1,648 research outputs found

    Fishes of the Lagunas Encadenadas (Province of Buenos Aires, Argentina), a wetland of international importance

    Get PDF
    The Lagunas Encadenadas form a large endorheic wetland. The system comprises a chain of five main lagoons (Alsina, Chochico, Del Monte, Del Venado, and Epecuen). During two recent collection trips, 13 species of fish were caught. From the collected material and available data in the literature the following points can be made: The fish fauna of this wetland comprises 18 species from 11 families and six orders. Four species (Cyprinus carpio, Hoplias malabaricus, Loricariichthys anus and Parapimelodus valenciennis) are new records for these water bodies. Fish species diversity decreases from east to west, ie from the most freshwater lagoon (Alsina, with 15 species) to the most saline (Epecuen, 1 species). A similar diversity pattern has been found in zooplankton species

    Chandra Observation of the Interaction of the Radio Source and Cooling Core in Abell 2063

    Full text link
    We present the results of a Chandra observation of the cooling core cluster Abell 2063. Spectral analysis shows that there is cool gas (2 keV) associated with the cluster core, which is more than a factor of 2 cooler than the outer cluster gas (4.1 keV). There also is spectral evidence for a weak cooling flow, Mdot ~ 20 Msun/yr. The cluster exhibits a complex structure in the center that consists of several bright knots of emission, a depression in the emission to the north of the center of the cluster, and a shell of emission surrounding it. The depression in the X-ray emission is coincident with the position of the north-eastern radio lobe of the radio source associated with the cluster-central galaxy. The shell surrounding this region appears to be hotter, which may be the result of a shock that has been driven into the gas by the radio source. The power output of the radio source appears to be sufficient to offset the cooling flow, and heating of the gas through shocks is a possible explanation of how the energy transfer is established.Comment: Astrophysical Jounal, in press, 26 page with 9 figures, some in color. Uses AASTEX late

    Meningkatkan Self-esteemmahasiswa Stain Ponorogo Dengan Pelatihan Pengenalan Diri

    Full text link
    Ketidakmampuan keluar dari krisis identitas pada masa remaja berdampak pada self-esteem yang rendah, dimana individu cenderung untuk merasa bahwa dirinya tidak mampuberprestasi, tidak berani menghadapi tantangantantangan dalam hidupnya dan tidak memiliki kepercayaan diri. Masalah remaja semacam ini juga ditemukan pada mahasiswa STAIN Ponorogo. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan pengenalan diri dalam meningkatkan self-esteem mahasiswa STAIN Ponorogo. Metode penelitian menggunakan quasi experiment untuk mengetahui efektivitas pelatihan pengenalan diri. Subjek penelitian sejumlah 30 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan self-esteem yang signifikan pada mahasiswa STAIN yang ada dalam kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah pelatihan pengenalan diri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t pada taraf signifikansi 5%, t0= 14,724 dan t adalah 2,14 maka t0 > tt sehingga Ho ditolak atau Ha diterima. Pada taraf signifikansi 1%, t0= 14,724 dan tt adalah 2,98 maka t0 > tt sehingga Ho ditolak atau Ha diterima. Selain itu, terdapat perbedaan nilai posttest self-esteem mahasiswa yang mengikuti pelatihan pengenalan diri dan nilai posttest self-esteem mahasiswa yang tidak mengikuti pelatihan dengan perbedaan rata-rata 16,53333

    Dampak Ketidakhadiran Ibu Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) Terhadap Perkembangan Psikologis Remaja

    Full text link
    Bagi remaja yang memiliki ibu TKW, dinamika psikologis yang terjadi dalam proses perkembangan ini menjadi hal yang menarik karena ketidakhadiran ibu sebagai salah satu tokoh sentral yang biasanya memiliki peran besar dalam perkembangan sang anak. Hasil dari riset ini adalah: pertama,keempat subjek merasakan kesedihan saat ditinggalkan oleh sang ibu pada awalnya (saat masih anak-anak), namun berangsurangsur tiga subjek (H, P, dan D) bisa beradaptasi, hingga saat remaja dapat menerima keadaan tersebut. Hanya ada satu subjek (A) yang sampai saat ini masih terus merasa sedih dengan kepergian ibunya, hal ini ada kaitannya dengan ketidaktersedian figur attachment pengganti sang ibu dari keluarga. Kedua, tiga subjek (A, H, dan P)memiliki persepsi positif mengenai pekerjaan sang ibu sebagai TKW (pekerjaan mulia, halal, sumber keuangan, pahlawan keluarga, dan pahlawan devisa) sedangkan satu subjek (D) menilai sebenarnya pekerjaan ibunya sebagai TKW kurang layak tetapi ini adalah pekerjaan yang halal. Ketiga, tiga subjek (H, P, dan D) menemukan figur attachment pengganti setelah kepergian sang ibu dari keluarga. Sedangkan subjek A tidak menemukan figur attachment pengganti ibu dari pihak keluarga sehingga ia mencari figur attachment dari luar keluarga (sahabat A beserta keluarganya). (d) Self esteem dipengaruhi kuat oleh keharmonisan keluarga. Dari 4 subjek, hanya satu (P) yang merasa bahwa keluarganya harmonis meskipun ibu bekerja sebagai TKW. 3 subjek lainnya (A, H, dan D) menilai bahwa keluarga mereka tidak harmonis. Kondisi keluarga yang tidak harmonis tidak mendukung terbangunnya self-esteem yang positif sehingga bisa disimpulkan bahwa self-esteem dari aspek keluarga pada subjek A, H, dan D adalah negatif

    Latin American and Caribbean Sex Workers: Gains and challenges in the movement

    Get PDF
    This article challenges the notion that the organised sex worker movement originated in the Global North. Beginning in Havana, Cuba at the end of the nineteenth century, sex workers in the Latin America and Caribbean (LAC) region have been organising for recognition and labour rights. This article focuses on some of the movement’s advances, such as the election of a sex worker to public office in the Dominican Republic, the system where Nicaraguan sex workers act as court-appointed judicial facilitators, the networks of sex worker organisations throughout the region, and cutting-edge media strategies used to claim social and labour rights. Sex workers are using novel strategies designed to disrupt the hegemonic social order; contest the inequalities, discrimination, and injustices experienced by women in the sex trade; provoke critical reflection; and raise the visibility of sex work advocacy. New challenges to the movement include the abolitionist movement, the conflation of all forms of sex work with human trafficking, and practices that seek to ‘rescue’ consenting adults from the sex trade

    Peluang Dan Tantangan Masyarakat Indonesia Mengejar Ketertinggalan

    Full text link
    The implementation of the ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) in Indonesia on January, 1st 2010 has been causing pros and cons in public opinions. On one hand, the ACFTA has been considered as a huge opportunity for Indonesia to extend its market. But, on the other hand, ACFTA can put domestic producers to a disadvantage because their products are not yet ready to compete in the free trade area, especially against cheap products from China. However, decisions on ACFTA were taken and are now irreversible. Therefore, the debate on whether or not to support ACFTA should be ended, and instead we should focus on hard work to utilize this opportunity. In fact, Indonesia as a tropical country has many excellent commodities which are able to compete with China, if they were supported by the government. Nevertheless, to compete against China effectively, would require cooperation among civil society, local governments, and the centre government in order that Indonesia can take full benefit of its local autonomy

    Interferensi Logat Bahasa Jawa Terhadap Pelafalan Bahasa Jepang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Angkatan 2013 Universitas Brawijaya

    Full text link
    Kata Kunci : Bahasa Ibu (B1), Logat, Interferensi, Fonologi, Interferensi FonologiIndonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak daerah. Pada setiap daerah memiliki bahasa dan logat yang berbeda-beda. Bahasa dan logat daerah tersebut mempengaruhi ketika penutur belajar bahasa asing, khususnya penutur yang berasal dari Jawa dan belajar bahasa Jepang. Seringkali terjadi interferensi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui interferensi logat bahasa Jawa terhadap pelafalan bahasa Jepang mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang angkatan 2013 Universitas Brawijaya, dan 2) mengetahui penyebab interferensi logat bahasa Jawa dalam pelafalan.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan dianalisis secara deskriptif untuk memberi gambaran yang sistematis dan terperinci. Sumber data yang digunakan adalah rekaman suara tes fonetik dan hasil wawancara mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang semester 4 Universitas Brawijaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa interferensi yang terjadi terdapat pada 9 kesalahan yang terbagi dalam 3 bagian, yaitu kesalahan pada pelafalan /ɯ/, penambahan aspiran /h/ pada konsonan bersuara /w/, /d/, /j/, /b/, dan /g/, serta adanya perbedaan huruf pada bahasa Jepang dan bahasa Jawa, yaitu huruf /ʣ/, /ʃ/,dan /ʦ/. Kemudian ditemukan 5 faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu kedwibahasaan responden, responden tidak diajari pelafalan (hatsuon) huruf-huruf bahasa Jepang, responden merupakan penutur pasif, sedikit waktu yang digunakan untuk berbicara bahasa Jepang, dan terbiasa berbicara menggunakan bahasa Jawa.Setelah melakukan penelitian ada beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu bagi pemelajar dapat belajar melalui drama, anime, atau pun lagu berbahasa Jepang, bagi pengajar dapat mengajari cara pelafalan (hatsuon) huruf bahasa Jepang, dan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti perbedaan antara bahasa Jawa dan bahasa Jepang pada bidang sintaksis atau morfologis
    corecore