48 research outputs found
Orang Jawa Di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu : studi tentang sejarah sosial ekonomi di Kelurahan Tangsi Baru
Buku ini dapat memberikan sekelumit gambaran tentang sejarah sosial ekonomi masyarakat Jawa yang ada di Kabawetan khususnya di Kelurahan Tangsi Baru Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Masyarakat Jawa dalam sejarahnya telah ada di Kabawetan semenjak zaman Belanda, mereka di sumberngkan melalui sistem
kerja kuli kontrak. Orang Jawa yang ada di Kabawetan telah berkembang dan telah menempati beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Keberadaan orang Jawa di Kabawetan telah ikut mewarnai dinamika perkembangan sejarah sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabawetan dan khususunya
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Perkebunan teh Kabawetan pada awal berdirinya mempekerjakan kuli kontrak dari Pulau Jawa. Selain mensumberngkan kuli kontrak langsung dari Jawa,
perkebunan juga menyediakan tanah bagi bekas kuli kontrak yang bersedia menetap dan bekerja sebagai kuli bebas. Pada zaman kolonisasi perkebunan yang ada di Bengkulu kadang mengalami kesulitan untuk mensumberngkan kuli kontrak dari Pulau Jawa sehingga perkebunan perlu menggunakan kuli lokal. Hal ini dialami oleh perkebunan Kabawetan di tahun 1920-an saat perkebunan mengalami kekurangan kuli. Saat itu perkebunan tidak dapat melakukan perluasan lahan, sedangkan lahan yang telah ditanami dalam keadaan terlantar. Akibatnya, produksi kopi menurun, yaitu pada tahun 1920 perkebunan masih menghasilkan 4.957 pikul, tetapi pada tahun 1921 menurun menjadi 2.281 pikul.2 Untuk mengatasi hal tersebut Perkebunan Kabawetan
menggunakan kuli lokal, yaitu dari Pasemah Ulu Manna dan Sungai Pagu (salah satu Kecamatan di Solok Selatan, Sumatera Barat sekarang). Mereka bekerja di perkebunan berdasarkan kontrak antara setengah sampai dua tahun. Pada tahun 1921 dari jumlah kuli sebanyak 249 orang lakilaki dan 187 orang wanita, hanya ada 46 orang kuli lakilaki dan 29 kuli wanita yang bersedia menansumberngani kontrak selama dua tahun
Minangkabau dan Kerinci: hubungan budaya dan sistem kekerabatan
Sesuai dengan tema penulisan, kajian ini berupaya untuk menelusuri dan mengetahui hubungan budaya antara Minangkabau dengan Kerinci (salah satu Rantau Minangkabau) yang telah terjalin erat sejak beberapa abad yang silam. Sebagian besar leluhu masyarakat Kerinci, berasal dari Minangkabau dan adat yang digunakan pun mirip dengan adat Minangkabau. Salah satu kemiripan budaya antara masyarakat Minnagkabau dan Kerinci adalah dalam hal sistem kekerabatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Pengetahuan tentang sistem kekerabatan kedua masyarakat, sangat membantu dalam memahami lebih jauh hubungan budaya yang telah terjalin sejak lama antara keduanya. Oleh karena itu, kajian inidifokuskan pada sistem kekerabatan pada masyarakat Minangkabau dan masyarakat Kerinci.
Kajian tentang hubungan budaya antara Minangkabau dan Kerinci yang difokuskan sistem kekerabatan ini sesungguhnya masih jauh dari kesempurnaan atau boleh dikatakan masih perlu ditela’ah lagi.Penulis menyadari bahwa masih banyak aspek yang belum terungkap karena keterbatasan waktu, sumber data dan informasi. Semoga kajian ini bisa dilanjutkan oleh para peneliti yang berminat tentang budaya Minangkabau dan Kerinc
ORANG MINANGKABAU DI MUKOMUKO DALAM PERSPEKTIF SEJARAH 1945-2003
Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang migrasi dan adaptasi orang Minangkabau di Mukomuko. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap heuristic, kritik, sintesis dan penyajian hasil dalam bentuk tulisan. Selain menggunakan pendekatan sejarah, penulis juga meminjam bantuan ilmu sosial dengan cara mempelajari dan memperhatikan kegiatan budaya dan prilaku orang Minangkabau maupun masyarakat setempat di Mukomuko. Hasil kajian menunjukkan ada beberapa faktor orang Minangkabau cepat beradaptasi, diantaranya faktor historis. Orang Mukomuko mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau. Orang Minangkabau telah banyak membawa perubahan. Mereka berinteraksi cenderung mengedepankan kerjasama, baik sesama penduduk setempat maupun penduduk pendatang lainya. Dengan adanya adaptasi antara orang Minangkabau dengan penduduk setempat, hal ini merupakan pendukung kultur budaya lokal menuntun mereka untuk dapat saling mempengaruhi dan dapat memperkaya kasanah budaya daerah
Orang Minangkabau di Kerinci: dari kemerdekaan sampai reformasi 1945-1998
Diperkirakan kedatangan orang Minangkabau ke Kerinci melalui tiga jalur. Pertama melalui migrasi Perpindahan orang Minangkabau dari Sumatera Barat ke Kerinci tidak melalui program pemerintah, mereka datang diajak oleh kerabat keluarganya yang sudah menetap di Sungai Penuh. Kedua melalui perdagangan. Hal ini terlihat bahwa orang Minangkabau yang tinggal di Sungai Penuh hingga saat ini masih banyak bertumpu pada perdagangan seperti membuka rumah makan dan perdagangan lainnya. Selanjutnya yang Ketiga, melalui pengabdian tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kondisi real lainnya adalah di Kota Sungai Penuh, pusat perdagangan umumnya ditempati oleh etnis Minangkabau. Pembauran yang terjadi antara orang Kerinci dengan Minangkabau di Kota Sungai Penuh sudah lama berlangsung. Hingga sekarang belum pernah kita mendengar terjadi konflik etnis tersebut. Yang menariknya baik orang Kerinci maupun orang Minangkabau di Sungai Penuh bisa saling mengerti bahasa yang dipergunakan dalam kegiatan perdagangan dan pergaulan sehari-hari. Tidak heran kalau orang Kerinci sebagian besar bisa berbicara dan mengerti dengan bahasa Minangkabau. Begitu juga sebaliknya orang Minangkabau bisa berbicara dan mengerti dengan bahasa Kerinci
ANNA KUMARI: MAESTRO SENI TARI DAN SONGKET PALEMBANG
Penulisan biografi Anna Kumari bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan pemikirannya tentang tari dan songket tradisional Palembang. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu menjelaskan suatu persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosok Anna Kumari adalah sebagai seorang seni pertunjukan dan koreografer terkemuka di Palembang dimana ia menciptakan tidak kurang dari 50 jenis tarian tradisional dan tarian kontemporer. Karya tariannya tidak hanya tampil di bumi Sriwijaya tapi juga mencapai panggung nasional, bahkanmancanegara. Anna Kumari juga dikenal sebagai penenun Songket Palembang yang terkenal. Usaha menenun awalnya didirikan untuk memenuhi kebutuhan tari dan kemudian pada akhirnya berkembang menjadi industri rumah tangga yang sedang berkembang. Anna Kumari telah menerima banyak penghargaan atas usahanya mempromosikan Songket Palembang, baik dari pemerintah, maupun institusi lainny
Maestro dalam bidang kebudayaan di Provinsi Sumatera Barat: Alda Wimar dan karyanya
Alda Wimar, adalah seniman yang multi talenta yang telah banyak menghasilkan karya dibidang seni. Puisi-puisi Alda Wimar dimuat dalam kumpulan Penyair Muda Sumatera Barat tahun 1978 bersama Indra Nara Persada, Sofia Trisni, Asri Rosdi, Syarifuddin Arifin, dan Yose Hermand. Ia menulis dan ikut memainkan ratusan sandiwara radio di RRI Padang, Naskah dramanya “Pucuk Tajam Rimba Ilalang” mendapat penghargaan khusus dalam Festival Teater Sumatera Barat 1982. Alda Wimar adalah seorang perintis musikalisasi puisi di Sumatera Barat. Bersama istrinya, Nina
Rianti, ia mendirikan komunitas musikalisasi puisi pentassakral pada tahun 1991. Kelompok ini telah menggarap banyak puisi penyair Indonesia dan Malaysia dalam bentuk musikalisasi, dan tampil dalam banyak kesempatan. Alda juga merintis pembuatan dokumenter profil seniman Sumatera Barat yang diproduksi oleh Dewan Kesenian Sumatera Barat, antara lain Wakidi, Rusli Marzuki Saria, Arby Samah, Darwis Loyang, BHR Tanjung, Sawir,
Inyiak Palatiang, Manti jo Sutan. Selain itu, bersama Padang Art Studio yang didirikannya, Alda juga banyak diminta membuat dokumentasi kesenian Sumatera Barat, termasuk Pekan Budaya. Padang Art Studio juga bekerjasama dengan IDEP Foundation untuk aktivitas pengurangan resiko bencana, antara lain pembuatan film semi dokumenter rumah aman gempa dan perlombaan
yang mensosialisasikan rumah aman gempa
PERKEMBANGAN LEMBAGA AGAMA ISLAM DI KOTAMADYA PONTIANAK PADA AKHIR ABAD KE 20
Artikel ini bertujuan mengungkapkan dan menjelskan masuk dan berkembangnya agama Islam serta perkembangan lembaga agama Islam. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu menjelaskansuatu persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukan, bahwa masuknya agama Islam di Kalimantan Barat atau Kotamadya Pontianak khususnya bukanlah dibawa oleh suatu badan khusus dibawah naungan organisasi Islam, melainkan hanya merupakan kegiatan perorangan, mengajarkan dan menyampaikan ajaran-ajaran (da’wah) yang dilakukan sambil berdagang. Daerah pesisir utara Kalimantan Barat yang membujur dari Selatan ke utara yang meliputi daerah-daaerah Ketapang, Sukadana, Matan, Mempawah dan Sambas merupakan daerah-daerah yang pertam kali mendapat pengaruh agama Islam. Perekembangan selanjutnya menyusuri Sungai Kapuas, Sungai Landak terus masuk sampai kedaerah pedalaman. Pembawa pengaruh agama Islam ini adalah para pendatang (pedagang) dari Sumatera Selatan (Palembang), Jawa bahkan dari Brunei dan juga orang-orang asing dengan melalui perdagangan dan tidak melalui misi organisasi keagamaan. Masuknya Islam di Kotamadya Pontianak bersamaan dengan berdirinya Masjid Sultan Abdurrahman atau kerajaan Pontianak. Kerajaan Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh Syarif Abdurrahman, putera Al-Habib Husein, seorang ulama besar yang menurut sejarahnya berasal dari penduduk Kota Trim Hadralmaut negeri Arab. Perkembangan agama Islam juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pengembangan Islam seperti alim ulama, masjid atau musalla dan organisasi-organisasi pengembangan Islam lainya
PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada fenomena yang masih sering terjadi di mana para manajer perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan tindakan manajemen laba. Tujuannya adalah untuk menghadirkan laporan keuangan yang menarik bagi investor agar mau berinvestasi dalam perusahaan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari beberapa faktor, yaitu leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan oleh manajer, dan kepemilikan oleh institusi terhadap praktik manajemen laba dalam perusahaan-perusahaan tersebut.
Populasi penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2016 hingga 2022. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yang berarti pemilihan sampel didasarkan pada kriteria tertentu. Data untuk penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan keuangan perusahaan yang dapat diunduh dari situs web www.idx.com. Analisis data dilakukan menggunakan metode regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS Versi 22.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba, sementara ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Namun, kepemilikan institusi institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba secara parsial. Ketika dianalisis secara bersama-sama, variabel leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan oleh manajer, dan kepemilikan oleh institusi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi yang berharga bagi calon investor, kreditur, dan masyarakat umum sebagai dasar dalam mengambil keputusan investasi. Selain itu, penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya untuk mempertimbangkan penambahan tahun/periode penelitian, indikator/pengukuran yang digunakan serta variabel lain yang dapat memengaruhi praktik manajemen laba, seperti likuiditas, return saham, struktur modal, tata kelola perusahaan yang baik, laporan keberlanjutan, dan variabel lainnya.
Kata Kunci : Manajemen Laba, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional
Bunga rampai sejarah Bengkulu: Bengkulu dari masa kolonial hingga era otonomi daerah
Perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di
Bengkulu melibatkan berbagai kelompok, baik militer rnaupun sipil atau peloogai kelompok organisasi pemuda dan anggota rnasyarakat yang terlibat atau meliootkan diri ke dalam berbagai macam institusi atau badan-badan perjuangan yang dibentuk pada masa itu. Tiga kelompok utama yang menjadi motor penggerak revolusi fisik di Bengkulu ialah (1)kelompok intelektual kelas menengah dalam masyarakat; mereka umumnya terdiri dari kelompok elit politik senior yang dihorrnati. (2)Lapisan kedua di belakangnya ialah kelompok pemuda aktivis dan pemuda yang mendapat pendidikan militer ~da Zaman Jepang khususnya Giyugun dan Heih, dan (3) Kelompok-kelompok dominan di kota dan pedesaan, khususnya dengan latar belakang ideologi Islam. Sebelum pendudukan Jepang Daerah Bengkulu meru~an suatu Keresidenan yang terdiri dari daerah Kotapraja Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten bengkulu Utara dan Kabupaten Rejang Lebong ditambah dengan daerah Kerui, T~ung Sakti, dan Muara Sindang. Setelah perxludukan Jepang dan masa Revolusi Bersenjata, daerah-daerah Keru~ Tanjung Sakti dan Muara Sindang dimasukkan ke dalam Keresidenan Palemhlng dan Lampung. Setelah Proklarnasi 17 Agustus 1945, rnaka daerah-daerah seluruh Irxlonesia menanti keputusan dari Pemerintah Pusat untuk menyesuaikan diri dengan Negara Kesatuan Republik Irxlonesia yang merdeka
Bunga rampai sejarah Sumatera Barat : Sumatera Barat dari zaman Jepang hingga era reformasi
Bunga rampai dengan terna Sumatera Barat dari Zaman Jepang
hingga Era Reformasi memuat karya, pertama karya Ajisrnan dengan judul Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998. Ajisman menjelaskan bahwa ruang Pendidik INS Kayutanam didirikan oleh Muhammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926, dan pada awal berdirinya mendapat dukungan dari organisasi Pegawai Kereta Api.Prinsip Ruang Pendidik INS ooalah berdiri sendiri tanpa mau menerima bantuan yang mengikat dan semua alat-alat serta ruang sekolah dibuat sendiri oleh murid-murid cari sendiri dan keija sendiri