4 research outputs found

    Mapping of Ecosystem Management Problems in Gili Meno, Gili Air and Gili Trawangan (Gili Matra) Through Participative Approach

    Full text link
    Coral reefs, mangroves and birds are becoming the major attraction of tourism in three islands - Gili Meno, Gili Air and Gili Trawangan (Gili Matra) - Lombok, Indonesia. Since the launching as a conservation area in 1993, tourism in Gili Matra has grown rapidly. On the other hand, the ecosystem continues to be degraded. Sooner or later, the ecosystem degradation will affect tourism and economic sustainability of the community in Gili Matra. The purposes of this study were to identify the stakeholders, and to map the ecosystem management problems in Gili Matra, to provide the basis for policy making in the future. The research method was depth interviews and focus group discussion (FGD). Identification of stakeholders was conducted using stakeholder analysis, while mapping of ecosystem management problems was carried out by participatory mapping. The stakeholders, who manage the ecosystem as tourism assets in Gili Matra, are: government, community and businessmen. The fishermen, tourists and businessmen are the primary stakeholders, meaning they have a high interest and the greatest influence on ecosystem management. Destructive behavior of stakeholders, especially the main stakeholders has led to the degradation of the ecosystem in Gili Matra, so it is important to nurture these stakeholders, to sustain tourism and economic viability of the community in Gili Matra

    Struktur Vegetasi Mangrove Alami dan Rehabilitasi Pesisir Selatan Pulau Lombok

    Full text link
    Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi laju kerusakan hutan mangrove di Indonesia salah satunya di kawasan Teluk Gerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi mangrove hasil rehabilitasi di Teluk Gerupuk dengan mebandingkan struktur vegetasi mangrove di kawasan tersebut dengan ekosistem mangrove alami. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2019 di dua kawasan hutan mangrove di pesisir selatan pulau Lombok yaitu hutan mangrove alami desa Pemongkong dan hutan mangrove rehabilitasi Teluk Gerupuk. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek berpetak dengan ukuran petak 10 x 10 m untuk tipe pohon, sub petak 5 x 5 m untuk tipe pancang, dan petak semai berukuran 2 x 2 m. Terdapat 11 spesies mangrove ditemukan di dalam plot penelitian dengan persebaran spesies yaitu 8 spaesies ditemukan di hutan mangrove alami Pemongkong dan hanya 7 spesies ditemukan di hutan mangrove rehabilitasi Gerupuk. Spesies mangrove yang dimaksud termasuk ke dalam 4 famili yaitu Avicenniaceae (Avicennia alba, A. marina, A. lanata), Rhizophoraceae (Ceriops decandra, C. tagal, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa), Rubiaceae (Scyphiphora hydrophyllaceae) dan Sonneratiaceae (Sonneratia alba, S. casiolaris). Struktur vegetasi kedua ekosistem sangat berbeda terlihat pada vegetasi penyusunnya. Hutan mangrove alami Pemongkong didominasi oleh jenis Sonneratia alba dan Avicennia alba yang memiliki Indeks nilai penting (INP) untuk tipe pohon dan pancang dengan nilai masing-masing 132,37 dan 141,52, sedangkan hutan mangrove rehabilitasi didapatkan INP tertinggi pada tipe pohon dan pancang yaitu jenis R. apiculata dan R. stylosa dengan INP berturut-turut 140,5 dan 116,41. Rehabilitasi hutan mangrove dengan metode yang selama ini dilakukan telah mengubah struktur vegetasi hutan mangrove di Pulau Lombok yang juga dapat mempengaruhi fauna asosiasi dan ekosistem sekitar mangrove. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta analisis terlebih dahulu terhadap lokasi tujuan rehabilitasi mangrove agar untuk terbentuknya hutan mangrove rehabilitasi yang lebih sesuai dengan biota asosiasi dan ekosistem sekitar yang telah ada sebelumnya

    Keanekaragaman Serangga Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Sungai Jangkok, Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    Keberadaan serangga Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera (EPT) di suatu perairan dapat dijadikan indikator kualitas perairan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui keanekaragaman serangga EPT di Sungai Jangkok, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 2) menentukan kualitas perairan Sungai Jangkok berdasarkan family biotic index (FBI), dan 3) mengetahui pengaruh parameter fisik, kimia, dan biologi lingkungan terhadap keberadaan serangga EPT. Pengambilan sampel serangga dilakukan pada bulan Juli 2016 menggunakan eckman grab dan jaring air secara acak sistematik pada 22 titik yang tersebar di bagian hulu, tengah, dan hilir Sungai Jangkok. Selain itu, dilakukan juga pengukuran data fisik, kimia, dan biologi lingkungan perairan. Kualitas perairan ditentukan dengan nilai FBI, serta analisis korelasi berganda untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik dan kimia lingkungan perairan dengan keberadaan serangga EPT. Penelitian menemukan 902 individu serangga EPT yang tergolong dalam 12 famili dan 12 genus. Di bagian hulu ditemukan 788 individu (12 famili dan 12 genus), di bagian tengah 114 individu (10 famili dan 10 genus), sedangkan di bagian hilir tidak ditemukan serangga EPT. Dari tujuh parameter fisik dan kimia perairan yang diuji korelasinya terhadap keberadaan serangga EPT, hanya suhu air yang pengaruhnya signifikan. Perbedaan suhu air di hulu, tengah, dan hilir disebabkan oleh perbedaan tutupan dan heterogenitas vegetasi di pinggir sungai. Nilai FBI pada bagian hulu adalah 3,6 yang menunjukkan bahwa kualitas perairannya sangat baik. Pada bagian tengah, nilai FBI sebesar 4,6 dan masuk kategori baik. Pada bagian hilir hasil perhitungan FBI mendapatkan nilai tidak terhingga sehingga masuk kategori buruk sekali

    Pemanfaatan Sampah Plastik Dan Styrofoam Sebagai Media Hidroponik Bagi Masyarakat Pesisir Ampenan

    Full text link
    Sampah plastik dan styrofoam adalah jenis sampah yang paling banyak ditemukan berserakan di wilayah pesisir dan laut wilayah Ampenan. Sampah jenis ini dapat mengganggu estetika kawasan pesisir, mencemari perairan, dan menghalangi penetrasi matahari di laut. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat pesisir terhadap alternatif pemanfaatan sampah plastik dan styrofoam sebagai media tanam,  Kegiatan dilaksanakan dari bulan agustus sampai Oktober 2021. Kegiatan ini berfokus pada masyarakat pesisir Ampenan yang terdiri atas para nelayan, ibu rumah tangga dan remaja. Penerapan metode Forum Discussion Group (FDG) dengan sistem membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang peserta, yang berguna untuk memaksimalkan capaian tujuan kegiatan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sosialisasi yang diberikan mencakup pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pesisir dan laut, pentingnya menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh dengan mengkonsumsi sayur mayur. Selain itu, tim kegiatan menyampaikan teknik pemanfaatan sampah plastik dan styrofoam sebagai media tanam hydroponik. Kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan media tanam hidroponik dari sampah plastik bekas minuman dan kotak buah styrofoam. Selanjutnya, peserta melakukan praktik menanam menggunakan olahan sampah, yang dibimbing langsung oleh narasumber. Hasil evaluasi kegitan yang dilakukan dengan metode survey menunjukkan, 100% peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, 80% peserta memahami materi dan teknik pembuatan media hidroponik dari sampah plastik dan styrofoam, 100% peserta menginginkan adanya pendampingan pasca kegiatan
    corecore