2 research outputs found

    HUBUNGAN KADAR DEBU TOTAL, MASA KERJA DAN PENGGUNAAN APD TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI SATLANTAS SEMARANG

    Get PDF
    Pencemaran udara di daerah perkotaan salah satunya disebabkan karena keberadaan particulate matter . Hasil pengukuran kadar debu total pada Tahun 2017 di Simpang Lima sebesar 136 µgr/Nm3 dan di Jalan Dr. Sutomo sebesar 141µgr/Nm3. Polisi lalu lintas merupakan profesi yang rentan terhadap gangguan fungsi paru akibat seringnya terpapar oleh zat-zat polutan yang berasal dari debu jalan raya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar debu total, masa kerja dan penggunaan APD dengan gangguan fungsi paru pada polisi lalu lintas di Satlantas Polrestabes Semaarang. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 responden yang tersebar di 5 titik pos polisi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengukuran kadar debu total menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS), dan pengukuran kapasitas paru menggunakan spirometer. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearmen untuk variabel suhu dengan kadar debu total dan uji chi square pada α=5% untuk variabel kadar debu total, masa kerja, dan penggunaan APD terhadap gangguan fungsi paru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43,2%polisi lalu lintas mengalami gangguan fungsi paru (37,5% restriksi ringan, 50% restriksi sedang dan 12,5% obstruksi ringan). Variabel kadar debu total tidak berhubungan dengan gangguan fungsi paru (p=0,255>0,05), variabel masa kerja tidak berhubungan dengan gangguan fungsi paru (p=0,571>0,05), sedangkan variabel penggunaan APD berhubungan dengan gangguan fungsi paru (p=0,02<0,05).Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara penggunaan APD terhadap gangguan fungsi paru pada polisi lalu lintas di Satlantas Polrestabes Semarang Kata Kunci: Kadar debu total, Polisi Lalu Lintas, Gangguan Fungsi Par

    PENILAIAN RISIKO KESEHATAN PAJANAN PELARUT ORGANIK MEK DENGAN METODE SQRA PADA PEKERJA INDUSTRI ALAS KAKI PT. X

    Get PDF
    Pekerja di pabrik pembuatan sepatu di negara berkembang setiap hari terpapar campuran kompleks pelarut organic. Proses produksi pembuatan sepatu dimulai dengan proses memotong, mengelem, menjahit, mewarnai dan melapisi sepatu. Risiko terbesar terhadap toksisitas akibat kerja terdapat dalam proses pengeleman karena adanya pajanan pelarut organik. Salah satu pelarut organik yang sering digunakan di pabrik pembuatan sepatu salah satunya adalah metil etil keton (MEK). Paparan bahan kimia metil etil keton di tempat kerja dapat menimbulkan bahaya Kesehatan, penilaian risiko Kesehatan melalui inhalasi menggunakan metode SQRA Singapura diperlukan untuk menilai jumlah risiko paparan bahan kimia terhadap kesehatan pekerja di PT. X. The German Q18 Questionnaire merupakan kuisioner yang digunakan untuk mengumpulkan data keluhan kesehatan pekerja PT.X terhadap gejala neurotoksik. Informasi tentang bahan kimia dari website Pubchem serta Echa Europe digunakan untuk menentukan tingkat bahaya. Adapun tingkat pajanan didapatkan dari faktor pajanan dan indeks pajanan, data tersebut diperuntukan untuk penetapan tingkat risiko. Tingkat pajanan dari Metil etil keton  (MEK) adalah 3,1 dan memiliki tingkat risiko 3 (risiko moderat). Sebanyak 33,3% (3 responden) memiliki gejala neurotoksik positif dan 66,7% (6 responden) lainnya memiliki gejala neurotoksik negatif
    corecore