36 research outputs found

    KELAYAKAN TEKNIS EKONOMIS VARIETAS PADI SAWAH PENDEKATAN PTT SPESIFIK LOKASI DI PAPUA (Kasus Kabupaten Jayapura)

    Get PDF
    Kajian bertujuan mengetahui kelayakan teknis ekonomis varietas sawah di Desa Sumbe, Distrik Namblong, Jayapura berupa on farm research melibatkan petani kooperator seluas 2,50 ha, Juli hingga November 2011. Teknologi yang diintroduksi: PTT, sistem legowo 4:1, benih berlabel varietas Inpari 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, dan Sintanur. Pupuk: urea 150 kg+100 kg SP-36+100 kg KCL+50 kg Phonska per ha. Variabel: tinggi dan jumlah anakan 35 dan 65 hst, berat 1000 biji, produktivitas, input, output. Data dianalisis secara deskriptif. Produktivitas tertinggi pada varietas Inpari 7 (7,925 ton per ha gkg) dan terendah varietas Sintanur (4,625 ton per ha gkg). Hama menonjol: hama putih palsu dan walang sangit. Pengeluaran terendah pada varietas Ciherang petani non kooperator Rp 12.150.000 per ha per MT dan tertinggi varietas Inpari 7 (Rp 15.005.000 per ha per MT). Penerimaan terendah pada varietas Ciherang petani non kooperator, Rp 16.400.000 per ha per MT dan tertinggi pada varietas Inpari 7, Rp 27.700.000 per ha per MT. Jika menerapkan teknologi anjuran menggunakan varietas Inpari 7, penerimaan Rp 3.173.750 per bulan (lebih besar UMR Jayapura). Perlu dukungan pemda agar ketergantungan dari luar dapat diminimalkan.Kata kunci: kelayakan, padi, Papu

    PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMILIHAN SAYURAN ALTERNATIF DI PROVINSI PAPUA (Kasus Kabupaten Jayapura)

    Get PDF
    Tujuan: mengemukakan preferensi konsumen dalam penentuan usaha tani sayuran. Metode: kombinasi desk study dengan QSA, Juli 2015. Pengambilan data acak di pasar Sentani dan swalayan, masing-masing 25 responden. Pengamatan: (i) Selera; (ii) Harga produk; (iii) ketahanan kesegaran alami; (iv) Kandungan gizi atau vitamin; (v) Mutu. Parameter utama produsen: (i) Tingkat harga hasil; (ii) Harapan keuntungan; (iii) Risiko gagal; (iv) Penguasaan teknologi; (v) Kebutuhan modal produksi; (vi) kemudahan budidaya. Analisis data sistem skoring dilengkapi analisis deskriptif. Hasil: sayuran pilihan utama konsumen: (1) terong, bayam, kangkung, ketimun; (2) tomat, buncis, cabe rawit, sawi, kubis; (3) bawang merah, cabe besar. Faktor penentu pilihan sayuran: (i) mudah budidayanya, (ii) kebutuhan modal relatif rendah, (iii) risiko kegagalan rendah, (iv) harga relatif baik. Jenis sayuran prioritas: (1) kacang panjang, terong, ketimun, kangkung, bayam (2) sawi, cabe rawit, tomat, buncis. Jenis sayuran lainnya, walaupun harga jual dan keuntungan tinggi, petani enggan mengusahakan, karena butuh modal besar dan risiko gagal tinggi. Bagi petani sayur modal lemah perlu: (i) kredit, (ii) pemberian kredit selektif dengan perhitungan cermat

    PROSPEK PENGEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN KERING DI PROVINSI PAPUA

    Get PDF
    Pengembangan lahan kering di Provinsi Papua diarahkan tidak saja pada komoditas perkebunan seperti kopi, kakao, dan kelapa akan tetapi juga untuk pengembangan padi gogo, kedelai, dan jagung.  Jagung memiliki komposisi terbesar untuk pakan, bahan baku industri, minyak makan, pati, dan minuman. Dalam kebijakan pembangunan pertanian Provinsi Papua,  pemerintah menetapkan pengembangan jagung sebagai salah satu komoditas pangan prioritas, di samping padi dan kedelai. Namun produktivitas yang dicapai kurang dari1,8 ton per ha, sedangkan hasil pengkajian lebih dari 10 ton per ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan teknologi peningkatan hasil (benih, pupuk) belum dikuasai petani secara utuh dan faktor sosial ekonomi (kelangkaan modal). Perlu dorongan motivasi untuk peningkatan produktivitas diantaranya pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu  pada tanaman jagung. Penggunaan pupuk berupa Urea 250 kg + 100 kg SP-36 + KCl 100 kg per ha bisa meningkatkan produktivitas jagung. Terdapat 4.445.871 ha untuk pengembangan jagung di Papua

    PENGEMBANGAN USAHA TANI PADI SAWAH DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA

    Get PDF
    Makalah ini bertujuan melihat status teknologi, terutama teknologi pra panen, guna melihat peluang peningkatan produksi padi masa datang di Kabupaten Merauke dan diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah dalam meningkatkan produksi padi sawah. Pengkajian perbaikan teknologi padi sawah sudah banyak dilakukan.  Introduksi mekanisasi untuk pengolahan tanah dan penggunaan varietas unggul sudah banyak  diadopsi petani. Namun kebutuhan benih bermutu perlu ditingkatkan. Petani banyak menggunakan jarak tanam beragam, perlu  mempersempit jarak tanam dengan teknologi Legowo 2:1, 4:1 atau Legowo 6:1, penggunaan pupuk belum maksimal sehingga produktivitas rendah. Dari hasil pengkajian diketahui bahwa produktivitas padi bisa ditingkatkan lebih tujuh ton per ha.  Perlu strategi kebijakan: (1) membangun kelompok agribisnis padi sawah, (2) pengembangan sistem benih, dan (3)  memberdayakan kelembagaan informasi sebagai kreditur. Secara teknis, peluang peningkatan produktivitas padi di Merauke masih dapat dilakukan, terutama penggunaan varietas unggul adaptasi, seperti Memberamo, Menkongga, dan Ciliwung serta varietas INPARI 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9,10, 13,  dan varietas lahan rawa INPARA 1, 2, 3, 5 yang beradaptasi baik, dosis pupuk, dan jarak tanam serta dukungan moral dari pemerintah daerah

    KERAGAAN TEKNOLOGI KACANG TANAH DI SARMI, PAPUA

    Get PDF
    Kajian bertujuan melihat keragaan teknologi budidaya dan analisis usaha kacang tanah. Survei dilakukan bulan November hingga Desember 2010. Penentuan lokasi secara purposive, di Kabupaten Sarmi. Responden sebanyak 30 petani diambil dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner semi terstruktur dilengkapi FGD. Data hasil panen dikumpulkan Juli hingga Oktober 2010, meliputi karakteristik, input, dan output usaha tani. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.  Hasil: petani adalah transmigran NTT, NTB, dan Jawa Tengah.  Rata-rata garapan 0,80 ha per petani dengan varietas unggul nasional turunan hasil sendiri dan menukar petani tetangga (varietas Banteng dan Kidang). Jumlah benih 37,3 kg biji per ha, jarak tanam 20 x 30 cm; 25 x 30 cm, dan 20 x 40 cm.  Petani tidak menggunakan pupuk an-organik. Curahan tenaga kerja 86,4 HOK per ha. Pola tanam: (1) kacang tanah – kedelai - kacang tanah; (2) kacang tanah - kacang tanah - kedelai, dan (3) kacang tanah – jagung - kedelai, serta (4) kacang tanah - padi gogo - sayuran. Pengolahan tanah secara minimum tillage.  Produktivitas 785 kg per ha biji. Pendapatan: Rp 3.244.250 per MT. TIP dan TIH berada di bawah nilai produktivitas dan harg

    KELAYAKAN TEKNOLOGI PAKAN FERMENTASI PADA PENGGEMUKKAN DOMBA BATUR

    Get PDF
    Kajian bertujuan untuk mengetahui kelayakan ekonomis dan teknis teknologi pakan yang difermentasi menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) pada penggemukkan domba batur.  Pengujian dilaksanakan di kelompok tani Manunggal Mandiri Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah pada bulan Mei-September 2016. Kegiatan melibatkan peternak sebagai kooperator menggunakan 21 ekor domba Batur jantan umur 6 bulan dengan bobot awal 25-30 kg,  dikelompokkan menjadi 3 perlakuan masing-masing mendapat pakan lengkap yang mengandung MOL 0,3 %, 0,5 % dan 0,7 %. Sebagai kontrol dilakukan pengamatan terhadap 7 ekor domba yang dipelihara peternak (non kooperator). Pengamatan dilakukan setiap 10 hari dalam kurun waktu penggemukkan 3 bulan (90 hari). Bahan untuk membuat MOL adalah rumen domba batur, daun carica, bekatul padi, tetes tebu dan air.  Data yang dikumpulkan meliputi input produksi ternak yaitu: pakan, tenaga kerja, sewa kandang, obat-obatan, dan data output produksi berupa pertambahan bobot badan, kotoran, bulu domba dan urine.  Data input dan output  dinilai dalam bentuk rupiah. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif (B/C dan MBCR).  Dari hasil kajian  penggunaan pakan lengkap yang difermentasi dengan  MOL 0,7% pada penggemukkan domba batur yang terbaik dengan nilai keuntungan Rp 2.863.640 (B/C 2,16) dan nilai MBCR 5,15, sedangkan pola petani Rp 634.880 (B/C 1,23).  Teknologi pakan difermentasi menggunakan MOL untuk pengemukan domba batur layak dikembangkan.

    PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) JAGUNG MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Dl LAHAN KERING PAPUA

    Get PDF
    Kajian bertujuan menganalisis dan memperoleh informasi teknologi peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan baru jagung pada lahan kering agroekosistem dataran rendah di sentra pengembangan Kabupaten Nabire. Pengkajian dilaksanakan Agustus hingga November 2013. Pemilihan lokasi secara purposive atas dasar Kabupaten Nabire merupakan salah satu sentra pengembangan jagung di Papua. Dari Nabire ditentukan Distrik Wanggar yang terluas menanam jagung, kemudian ditentukan kampung Wiraska, kemudian ditentukan kelompok tani Sri Rejeki. Kegiatan lapang menggunakan rakitan teknologi spesifik lokasi dengan pendekatan PTT jagung, melibatkan 12 petani sebagai kooperator (introduksi) dengan luas kajian tiga ha. Sebagai pembanding, data dikumpulkan dari petani non kooperator (eksisting) menggunakan kuisioner sebanyak 55 petani. Data yang dikumpulkan: data sosial ekonomi (input dan output), keragaan teknologi usahatani jagung. Untuk petani kooperator dikumpulkan dengan farm record keeping. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil: pada kondisi eksisting, petani menggunakan pupuk Urea 35,6 kg+14,5 kg SP-36_KCl 7,2 kg+fhonska 62,4 kg per ha dengan tingkat produktivitas 2,71 ton per ha dengan tingkat pendapatan Rp 6.030.310 per ha. Petani kooperator produktivitasnya 3,957 ton per ha, tingkat pendapatan Rp 10.616.500. Produktivitas petani kooperator lebih tinggi 31,5 persen. Diketahuinya produktivitas penerapan PTT yang lebih tinggi menunjukkan perlu dikembangkannya lebih lanjut, terutama di kawasan pengembangan jagung di kabupaten Nabire
    corecore