4,664 research outputs found

    Fasilitas Seni Teater Kontemporer di Surabaya

    Full text link
    Perkembangan Seni budaya khususnya seni teater di Indonesia menunjukan peningkatan yang semakin maju dan signifikan. Hal ini menunjukan beragamnya seni pertunjukan di Indonesia yang dapat lebih di eksplorasi dan dimodifikasi, dengan memadukan kesenian tradisional dan modern. Surabaya sendiri mempunyai potensi yang besar sebagai kota seni budaya dan pariwisata. Namun karena kurangnya fasilitas seni budaya, maka perkembangan seni pertunjukan di surabaya perlahan mengalami kemunduran. Proyek ini hadir sebagai fasilitas perngembangan seni teater kontemporer di surabaya. Diharapkan proyek ini selain dapat menjadi wadah untuk mengeksplorasi kekayaan seni teater di Indonesia terutama Surabaya, juga dapat menjadi ikon seni budaya baru di Surabaya sehingga mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni pertunjukan di Surabaya

    Riggs on strong justification

    Get PDF
    In 'The Weakness of Strong Justification' Wayne Riggs claims that the requirement that justified beliefs be truth conducive (likely to be true) is not always compatible with the requirement that they be epistemically responsible (arrived at in an epistemically responsible manner)1. He supports this claim by criticising Alvin Goldman's view that if a belief is strongly justified, it is also epistemically responsible. In light of this, Riggs recommends that we develop two independent conceptions of justification, one that insists upon the requirement that beliefs be truth conducive and another that insists that they be epistemically responsible. It will then, on his view, be possible to properly evaluate beliefs with regard to each conception of justification. Riggs, however, is mistaken in supposing that the two epistemic requirements are independent. If a belief is responsibly arrived at, it is therefore likely to be true. He is thus also mistaken in supposing that the two epistemic requirements are incompatible. This mistake arises because Riggs assumes that justification is possible or, at least, that it involves standards that are akin to our own. Moreover, once this assumption is made explicit, we can see why a notion of justification that connects epistemic practice with likely truth is significant

    Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol Perilaku Yang Dipersepsikan Staff Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Wajib Pajak Badan

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap kepatuhan pajak wajib pajak badan. Penelitian ini menggunakan desain survey dengan kuesioner sebagai instrumennya. Responden dalam penelitian ini adalah staff pajak yang bekerja pada Perusahaan industry manufaktur di Surabaya. Penelitian ini menggunakan sikap staff pajak terhadap kepatuhan pajak, norma subyektif dari staff pajak tersebut, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan dari staff pajak tersebut sebagai variabel independen dan kepatuhan pajak wajib pajak badan sebagai variabel dependen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS 15.00 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Sikap staff pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak wajib pajak badan secara signifikan, (2) Norma subyektif berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak wajib pajak badan secara signifikan, dan (3) Kontrol perilaku yang Dipersepsikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak wajib pajak badan secara signifikan

    Pengaruh Kerjasama dengan Pemasok dan Konsumen terhadap Keberhasilan Kewirausahaan melalui Inovasi pada IKM Logam di Ngingas Kabupaten Sidoarjo

    Full text link
    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor kerjasama dengan pemasok dan konsumen berpengaruh signifikan terhadap inovasi dan keberhasilan kewirausahaan pada IKM di Ngingas Kabupaten Sidoarjo; serta untuk mengetahui faktor inovasi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan kewirausahaan pada IKM di Ngingas Kabupaten Sidoarjo. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan meng­gunakan pendekatan kuantitatif. Populasi sampel adalah 100 pelaku IKM yang bergerak di pengolahan logam dan memiliki kerjasama dengan pemasok di Ngingas Kabupaten Sidoarjo. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square / PLS. Hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Kerjasama dengan pemasok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inovasi dan keberhasilan kewirausahaan pada IKM di Ngingas Kabupaten Sidoarjo, sedangkan Kerjasama dengan konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inovasi, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kewirausahaan pada IKM di Ngingas Kabupaten Sidoarjo, dan Inovasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kewirausahaan pada IKM di Ngingas Kabupaten Sidoarjo

    Hambatan Komunikasi Antar Budaya Antara Staf Marketing Dengan Penghuni Berkewarganegaraan Australia Dan Korea Selatan Di Apartemen X Surabaya

    Full text link
    Penelitian ini akan membahas mengenai hambatan komunikasi antar budaya antara staf Marketing dengan penghuni berkewarganegaraan Australia dan Korea Selatan di apartemen X Surabaya. Dalam praktiknya, komunikasi antar dua budaya yang berbeda dapat menimbulkan hambatan yang dipicu karena adanya perbedaan-perbedaan karakteristik dari dua budaya tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi antar budaya sendiri terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi antar budaya seperti faktor fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa, nonverbal dan faktor kompetisi misalnya, akan menyebabkan terjadinya komunikasi yang tidak efektif ketika faktor-faktor tersebut terlibat dalam sebuah proses komunikasi. Dalam penelitian ini, hambatan komunikasi antar budaya antara budaya konteks tinggi ketika dihadapkan dengan budaya konteks rendah cenderung melibatkan faktor-faktor di atas tanpa adanya faktor emosi dan nonverbal, sedangkan pada hambatan komunikasi antar budaya antara budaya konteks tinggi dengan budaya konteks tinggi melibatkan semua faktor di atas. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak selamanya perbedaan bahasa dan faktor nonverbal yang umumnya terjadi dalam komunikasi antara dua budaya yang berbeda menjadi faktor penyebab kegagalan dalam sebuah proses komunikasi antar buday
    • …
    corecore