6 research outputs found
Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Varietas Unggul Baru Jeruk Keprok Topazindo Agrihorti (Citrus reticulata. Blanco)
Indonesia memiliki banyak jenis jeruk lokal komersial yang adaptif dan berproduksi tinggi, baik dari jenis jeruk siam, keprok dan pamelo, namun belum banyak yang memiliki karakter buah yang diinginkan oleh konsumen, baik dari segi rasa, ukuran buah, warna buah dan jumlah biji. Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap atribut-atribut produk buah jeruk juga menunjukkan bahwa beberapa atribut buah jeruk lokal masih kalah bersaing dibandingkan dengan jeruk impor. Oleh karena itu, adanya varietas unggul baru jeruk hasil seleksi aksesi sumber daya genetik yang dapat bersaing dengan buah impor dan diminati oleh konsumen adalah salah satu upaya untuk substitusi jeruk impor. Seperti halnya jeruk keprok Topazindo Agrihorti yang merupakan calon varietas unggul baru jeruk yang mempunyai keunggulan karakteristik tertentu. Sebanyak 31 responden konsumen telah berpartisipasi sebagai panelis dalam penelitian ini. Hasil studi menunjukkan bahwa panelis menilai cukup tinggi pada karakter jumlah biji (6,58), rasa buah (6,42), ukuran buah (6,39) dan warna kulit (6,26) yang menunjukkan suka terhadap atribut tersebut. Namun, kemudahan kulit untuk dikupas dinilai sangat rendah (3,71), yang menunjukkan bahwa panelis agak tidak suka pada atribut tersebut, karena kulit buah jeruk Topazindo Agrihorti memang sulit untuk dikupas. Berdasarkan studi ini maka buah jeruk Topazindo Agrihorti sangat potensial untuk memenuhi variasi kebutuhan buah jeruk dalam negeri dan dapat dikonsumsi secara segar sebagai buah potong/iris
Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Varietas Unggul Baru Jeruk Keprok Topazindo Agrihorti (Citrus reticulata. Blanco)
Indonesia memiliki banyak jenis jeruk lokal komersial yang adaptif dan berproduksi tinggi, baik dari jenis jeruk siam, keprok dan pamelo, namun belum banyak yang memiliki karakter buah yang diinginkan oleh konsumen, baik dari segi rasa, ukuran buah, warna buah dan jumlah biji. Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap atribut-atribut produk buah jeruk juga menunjukkan bahwa beberapa atribut buah jeruk lokal masih kalah bersaing dibandingkan dengan jeruk impor. Oleh karena itu, adanya varietas unggul baru jeruk hasil seleksi aksesi sumber daya genetik yang dapat bersaing dengan buah impor dan diminati oleh konsumen adalah salah satu upaya untuk substitusi jeruk impor. Seperti halnya jeruk keprok Topazindo Agrihorti yang merupakan calon varietas unggul baru jeruk yang mempunyai keunggulan karakteristik tertentu. Sebanyak 31 responden konsumen telah berpartisipasi sebagai panelis dalam penelitian ini. Hasil studi menunjukkan bahwa panelis menilai cukup tinggi pada karakter jumlah biji (6,58), rasa buah (6,42), ukuran buah (6,39) dan warna kulit (6,26) yang menunjukkan suka terhadap atribut tersebut. Namun, kemudahan kulit untuk dikupas dinilai sangat rendah (3,71), yang menunjukkan bahwa panelis agak tidak suka pada atribut tersebut, karena kulit buah jeruk Topazindo Agrihorti memang sulit untuk dikupas. Berdasarkan studi ini maka buah jeruk Topazindo Agrihorti sangat potensial untuk memenuhi variasi kebutuhan buah jeruk dalam negeri dan dapat dikonsumsi secara segar sebagai buah potong/iris
Studi Poliembrioni Dan Penentuan Tingkat Kemasakan Fisiologis Benih Japansche Citroen Berdasarkan Warna Kulit Buah
Buah jeruk JC harus dipetik pada saat masak fisiologis untuk mendapatkan benih bermutu tinggi. Pada umumnya benih masak fisiologis saat berat kering benih optimum dan vigor optimum. Sementara itu benih JC bersifat poliembrioni, diduga dapat memengaruhi mutu benih. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang karakter poliembrioni, menentukan tingkat kemasakan fisiologi benih dan mengetahui pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap multiple seedling dan off type pada benih JC. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Nurseri, dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, pada Bulan Juli-Oktober 2012. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakter poliembrioni benih JC. Percobaan di nurseri menggunakan rancangan acak kelompok lengkap satu faktor tingkat kemasakan buah dengan tiga ulangan. Pengamatan terhadap beberapa variabel dilakukan untuk mengetahui mutu fisik, fisiologis, genetis, dan jumlah semaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih JC mempunyai 1–6 embrio yang dapat tumbuh menjadi 1–4 semaian. Berat kering benih JC tidak dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kemasakan buah karena adanya keragaman tingkat kemasakan embrio di dalam benih. Tingkat kemasakan fisiologis benih JC dapat ditandai dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan daya berkecambah optimum yang diperoleh pada saat buah berwarna kuning lebih dari 90% merata dengan karakter warna kulit benih krem kecoklatan dan embrio dominan krem. Tingkat kemasakan buah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase multiple seedling dan persentase semaianoff type. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan multiple seedling yang banyak dan semaian off type yang sedikit
Studi Poliembrioni dan Penentuan Tingkat Kemasakan Fisiologis Benih Japansche Citroen Berdasarkan Warna Kulit Buah
Buah jeruk JC harus dipetik pada saat masak fisiologis untuk mendapatkan benih bermutu tinggi. Pada umumnya benih masak fisiologis saat berat kering benih optimum dan vigor optimum. Sementara itu benih JC bersifat poliembrioni, diduga dapat memengaruhi mutu benih. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang karakter poliembrioni, menentukan tingkat kemasakan fisiologi benih dan mengetahui pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap multiple seedling dan off type pada benih JC. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu, Nurseri, dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, pada Bulan Juli-Oktober 2012. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakter poliembrioni benih JC. Percobaan di nurseri menggunakan rancangan acak kelompok lengkap satu faktor tingkat kemasakan buah dengan tiga ulangan. Pengamatan terhadap beberapa variabel dilakukan untuk mengetahui mutu fisik, fisiologis, genetis, dan jumlah semaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih JC mempunyai 1–6 embrio yang dapat tumbuh menjadi 1–4 semaian. Berat kering benih JC tidak dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kemasakan buah karena adanya keragaman tingkat kemasakan embrio di dalam benih. Tingkat kemasakan fisiologis benih JC dapat ditandai dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan daya berkecambah optimum yang diperoleh pada saat buah berwarna kuning lebih dari 90% merata dengan karakter warna kulit benih krem kecoklatan dan embrio  dominan krem. Tingkat kemasakan buah tidak berpengaruh nyata terhadap persentase multiple seedling dan persentase semaianoff type. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan multiple seedling yang banyak dan semaian off type yang sedikit
Uji Deteriorasi Terkontrol (UDT) ‎untuk Memperkirakan Masa Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
Deterioration of seeds during storage may reduce the supply of high-quality seeds which become the limiting ‎factor of soybean production in tropical countries. Controlled Deterioration Test (CDT) is one of the ‎fastest vigor testing methods. The objective of this study was to achieve the suitable moisture content and ‎duration of CDT treatment in soybean seed, then establish a model that associated with the seed vigor in ‎the field after a certain time of storage. Split-plot with 2 factors, namely seed varieties and the combination of ‎moisture content and heat exposure duration were used to determine the influence of CDT treatment. ‎Another split-plot for 2 factors, namely storage period and seed varieties were used to determine the effect ‎of shelf life. Viability parameters were observed by germination strength (GS) and seedling vigor index (VI), ‎using a rolled paper towel method. The results showed that there was an interaction between soybean seed ‎varieties and the combination of seed moisture content treatment with duration of CDT exposure. Sindoro ‎and Tanggamus varieties had higher viability and storability than other varieties. Combinations of 28% seed ‎moisture content for 24 hours CDT duration were sensitive enough to evaluate the physiological potential of ‎soybean seeds, providing information that was closely related to seed germination after stored for 1 month.
Bioactive Phytochemical Contents on Fruit Peel of Several Citrus Species
Citrus fruits contain important sources of bioactive compounds, including antioxidants such as flavonoids and phenolic compounds that are beneficial for human health. These bioactive compounds also exist in non-edible fruit parts, like the peel. The research was conducted to evaluate these bioactive phytochemicals on the peels of different citrus species. The experiment was carried out from March to August 2018 at the citrus germplasm collection of the Indonesian Instrument Standard Assessment Institute for Citrus and Subtropical Fruits and The Central Laboratory of The Indonesian Instrument Standard Assessment Institute for Legumes and Tubers Crops. The steps of research methods included the preparation of extract samples, the determination of total flavonoids and phenol content, and the DPPH radical scavenging assay. The results showed that the bioactive content of the citrus peels of several citrus species was diverse among the studied citrus species. Tangerine citrus cv. Kintamani was observed to have a higher phenolic content. For flavonoid content, the peel of lime cv. Borneo had the highest and Mandarin cv. Satsuma showed the least. Higher DPPH radical-scavenging activity values were observed on Mandarin cv. Pachuan, tangerine cv. Kintamani, and pumello cv. Thn. The correlation between phenolic content and DPPH radical-scavenging activity was higher than that between phenolic-flavonoid and flavonoid-DPPH radical-scavenging activity, indicating the effect of active molecule structure on redox potential