11 research outputs found

    Dabigatran dibandingkan Warfarin untuk Pencegahan Stroke pada Pasien dengan Atrial Fibrilasi: Laporan Berbasis Bukti

    Get PDF
    Background. Atrial fibrillation (AF) increases the risk of having stroke as high as five fold. Anticoagulant administration such as vitamin K antagonist has been used regularly to reduce the occurence of stroke. Despite the high efficacy, warfarin has several limitations, including a narrow therapeutic window, multiple food and drug interactions, and the need for frequent laboratory monitoring. Dabigatran, an oral thrombin inhibitor, displays some positive characteristics as the solution to warfarin’s limitations.Aim. To determine the efficacy of dabigatran compared to warfarin for stroke prevention in patients with atrial fibrillation.Methods. A search was conducted on PubMed and Google. The selection of title and abstract was done using inclusion and exclusion criteria. Five original articles were found, but only one study was used. The selected study was critically appraised for its validity, importance and applicability.Result. The administration of 150 mg of dabigatran was superior to warfarin with respect of stroke. The relative risk reduction was 36% in the 150 mg dabigatran group. The rate of stroke was 1.01% per year in the group that received 150 mg dabigatran, as compared with 1.57% per year in the warfarin group (relative risk 0.64; 95% confidence interval, 0.51 to 0.81, p<0.001). The administration of dabigatran increased the risk of gastrointestinal bleeding.Conclusion. In patients with atrial fibrillation, dabigatran given at a dose of 150 mg, as compared with warfarin, was associated with lower rate of stroke. Dabigatran administration requires closed gastrointestinal monitoring.Latar belakang. Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak lima kali. Warfarin, golongan antagonist vitamin K, telah digunakan cukup lama untuk menurunkan kejadian stroke. Namun warfarin memiliki beberapa keterbatasan seperti ambang terapi yang sempit, berbagai interaksi obat dan diperlukannya pemantauan berkala. Dabigatran, antitrombin oral, memiliki beberapa keunggulan sebagai jawaban sebagai keterbatasan dari warfarin.Tujuan. Menentukan efektivitas dabigatran dibandingkan warfarin untuk pencegahan stroke pada pasien dengan atrial fibrillasi.Metode. Pencarian terstruktur dilakukan dengan menggunakan Pubmed dan Google. Setelah dilakukan penapisan judul dan abstrak dengan kriteria inklusi dan eksklusi, lima studi ditemukan, tetapi hanya satu studi yang digunakan penulis. Studi ini ditelaah dengan menggunakan kriteria yang mencakup validity, importance, dan applicability untuk menentukan derajat kegunaan dalam studi ini.Hasil. Pemberian dabigatran sebanyak 150 mg menyebabkan penurunan risiko terjadinya komplikasi stroke pada pasien AF sebesar 36% dibandingkan warfarin. Kejadian stroke pada kelompok yang menerima 150 mg dabigatran sebesar 1.01% per tahun dibandingkan dengan 1.57% pada kelompok warfarin. (relative risk0.64; 95% confidence interval, 0.51­0.81, p<0.001). Namun pemberian dabigatran meningkatkan risiko terjadinya perdarahan gatrointestinal.Kesimpulan. Pemberian 150 mg dabigatran menurunkan risiko terjadinya stroke pada pasien AF dibandingkan pemberian warfarin. Namun pemberian dabigatran memerlukan pemantaun perdarahan gastrointestinal

    ARB dibandingkan non-ARB dalam Menurunkan Komplikasi Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi dengan Risiko Tinggi: Laporan Berbasis Bukti

    Get PDF
    Background: High risk hypertensive patients have an increased risk of developing cardiovascular complication. It is better to use a proven cardio protective drugs to reduce blood pressure in high risk hypertensive patients. Angiotensin II receptor Blocker (ARB) is one type of antihyper-tensive drugs with cardioprotective effect for hypertensive patients withoutother risk factor. Whether cardioprotective effect of ARB also apply for a more specific population such as high risk hypertensive patients need to be investigated.Aim: To determine the efficacy of ARB compared to non-ARBs in preventing cardiac event in a more specific population, such as high risk hypertensive patients.Methods: A search was conducted on PubMed and Cochrane. The selection of title and abstract was done using inclusion and exclusion criterias. Three original articles were found and used as the evidence tor the clinical question. The selected studies were critically appraised for validity, importance and applicability.Result: According to Sawada et al, the blood pressure lowering effect was similar between valsartan and non-ARB groups. The cardiovascular events in valsartan group is lower compared to non-ARB groups (relative risk: 0.54, 95% confidence interval 0.4-0.7, p< 0.001). The administration of valsartan as compared to non-ARB, also reduce the occurence of angina pectoris (Relative risk: 0.52, 95% Confidence Interval 0.31–0.86, P=0.01058). Cohn JN et al showed that there was no significant differences in the candesartan group in terms of total death and primary endpoints. The only significant finding in this article was the lower rate of diabetes mellitus in the candesartan group.Conclusion: Valsartan, as compared to non-ARB, reduce cardic event in high risk hypertensive patients.Latar belakang: Pasien hipertensi dengan risiko tinggi mempunyai kemungkinan lebih tinggi mendapatkan komplikasi kardiovaskular. Pada pasien hipertensi risiko tinggi lebih baik digunakan obat hipertensi yang memiliki efek kardioprotektif. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) adalah salah satu golongan obat hipertensi yang memiliki efek kardioprotektif pada pasien hipertensi tanpa risiko. Apakah ARB juga efektif untuk menurunkan kejadian kardiovaskular baru atau perburukan kardiovaskular pada populasi hipertensi dengan risiko tinggi?Tujuan: Mengetahui efektivitas ARB dibandingkan non-ARB dalam menurunkan komplikasi kardiovaskular pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi.Metode: Pencarian terstruktur dilakukan menggunakan Pubmed dan Cochrane. Setelah dilakukan penapisan judul dan abstrak, Tiga studi ditemukan yang kemudian digunakan penulis. Studi ini ditelaah dengan menggunakan kriteria yang mencakup validity, importance, dan applicability untuk menentukan derajat kegunaan studi.Hasil: Berdasarkan studi oleh Sawada et al, valsartan memiliki efek penurunan tekanan darah sebanding dengan pengobatan non-ARB. Komplikasi kardiovaskular lebih rendah pada kelompok valsartan dibandingkan kelompok non-ARB (relative risk: 0.54, 95% confidence interval 0.4-0.7, p< 0.001). Valsartan menurunkan kejadian angina pectoris dibandingkan grup non-ARB (relative risk : 0.52, 95% Confidence Interval 0.31–0.86, P =0.01058). Cohn JN et al menyimpulkan tidak ada perbe-daan signifikan dalam pencegahan mortalitas dan parameter akhir lainnya. Namun penggunaan candesartan secara signifikan mengurangi kejadian diabetes.Kesimpulan: Valsartan, dibandingkan pengobatan non-ARB, menurunkan kejadiaan kardiovaskular pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi

    Update 2013: the Role of Probiotic in Non-alcoholic Fatty Liver Disease, an Evidence Based Approach

    Full text link
    During the last two decades, non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) has been a topic in many discussions. The major risk factors for NAFLD is metabolic syndrome, which include obesity, insulin resistance andhypertension. Beside insulin resistance, oxidative stress has been linked with the disease. There is accumulating evidence that intestinal bacterial overgrowth plays an important role in NAFLD pathogenesis. Intestinal bacteria influence the progression of NAFLD through endogenous ethanol production and cytokine that would eventually induce hepatic oxidative stress. Probiotic intervene pathogenic intestinal flora so it is a potential treatment for NAFLD. Many animal studies documented the beneficial effect of probiotic in NAFLD. Probiotic reduce hepatic inflammation, reduce hepatic steatosis and improve insulin resistance. There is still limited human studies upon this topic. However, preliminary result showed potential role of probiotic in NAFLD treatment. Probiotic is safe, cheap and widely available therefore it is a promising new approach for NAFLD therapy. Upcoming study would hopefully provide firm foundation regarding the use of probiotic for NAFLD on human

    Cellular Cardiomyoplasty For Myocardial Infarction: a 2014 Evidence-based Update

    Get PDF
    Myocardial infarction is one of the main cause of mortality in many countries. Therefore, an effective therapy for myocardial infarction is required. Reperfusion and other conventional therapy have been the mainstay therapy for myocardial infarction. However, many patients remain refractory to this therapy. Cellular cardiomyoplasty is considered a novel therapy, in which stem cells are used for cardiac repair. Stem cells are potential therapeutic approach that could be the ultimate solution for salvaging damaged cardiomyocyte. Based on current studies, stem cells are a promising therapeutic approach for myocardial infarction. However, some challenges need to be answered by future studies before this novel therapy can be widely applied. As we advance our understanding, all questions behind stem cell therapy would finally be revealed, and eventually provide the ultimate solution for ischaemic cardiac repair. This paper provide an overview of the latest progress in stem cell therapy for myocardial infarction. Key words: stem cells, cellular cardiomyoplasty, myocardial infarctio

    Paradox Obesitas pada Pasien Gagal Jantung

    Get PDF
    Obesitas sudah menjadi sebuah epidemi di negara maju. Ukuran objektif obesitas biasanya dinilai dari nilai IMT, dimana ukuran international untuk obesitas adalah IMT =30 kg/m2, sedangkan untuk ukuran orang Asia obesitas didefinisikan dengan nilai IMT=25 kg/m2. Obesitas memiliki hubungan yang erat dengan tingginya kejadian penyakit kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan kadar trigliserid yang buruk untuk kesehatan jantung dan menurunkan kadar high density lipoprotein (HDL) yang bersifat kardioprotektif. Selain itu, seiring meningkatnya obesitas, meningkat juga angka hipertensi. Obesitas juga dapat menyebabkan disfungsi diastolik dan berhubungan dengan memburuknya fungsi sistolik. Walaupun obesitas merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, hal yang berbeda ditemukan pada kasus gagal jantung. Berdasarkan beberapa studi, pasien gagal jantung dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan mereka dengan IMT yang lebih rendah. Selain itu, analisis dari beberapa studi oleh Oreopoulos et al menyimpulkan bahwa IMT yang lebih tinggi berhubungan dengan prognosis yang lebih baik pada pasien gagal jantung. Hal inilah yang disebut paradox obesitas (Obesity paradox)

    The Role of Probiotic in Reducing Hepatic Inflammation Among NAFLD Patients: an Evidence-Based Case Report

    Get PDF
    Aim: to know the effectiveness of probiotic in reducing hepatic inflammation among non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) patients. Methods: we performed literature searching regarding the potential role of probiotic in reducing hepatic inflammation among NAFLD patients. Results: six articles were finally critically appraised. All six studies had good validity and importance. These studies unanimously reported that probiotic is useful in reducing hepatic inflammation, and liver fat content. However, further evidence is needed to show whether or not probiotic is beneficial reducing cirrhosis progression and liver-related mortality. Conclusion: probiotic owns robust potential to treat NAFLD. Probiotic reduce hepatic inflammation, as shown by the reduction of liver aminotransferase, and inflammatory markers. Based on this evidence based report, probiotic is a promising adjunct therapy for NAFLD

    CLINICAL PRACTICE 240 Acta Medica Indonesiana -The Indonesian Journal of Internal Medicine Potential Clinical Application of Novel Cardiac Biomarkers for Acute Myocardial Infarction

    Get PDF
    ABSTRAK Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian terkait kardiovaskular. Oleh karena itu, diagnosis sindrom koroner akut yang cepat dan tepat amat diperlukan. Pemeriksaan laboratorium yang merupakan baku emas saat ini seperti troponin dan CK-MB memiliki kekurangan seperti ambang deteksi yang tertunda. Hal ini akan menyebabkan tertundanya diagnosi

    SISTEM KONTROL RUMAH BERBASIS INTERNET OF THINGS (IOT) MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

    Get PDF
    Pemanfaatan internet yang meningkat telah menghasilkan inovasi dalam sistem kontrol. Internet of Things atau IoT merupakan inovasi dimana beberapa perangkat elektronik dapat dikontrol dari jarak jauh dengan memanfaatkan internet untuk memperoleh sistem kontrol yang lebih efisien dan menghemat waktu. Penelitian ini memanfaatkan IoT untuk mengendalikan beberapa perangkat elektronik yang biasanya digunakan di rumah-rumah seperti lampu, kipas angin, dan sistem penguncian pintu. Sistem yang dibangun berbasis Android dengan memanfaatkan perangkat Arduino Uno sebagai sistem kontrol. Selain itu, sistem tersebut juga dapat mendeteksi keadaan lampu baik menyala, padam, maupun tidak terhubung dengan listrik. Sistem pengontrol tersebut dapat digunakan secara manual atau otomatis dengan memanfaatkan sensor cahaya dan timer supaya perangkat elektronik seperti lampu, dapat menyala secara otomatis pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi sistem yang dibangun dapat berfungsi dengan baik. Sistem tersebut menunjukkan perbedaan nilai delay pada beberapa perangkat yang disebabkan oleh pemanfaatan sensor arus. Sensor arus tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi perangkat elektronik yaitu lampu, sebelum dan setelah dikontrol atau untuk mengetahui kondisi terkini dari perangkat tersebut

    PENGARUH CHANGE ORIENTED LEADERSHIP TERHADAP JOB PERFORMANCE PADA PT TELKOM INDONESIA. TBK DIVISI MULTIMEDIA DENGAN JOB DEMAND FOR LEARNING DAN JOB INVOLVEMENT SEBAGAI VARIABEL ANTESEDEN

    Get PDF
    Pada zaman modern terdapat banyak perkembangan teknologi baru yang dapat mengubah pekerjaan sehari-hari di kantor. Transformasi teknologi ini juga menciptakan tuntutan untuk belajar yang tinggi pada semua karyawan. Memperkenalkan perubahan baru pada pekerja dapat menciptakan tuntutan pembelajaran yang berat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Change Oriented Leadership terhadap Job Performance ,dengan Job Involvement karyawan dan Job Demand for Learning sebagai variabel anteseden, pada karyawan PT Telkom Indonesia. Responden penelitian ini adalah seluruh karyawan divisi multimedia yang berjumlah 43 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah Partial Least Square. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa : Change Oriented Leadership (COL) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Job Performance (JP) dan Job Involvement (JI) , dan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Job Demand for Learning (JL). Job Involvement (JI) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Job Performance (JP). Job Demand for Learning (JL) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Job Performance (JP) Kata kunci : Change Oriented Leadership, Job Performance, Job Involvement, Job Demand for Learnin
    corecore