3 research outputs found
IDENTIFIKASI POLA ALIRAN ANGIN DAN GAYA HAMBAT PADA ATAP MIRING
Kondisi iklim menjadi tantangan bagi para perancang dalam menentukan desain bangunan. Pada musim pancaroba, cuaca di wilayah Indonesia berpotensi berbahaya, bencana yang sering terjadi adalah angin puting beliung. Sebagian besar korban luka-luka dan meninggal dari bencana angin kencang karena tertimpa bagian bangunan yang runtuh akibat tertiup angin. Atap merupakan bagian dari bangunan yang letaknya berada pada bagian teratas bangunan memberikan pengaruh besar terhadap aliran udara di sekitarnya. Rumah-rumah di Indonesia memiliki beragam bentuk atap, berdasarkan fenomena tersebut maka diperlukan penelitian yang sesuai antara kondisi iklim lokal dengan desain atap yang umum digunakan. Analisis dilakukan untuk mengetahui bentuk atap yang memberikan keamanan serta kenyamanan untuk bangunan maupun lingkungan di sekitarnya. Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pengujian pada 4 bentuk atap menggunakan alat wind tunnel dan simulasi Autodesk Flow Design. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tampilan perubahan temperatur dan kecepatan pada area angin datang dan setelah mengenai objek uji dipengaruhi oleh kelandaian atap. Selain itu, nilai drag coefficient atau nilai hambatan suatu benda terhadap aliran udara terendah tercatat pada model atap mansard. Hal ini berarti model atap mansard merupakan jenis atap yang aerodinamik sehingga lebih mampu bertahan dalam kondisi daerah berangin
ANALISIS ALIRAN ANGIN PADA ATAP MIRING MELALUI UJI SIMULASI FLOW DESIGN
Bidang penelitian tentang aliran angin pada bangunan sangat penting baik untuk perencanaan bangunan maupun pemukiman. Aliran angin yang mempengaruhi bangunan memiliki dampak pada ketahanan struktural terhadap angin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai drag coefficient atau gaya hambat terhadap angin yang dihasilkan pada atap miring dengan nilai sudut yang berbeda. Metode yang digunakan adalah dengan menguji model atap melalui simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic) pada software Autodesk Flow Design. Hasil uji lima atap miring dengan nilai 0o, 15o, 30o, 45o, dan 60o menujukkan bahwa semakin besar sudut atap maka semakin besar luas bidang atap yang bersentuhan dengan aliran angin datang, hal ini sejalan dengan nilai average drag coefficient yang dihasilkan. Atap dengan sudut 60o memiliki luas bidang atap dan nilai average drag coefficient yang tertinggi diantara kelima sudut atap yang diuji, dengan nilai luas 72 m2 menghasilkan nilai average drag coefficient sebesar 1,4. Bangunan dengan nilai drag coefficient yang tinggi memiliki resiko kerusakan struktur yang tinggi akibat angin karena memiliki bentuk yang kurang aerodinamis.
Kata-kata Kunci: aliran angin, atap miring, Flow Design, drag coefficient.
ANALYSIS OF WIND FLOW PATTERN ON SLOPED ROOF USING FLOW DESIGN SIMULATION
The field of research on wind flow on buildings is important for both building planning and planning a residential areas. Wind flow affecting the building has an impact on structural resistance to the wind. The study was conducted to find out the value of drag coefficient or drag force against the wind generated on the sloped roof with different angle values. The method applied by tested the roof model through CFD (Computational Fluid Dynamic) simulation through Autodesk Flow Design software. The test results of five sloped roofs with angle 0o, 15o, 30o, 45o, and 60o showed that the higher the angle of the roof, the larger the area of the roof in contact with the approaching wind flow. This is in line with the average drag coefficient value generated. The roof with an angle of 60o has a large roof area and the highest average drag coefficient among the five tested roof angles, with an area of 72 m2 yields and average drag coefficient of 1.4. Buildings with high drag coefficient value have a high risk of structural damage due to wind because it has a less aerodynamic shape.
Keywords: wind flow, sloped roof, Flow Design, drag coefficient
Â
REFERENCES
Â
Autodeks Help (2015), Get Started With Autodesk Flow Design, https://www.autodesk.com/products/flow-design/overview (diakses tanggal 5 November 2017)
Bhandari NM, Krishna P. (2011) An Explanatory handbook on proposed IS- 875 (Part 3): Wind loads on buildings and structure. IITK-GSDMA Project on Building Codes.
Boutet, T. (1987). Controlling Air Movement. New York: McGraw Hill.
Chung, TJ., (2010), Computational Fluid Dynamic. Cambridge: Cambidge University Press.
Driss, S., Driss, Z., & Kammoun, I. K. (2014). Impact of Shape of Obstacle Roof on the Turbulent Flow in a Wind Tunnel. American Journal of Energy Research, 90-98.
Groat, Linda N., David Wang (2002), Architectural Research Methods, New York: John Wiley and Sons.
Guirguis, N., El-Aziz, A. A., & Nassief, M. (2007). Study of wind effects on different buildings of pitched roofs. Desalination, 190–198.
Lechner, N. (2007). Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur. Jakarta: Rajawali.
Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.
Mujiasih, S., & Primadi S.T., (2014), Analisis Kejadian Puting Beliung Tanggal 11 Desember 2013 di Wilayah Denpasar Bagian Selatan–Bali, Prosiding Workhop Operasional Radar dan Satelit Cuaca, Jakarta: BMKG.
Stathopoulos and B.A. Baskaran, (1996) “Computer simulation of wind environmental conditions around buildings”, Engineering Structures, 18(11), 876-885.
Szokolay, N. V. (1980). Environmental Science Handbook. New York: Wiley.
Tominaga, Y., Akabayashi, S., Kitahara, T., & Arinami, Y. (2015). Air flow around isolated gable-roof building with different roof pitches: Wind Tunnel experiments and CFD Simulation. Building and Environment, 204-213
Pendekatan Ekowisata Pada Akselerasi Penataan Kawasan Oceanarium Di Teluk Moramo
ABSTRAKWisata laut dengan yang pulau-pulau kecil indah seperti di Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya di Teluk Moramo, hingga saat ini masih kurang terekspos. Selain itu objek wisata yang menunjukkan keindahan bawah laut dan biota-biota laut di Sulawesi Tenggara juga masih kurang dikenal. Menanggapi permasalahan tersebut maka penting untuk melakukan perencanaan Kawasan Oceanarium yang sekaligus dapat mengembangkan kawasan pariwisata di Teluk Moramo. Diharapkan kawasan ini akan menjadi objek wisata laut yang dapat menunjukkan potensi yang dimilikinya. Moramo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan yang terletak di bagian tenggara dari pulau Sulawesi. Letaknya yang tidak langsung berhadapan dengan laut bebas menjadikan teluk ini kaya akan terumbu karang dan menjadi rumah dari ikan-ikan. Kawasan Oceanarium ini akan menjadi salah satu objek wisata dengan tujuan pariwisata, edukasi, maupun penelitian mengenai kekayaan laut yang ada di Sulawesi Tenggara sekaligus menjaga kelestarian alam bawah laut. Selain gedung oceanarium, juga direncanakan museum biota laut dan mini cinema sebagai tambahan objek wisata. Direncanakan pula laboratorium penelitian sebagai tempat meneliti berbagai upaya menjaga kelestarian alam bawah laut dan menjaga kelestarian biota laut untuk dipamerkan. Tema yang diterapkan dalam perancangan ini adalah ekowisata untuk menjaga kondisi asli Teluk Moramo. Sulawesi Tenggara. Kata kunci: ekowisata, oceanarium, pariwisata, Sulawesi Tenggara, Teluk MoramoABSTRACTMarine tourism with beautiful small islands such as in South Konawe Regency, precisely in Moramo Bay, until now is still less exposed. Moreover, tourism objects that show underwater beauty and marine life in Southeast Sulawesi are also less well known. In responding to these problems, it is important to plan the Oceanarium area which can also develop tourist areas in Moramo Bay. It is expected that this area will become a marine tourism object that can show its potential. Moramo is a sub-district in the South Konawe Regency which is located in the southeastern part of the island of Sulawesi. Its location not directly facing the open sea makes this bay rich in coral reefs and a home for fish. The Oceanarium area will become a tourist attraction with the purpose of tourism, education, and research on the marine wealth in Southeast Sulawesi while preserving the underwater world. Besides the oceanarium building, a marine biota museum and mini cinema are also planned as additional tourist attractions. A research laboratory is also planned as a place to research various efforts to preserve the underwater world and marine life to be exhibited. Besides the oceanarium building, there will be a marine biota museum and mini cinema to add tourist attractions, as well as a research laboratory that functions as a place to research various ways to preserve the underwater world in Southeast Sulawesi as well as to maintain the condition of the marine life on display. The theme used in this design object is ecotourism to maintain the original condition of Moramo Bay.Keywords: ecotourism, Moramo Bay, oceanarium, Southeast Sulawesi, touris