3 research outputs found

    Performing motherhood in the height of the New Order era: The contestation of two women in Dua Ibu

    Get PDF
    The New Order regime in Indonesia was marked with a strong and centralized power including in defining motherhood. This article is aimed at investigating how the “Ibu” or motherhood becomes a contested arena between nameless Ibu and Tante Mirah and how this arena reflects the contestation of tradition and modernity in Java in the 1980s. Using close reading technique and contextualization, an investigation is done to see how the one role is contested by the two women. The nameless Ibu represents traditions shaped by the cultural and traditional milieu in Solo, Central Java. Meanwhile Tante Mirah migrates to Jakarta and builds her new economy and life.  It is evident that performing traditions has drained out Ibu’s financial resources. At the same time, Tante Mirah is successful in accumulating wealth. Consequently, Ibu goes bankrupt and lets Mirah take the son back. The novel documents the inevitable change of socially defined motherhood performed in the center of Javanese culture

    Refleksi Citra Ibu Dalam Novel Dua Ibu Karangan Arswendo Atmowiloto

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap refleksi citra ibu yang terdapat di dalam novel Dua Ibu karangan Arswendo Atmowiloto. Fokus dari penelitian ini adalah (1) citra ibu yang tergambar dalam novel Dua Ibu; (2) refleksi citra ibu dalam novel Dua Ibu dengan zaman kini. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan sosiologi sastra, khususnya teori realisme sosialis gagasan Georg Lukacs. Melalui hal tersebut, kesadaran palsu berupa pengasuhan terbaik anak-anak pada tangan ibu kandung yang menyelimuti citra ibu dapat ditelisik dan diterobos kebenarannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat citra ibu yang terklasifikasikan menjadi dua kategori di dalam cerita: Ibu (ibu asuh) dan Tante Mirah (ibu kandung). Kedua ibu tersebut merepresentasikan sebuah realitas sosial bahwa sejatinya relasi ideal antara ibu dan anak tidak hanya terbatasi dan terkungkung oleh hubungan biologis saja. Relasi batin dan sosial di antara kedua belah pihak jauh lebih penting daripada sekedar pembatasan hubungan darah. Keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan terbaik anak-anak tidak selalu terletak pada tangan ibu kandung. Peletakan pengasuhan anak-anak terbaik pada ibu kandung perlu untuk ditinjau ulang. Dengan demikian, ibu asuh juga memiliki peran signifikan sebagai penambal kekosongan bagi anak-anak yang terbuan

    THE MOTHERHOOD INSTINCT OF ISABEL SHERBOURNE IN M. L. STEDMAN’S THE LIGHT BETWEEN OCEANS: A FEMINIST CRITICISM

    Get PDF
    Dalam masyarakat patriarkal, norma menjadi seorang ibu merupakan norma yang sangat kuat. Keinginan menjadi ibu merupakan hal yang sangat alami dan juga wajib bagi setiap perempuan karena hal tersebut telah melekat pada diri mereka sejak awal. Menilik hal tersebut, isu ini perlu untuk dikaji secara mendalam guna mencari tahu bagaimana nilai motherhood yang terdapat di dalam cerita tersebut. Studi ini meneliti tentang gagasan sekaligus isu motherhood pada novel karangan M. L. Stedman berjudul The Light Between Oceans (2012). Tujuan penelitian ini adalah meneliti korelasi antara obsesi Isabel untuk memiliki bayi dengan nilai idealnya akan motherhood, serta pengaruh dari konstruksi patriarki terhadap persepsi motherhood kepada tiga karakter perempuan utama. Fokus studi ini terletak pada tiga karakter perempuan utama: Isabel Sherbourne, Hannah Roennfeldt, dan Lucy-Grace. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan tiga prinsip motherhood milik Ann Oakley dalam bukunya yang berjudul Woman’s Work: The Housewife, Past, and Present. Kebaruan dalam studi ini menunjukkan menunjukkan bahwa patriarki memiliki pengaruh besar terhadap persepsi perempuan mengenai motherhood dan juga nilai motherhood itu sendiri yang digambarkan oleh ketiga karakter perempuan utama tersebut. Selain dikonstruksi oleh patriarki, motherhood juga memiliki dampak yang merusak terhadap ketiga karakter perempuan pada cerita ini
    corecore