3 research outputs found

    Penggunaan Bahasa Sunda Sebagai Alat Interaksi Sosial Pada Siswa Sma Yang Berlatar Belakang Sunda: studi deskriptif terhadap penggunaan bahasa sunda di lingkungan SMA Yayasan Atikan Sunda YAS Kota Bandung

    Get PDF
    Bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi ketika terjadi interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan ragam bahasa Sunda secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lemes (halus), loma (akrab) dan garihal (kasar). Penggunaan ragam bahasa Sunda harus diperhatikan ketika berkomunikasi, karena bahasa Sunda mempunyai aturan dan etika berbahasa. Penguasaan dan pemilihan kosakata atau undak usuk basa sunda dalam bahasa Sunda ketika berbicara sangatlah penting, karena berhubungan dengan kualitas bertutur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan bahasa Sunda sebagai alat interaksi sosial pada siswa yang berlatar belakang Sunda di lingkungan SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Kota Bandung, meliputi penggunaan ragam bahasa Sunda pada siswa, faktor-faktor yang menghambat dalam penggunaan bahasa Sunda pada siswa dan upaya-upaya sekolah dalam mempertahankan bahasa Sunda di SMA YAS Bandung. Subjek penelitian adalah siswa, guru dan warga di lingkungan sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, yang menekankan kepada gambaran mengenai hal-hal paling aktual mengenai penggunaan bahasa Sunda yang terjadi di lingkungan sekolah SMA YAS Bandung sesuai kenyataan yang dilihat oleh peneliti. Data dikumpulkan melalui cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Langkah-langkah penelitian dengan menentukan metode, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Hasil penelitian mengenai penggunaan bahasa dan ragam bahasa Sunda pada siswa di lingkungan SMA YAS Bandung, dapat dikelompokan menjadi 3 ragam bahasa Sunda, diantaranya: ragam bahasa Sunda halus (lemes), ragam bahasa Sunda akrab (loma) dan ragam bahasa kasar (garihal). Sedangkan faktor yang menjadi penghambaat siswa ketika berkomunikasi dengan bahasa Sunda. Faktor internal meliputi: 1) kurang menguasai kosakata Bahasa Sunda, 2) Sulit membedakan penggunaan undak usuk bahasa Sunda (lemes. loma, garihal), 3) malu dan gengsi berbicara dengan bahasa Sunda. Faktor eksternal diantaranya: 1) tidak dibiasakan menggunakan bahasa Sunda pada lingkungan keluarga, 2) kurang tersedianya fasilitas dan media-media pembelajaran Budaya Sunda, 3) pengaruh media massa dan jejaring sosial. Sedangkan upaya-upaya sekolah dalam mempertahankan bahasa Sunda di SMA Yayasan Atikan Sunda adalah: 1) dilaksanakannya implementasi kurikulum lokal yang dimiliki SMA YAS, 2) melalui pembelajaran mata pelajaran bahasa Sunda di kelas, 3) bahasa Sunda digunakan dalam setiap kegiatan Formal dan Non-Formal di SMA YAS, 5) melalui kegiatan ekstrakurikuler, 6) melaksanakan kegiatan atau kompetisi budaya Sunda. Language is an important instrument to communicate in daily social interaction. Generally, the use of sundanese could be divided into three points, namely: lemes (refined), loma (intimate) dan garihal (rough). The use of Sundanese variety should be concerned in a conversation, because Sundanese have rules and ethics. The use and selection of Sundanese’s vocabulary in a conversation in important because it is related to the the quality of utterance. The aim of the study is to discover the use of Sundanese as a social interaction instrument for students with Sundanese background in SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) in Bandung. It is envelop the students’ Sundanese variety, the factors that inhibit the students to use Sundanese and the effort of SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) to maintain the use of Sundanese in school. The study us qualitative approach and descriptive method that emphasize the actual image of the use of Sundanese in SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) based on the factual reality that have been observed by the author of thise study. The data are gathered by interview, observation and documentation study. The steps of data gathering are determine the method, type of data, source, gathering techniques and data analysis techniques. The result of the Study could be divided into three Sundanese variety, namely: lemes (refined), loma (intimate) dan garihal (rough). The factors that inhibit the students to use Sundanese in daily conversation could be divided into internal and external factors. The internal factors are: 1) the lack of Sundanese vocabulary, 2) the difficulty to differentiate the Sundanese undak usuk (lemes. loma, garihal), 3) Shame to use Sundanese in daily conversation. The external factors are: 1) the family rarely use Sundanese in daily conversation, 2) the lack of facility and media that emphasize the use of Sundanese, 3) the effect of mass media and social media. Last but not least, the effort of SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) are: 1) the implementation of local curriculum by SMA YAS, 2) the study of Sundanese in classes, 3) The use of Sundanese in formal/informal activities in SMA YAS, 4) the use of Sundanese through extra-curricula activity, and 5) implement activities or Sundanese cultural competition

    The Impact of Online Loans on Consumptive Behavior Among Students in The City of Bandung

    Get PDF
    This research aims to analyze the impact of online loans on the consumptive behavior of students in the city of Bandung. Online loans have become a significant phenomenon in today's modern society, especially among students vulnerable to the influence of the digital economy. The method used in this research is qualitative descriptive. The data collection techniques used were observation and in-depth interviews. There were 12 informants in this study, consisting of 10 key informants who are students and two supporting informants. The research was conducted at the UPI Setiabudhi campus and Pasundan University in the city of Bandung. The theoretical analysis uses Ulrich Beck's concept of the risk society to analyze changes in modern society that are increasingly filled with complex risks in the context of online loans and the consumptive behavior of students. The results of this research indicate that online loans significantly impact students' consumptive behavior. Factors such as ease of access, product promotions, and social pressure encourage students to take online loans, thereby influencing their consumptive habits. Based on the research results, students in Bandung use the money from online loans for consumptive and hedonistic needs and lifestyles, such as hanging out, indulging, vacations, attending concerts, nightlife entertainment (clubbing), buying electronic goods, and showcasing possessions on social media. Dampak Pinjaman Online (Pinjol) Terhadap Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa di Kota BandungPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pinjaman online (pinjol) terhadap perilaku konsumtif mahasiswa di Kota Bandung. Pinjaman online telah menjadi fenomena yang signifikan dalam masyarakat modern saat ini, khususnya di kalangan mahasiswa yang cenderung rentan terhadap pengaruh ekonomi digital. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini sebayak 12 orang terdiri dari informan kunci yaitu mahasiswa 10 orang dan  2 orang informan pendukung. Lokasi penelitian dilkukan di lingkungan kampus UPI Setiabudhi dan Universitas Pasundan Kota Bandung. Analisis teori menggunakan konsep masyarakat beresiko (risk society) menurut Ulrich Beck untuk menganalisis perubahan dalam masyarakat modern yang semakin dipenuhi oleh risiko-risiko kompleks dalam konteks pinjol dan perilaku konsumtif mahasiswa. Hasil penelitian ini bahwa pinjaman online memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa. Faktor-faktor seperti kemudahan akses, promosi produk, dan tekanan sosial mendorong mahasiswa untuk mengambil pinjaman online, sehingga mempengaruhi kebiasaan konsumtif mereka. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa di Kota bandung menggunakan uang dari pinjaman online tersebut mereka pergunakan untuk kebutuhan dan gaya hidup konsumtif dan hedonisme seperti nongkrong, berfoya-foya, liburan, nonton konser, hiburan malam (clubbing) membeli barang elektronik dan kebiasaan pamer barang (flexing) di media sosial

    DAMPAK FENOMENA PINJAMAN ONLINE (PINJOL) TERHADAP PENINGKATAN LITERASI FINANSIAL MAHASISWA DI KOTA BANDUNG: Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Penerima Pinjaman Online pada Mahasiswa di Kota Bandung

    Get PDF
    Saat ini fenomena pinjaman online (pinjol) di masyarakat semakin meningkat. Hadirnya praktik dan transaksi pinjaman online memunculkan berbagai permasalahan di masyarakat, terutama masyarakat sebagai korban dari pinjaman online tersebut. Pinjaman online tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, pekerja atau ibu rumah tangga, namun pinjaman online juga dilakukan oleh para mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang muncul dari pinjaman online serta pemahaman literasi finansial pada mahasiswa di Kota Bandung. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Pasundan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif tipe penelitian deskriptif. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan informan kunci 7 orang mahasiswa serta 4 orang informan pendukung yaitu Satgas Antirentenir Kota Bandung dan Kepolisian Sukasari Kota Bandung. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Faktor-Faktor yang menyebabkan Mahasiswa di Kota Bandung melakukan pinjaman online karena kebutuhan hidup, pengaruh teknologi, proses dan persyaratan mudah, kurangnya pengetahuan literasi finansial serta gaya hidup konsumtif; 2). Dampak positif pinjaman online yaitu mengatasi masalah yang berhubungan dengan keuangan dan dampak negatif pinjaman online yaitu bunga pinjaman tinggi, penagihan dengan ancaman, penyebaran data pribadi,, didatangi debt collector, terganggunya mental dan psikologis, kontruksi masyarakat yang negatif terhadap korban; 3). Upaya pendidikan dalam mengatasi pinjaman online yaitu upaya preventif seperti sosialisasi literasi finansial, kampanye risiko pinjol di media sosial. Upaya Represif melalui pendampingan berwirausaha melalui koperasi mahasiswa, pendampingan penyelesaian konflik, memberikan layanan hukum serta menanamkan kesadaran Literasi Finansial kepada mahasiswa. The phenomenon of online loans (pinjol) in society is increasing. The presence of online loan practices and transactions has brought various problems to the community, especially among those who become victims of online loans. Online loans are not only taken out by adults, workers, or housewives, but also by students. This research aims to describe the issues arising from online loans and financial literacy understanding among students in the city of Bandung. The research location chosen is within the campus environment of Universitas Pendidikan Indonesia and Universitas Pasundan. The method used in the research is a qualitative approach with descriptive research type. The selection of informants was done using purposive sampling technique, with 7 student key informants and 4 supporting informants, namely the Anti-Usury Task Force of Bandung City and the Police of Sukasari, Bandung City. Data analysis was conducted through data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the research show that: 1) Factors causing students in Bandung to take out online loans include living expenses, technological influence, easy process and requirements, lack of financial literacy knowledge, and consumptive lifestyle; 2) The positive impact of online loans is overcoming financial-related problems, while the negative impact includes high loan interest, threatening collection methods, spreading of personal data, visits from debt collectors, disturbances in mental and psychological well-being, and negative societal perceptions towards victims; 3) Educational efforts to address online loans include preventive measures such as financial literacy socialization, pinjol risk campaigns on social media. Repressive efforts include mentoring entrepreneurship through student cooperatives, conflict resolution assistance, legal services provision, and instilling financial literacy awareness among students
    corecore