values. COD decreased from 236.66 mg / L to 24.56 mg / L or 90%, TSS decreased from 187 mg / L to 34.33 mg / L or 81.64%. While the decline in bacterial colonies from 4,7.104 Â Â to 4,03.103 Â or 91,42% decrease at the mains voltage of 19 volts and contact time for 20 minutes
Implementas Mesin Pengering “Cabinet Dryer” pada UMKM “RISQI” Desa Curah Cottok, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur
The onion crackers produced by Mrs. Tutik are a micro-scale business in the cracker industry. This business has been established since 2016, Mrs. Tutik is an entrepreneur who has a desire to advance her business. However, they have not used more advanced (manual) production equipment (machines). Until now, Mrs. Tutik's crackers are only sold in the vicinity of the village, and village markets which are in the same area as Kapongan District.The food consumption pattern of the East Java population cannot be separated from crackers, which creates a large market opportunity for the "RISQI" MSME business. Data on the consumption of crackers by the Indonesian population in 2019 reached 200 tons per day. 25% of the consumption is supplied by large cracker companies, the difference is supplied by small and medium enterprises. Therefore, the business potential of "RISQI Crackers" (Tutik's mother) to develop is quite large.The potential and efforts to realize Mrs. Tutik's Kerupuk business in increasing her business capacity are carried out with mentoring activities starting from the stages of improving the production system and using production equipment that meets processed food production standards and business management system assistance. The assistance that will be carried out, namely: (1) increasing production capacity using an energy-efficient cracker drying machine, from 25 kg for each production, after the activity develops to 50 kg for one production, (3) assistance for preparing a simple cost analysis, (4) assistance to monitor sales activitiesCommunity service activities in the form of assistance to UMKM "RISQI" is an ongoing effort from the community development program that has been agreed in the MOU together with the village government of Curah Cottok, and is a downstream research result, the results of this Community Service are expected to provide outcomes in the form of increased production results from effectiveness production time, with the output of public service results
Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia) Sebagai Antibakteri dan Antifungi
Green-antibacterial is another alternatif as an antibiotic. One of the natural ingredients which has green-antibacterial properties is bitter melon (Momordica charantia). Bitter melon has compounds that function as antibacterial, antifungal, antiviral and anti carcinogenic. This is due to bitter melon fruit has active compounds such as alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, and phenols. In this research, bitter melon is maserated by aquadest in a various ratio weight per volume (w/v) 1:40, 1:20, 1:13,3 and 1:10 for 24 hours. Filtrate is filtered then dried for 10 hours to get the crude extract of biter melon. phytochemical test, measurement of total phenolic content (TPC), antibacterial and antifungal test. According to the result, bitter melon extract contain alkaloids, saponins and tanins with the highest value of total phenolic content measurement is the rasio of 1:10 scilicet 0,3390 g GAE/g sample. The strongest inhibition is found in ratio 1:10 with an average diameter is 14,5 ± 2,12 mm. Whilst, for the antifungal test, the inhibition zone is only found in the 1:13,3 and 1:10 ratios with an average diameters are 7±0,42 mm dan 8,65±0,071 mm
Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia) Sebagai Antibakteri dan Antifungi
Green-antibacterial is another alternatif as an antibiotic. One of the natural ingredients which has green-antibacterial properties is bitter melon (Momordica charantia). Bitter melon has compounds that function as antibacterial, antifungal, antiviral and anti carcinogenic. This is due to bitter melon fruit has active compounds such as alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, and phenols. In this research, bitter melon is maserated by aquadest in a various ratio weight per volume (w/v) 1:40, 1:20, 1:13,3 and 1:10 for 24 hours. Filtrate is filtered then dried for 10 hours to get the crude extract of biter melon. phytochemical test, measurement of total phenolic content (TPC), antibacterial and antifungal test. According to the result, bitter melon extract contain alkaloids, saponins and tanins with the highest value of total phenolic content measurement is the rasio of 1:10 scilicet 0,3390 g GAE/g sample. The strongest inhibition is found in ratio 1:10 with an average diameter is 14,5 ± 2,12 mm. Whilst, for the antifungal test, the inhibition zone is only found in the 1:13,3 and 1:10 ratios with an average diameters are 7±0,42 mm dan 8,65±0,071 mm
Biosorpsi Cu(II) oleh Pseudomonas putida
The one negative impact of industrial activities is the environmental pollution especially if contain heavy metals where the concentrations is exceed the Threshold Value (TLV). In this study, the biosorption of Cu (II) by Pseudomonas putida for reduce heavy metal in waste water. The biosorption with Pseudomonas putida was carried out in some initial variations of Cu (II), time adsorption, and pH. The concentration of Cu(II) after bisorption was measured using the UV-Vis spectrophotometry method. Based on the results of the study it was found that the greater initial concentration of Cu (II) from 8.000 ppm to 12.000 ppm the percentage decrease Cu (II) concentration is getting smaller. Whereas at the same initial concentration of Cu(II) 8.000 ppm the largest percentage reduction in Cu (II) concentration occurred at pH = 6 compared to pH = 4 and 5. This matter because metallothionein in the cell wall of Pseudomonas putida will be lysed under relatively acidic conditions at pH = 4 and pH = 5, if methallotionein lysis then the absorbed Cu (II) is smaller. In determining the biosorption kinetics constanta (k), the data is getting lower along with the increase in the initial concentration of Cu (II). This is because Cu(II) ion in solution are reactive to bacterial cells, which can cause cell damage result death bacteria. Based on the results measurements of Pseudomonas putida after the biosorption using FTIR it can be seen that the presence of Cu (II) is bound to the bacterial cell wall. This can be seen from the shift of absorption peak at wave number 420.45 cm-1 which indicates the presence of Cu-O groups