73 research outputs found

    Association between hyperglycemia and organ dysfunction in shock patients

    Get PDF
    Background Hyperglycemia is an important marker of both poor clinical outcomes and high mortality rate in critically ill patients. Glucose toxicity results in cell damage that leads to organ dysfunction. Objective To evaluate for an association between hyperglycemia and the incidence of organ dysfunction in shock patients. Methods This cross-sectional study was conducted in the pediatric intensive care unit (PICU) of Dr. Moh. Hoesin Hospital, Palembang from June to November 2011. Subjects were consecutively-enrolled, shock patients without a history of diabetes mellitus. Illness severity and organ dysfunction were determined by pediatric risk of mortality (PRISM) III score and pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) scores, respectively. Hyperglycemia was defined as a blood glucose level 2: 110 mg/dL. Statistical analysis was performed with SPSS version 15. Results Mean age of subjects was 2.30 (SD 2.93) years. Mean PRISM III score was 15 .11 (SD 5 .63). Prevalence of hyperglycemia was 80.0%. Mean glucose level was 179.51 (SD 86.84) mgldL. Mean PELOD score was 16.02 (SD 13.87). Organ dysfunction was observed in 86.7% of subjects. The most common organ dysfunction observed in our subjects was liver dysfunction (73.3%). There was a significant association between hyperglycemia and organ dysfunction (OR43.750;95%CI 4.036 to474.252, P=0.001). The blood glucose level cutoff points indicative of organ dysfunction, PRISM III score 2: 8, and PELOD score 2: 20.5 were 114.5 mg/ dL, 129 mgldL, and 166 mg/dL, respectively. Conclusion There is an association between hyperglycemia and organ dysfunction. The upper limit blood glucose level indicative of organ dysfunction is 114.5 mg/dL. A glucose level of 129 mgldL may be considered to be a warning to start blood glucose monitoring. A level above 166 mgldL may be used to indicate the necessity of starting insulin therapy intervention

    KARAKTERISTIK DEMOGRAFI, KLINIS DAN LABORATORIS DEMOGRAFI, PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 1 PADA ANAK DI RSUP DR. M. HOESIN PALEMBANG TAHUN 2010-2017

    Get PDF
    Diabetes melitus tipe 1 (DMT1) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat defisiensi absolut sekresi insulin yang disebabkan oleh dekstrusi sel beta (islet) pankreas yang akhirnya dapat mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penelitian tentang epidemiologi karakteristik DMT 1 di Sumatera Selatan masih terbatas. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik demografi, klinis dan laboratoris pasien diabetes melitus tipe 1 pada anak di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang tahun 2010–2017. Penelitian observasional deskriptif potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis dan data pasien di Departemen Anak RSUP dr Moh Hoesin Palembang tahun 2010-2017. Sampel penelitian ini berjumlah 57 kasus., tetapi tidak seluruh rekam medik memiliki data lengkap mengenai setiap variabelnya. Sehingga jumlah kasus tiap variabel berbeda-beda. Hasil dari penelitian ini akan di dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Dari 57 kasus pasien DM tipe 1 didapatkan penderita terbanyak ditemukan pada usia 6-11 tahun (40,0%) dan terbanyak pada perempuan (59,6%) dan dengan IMT terbanyak pada kelompok IMT10% (86,8%), kadar keton urin (++) (30,0%), dosis rata-rata pasien usia 0-5 tahun adalah 0,7-1,2 IU, 6-11 tahun 0,7-1,3 IU dan 12-18 tahun 0,8-1,5 IU, komplikasi KAD saat pertama kali terdiagnosis (56,5%), datang ke RS dengan rujukan (87,2%) dan korelasi antara kejadian KAD dan kadar HBA1c menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah (r=1,000) serta signifikan (?=0,034). Pada penelitian ini lebih banyak penderita berumur 6-11 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki IMT 300, HBA1c >6,5,  KAD (56,5%), adanya korelasi yang sangat kuat, searah dan signifikan antara kejadian KAD dan kadar HBA1c

    Pengembangan Potensi Lokal di Desa Panawangan sebagai Model Desa Vokasi dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional

    Get PDF
    Desa Vokasi merupakan desa yang dijadikan model pengembangan potensi lokal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Potensi lokal pedesaan merupakan komoditas yang patut dikembangkan karena berperan penting dalam mengangkat taraf hidup bangsa pada umumnya dan masyarakat desa pada khususnya. Potensi lokal yang dikembangkan di Desa Panawangan berupa perikanan, peternakan, dan pertanian. Ketiga bidang tersebut dikembangkan dengan menerapkan bioteknologi sederhana. Budidaya ikan bawal menjadi pilihan utama untuk dikembangkan. Budidaya ikan bawal organik dengan sentuhan bioteknologi merupakan hasil penelitian di SITH. Kegiatan ini meliputi persiapan induk, larvikultur dengan sistem resirkulasi, growing, penyiapan pakan fermentasi organik, dan pemanfaatan ikan yang dihasilkan. Luas seluruh kolam ikan yang digunakan mencapai 9.433,32 m2, dimiliki oleh 30 orang petani. Pelatihan dan pendampingan diberikan oleh dosen dan 22 orang mahasiswa selama dua tahun berturut-turut. Produk yang dihasilkan dipasarkan dengan strategi bisnis dan pengemasan yang menarik, bekerja sama dengan Agato (pemasok sayuran organik). Pengembangan potensi tersebut merupakan bukti pengabdian SITH-ITB yang melakukan transfer teknologi kepada masyarakat Desa Panawangan. Dari 7 dusun yang diberikan pelatihan, saat ini telah berkembang dan diterapkan di 8 desa dan 3 kabupaten di luar Panawangan; yakni Desa Babantar, Desa Kawali Mukti, Desa Rajadesa, Desa Ciendut, Desa Nagara Pageuh, Desa Nagara Jaya, Desa Lumbung Girang, dan Desa Mulya Sari. Kabupaten yang menerapkan sistem tersebut adalah Garut, Kadipaten, dan Tasikmalaya.Kata kunci: Desa Vokasi, Potensi Lokal, Desa Panawangan, Ketahanan Pangan AbstractVocational village program is a model of local resources development for increasing wealthy in remote area. Local potential commodity is important to be developed because of its role in rising wealth. Fishery, ranch, and agriculture are the local potential commodity developed in Panawangan Village. Those commodities are developed using simple biotechnology principle. White Organic Pomfret fishery in freshwater using simple biotechnology ptinciple is the main activity in this programme as the result of research in SITH. The fishery activity includes parent preparation, larviculture with resirculation system, growing, organic fermented feed, and developing fishery product. Fishery pond with 9,433.32 m2 in wide and 30 farmers are utilized in this activity. Training and support system are provided by our team for two years. The products are packed, sold to market by using market and management strategy, in collaboration with Agato (organic vegetable supplier). Those development are the form of empowerment program by SITH ITB. Nowadays, there are 8 villages and 3 residences outside Panwangan and Ciamis apply the system. They are Babantar village, Kawali Mukti village, Rajadesa village, Ciendut village, Nagara Pageuh village, Nagara Jaya village, Lumbung Girang village, and Mulya Sari village. The residences are Garut, Kadipaten, dan Tasikmalaya.Keywords: vocational village, local potency, Panawangan Village, Food Securit

    Analysis of Bacterial Community level Physiological Profiling on the Fermentation of Traditional Pliek u using BIOLOG EcoPlates

    Get PDF
    Pliek u is an Acehnese traditional condiment made from fermented coconut (Cocos nucifera) endosperm. The traditional pliek u fermentation process typically involves a diverse bacterial community. This research aimed to discover the physiological profile of the bacterial community diversity in pliek u fermentation. BIOLOGTM EcoPlates was used to obtain the physiological functions of the bacterial community during the pliek u fermentation process. The bacteria were then isolated from EcoPlate substrate to determine the predominant microorganism. Results from the analysis showed that the value of the Average Well Colour Development (AWCD) increased during the EcoPlates incubation period. The AWCD values in sample IV were higher than the AWCD values in samples I, II, and III. PCA analysis showed that the use of EcoPlate substrate by the bacterial community at the beginning of the fermentation was correlated with the substrate groups of carbohydrate and polymer, and with the substrate groups of carbohydrate and the amino acid at the end of the fermentation. The phylogenetic analysis showed that EC1 had a close relation with Pseudomonas azotoformans strain NBRC, while EC3 had a close relation with Psedomonas lundensis strain ATCC 49968. In conclusion, there were changes in the use of EcoPlate substrate and the activities of the bacterial community during the pliek u fermentation process

    Coffee Plants' Endomycorrhizae Potential to increase the growth and nutrient uptake of Arabica Coffee (Coffea arabica L.) under Field Condition

    Get PDF
    Inorganic fertilizers utilization is the most common way to increase plant productivity. However, the intensive use of organic fertilizer can harm the environment. Therefore, alternative fertilization by utilizing soil microorganisms to provide plant nutrients is needed. Endomycorrhizae is known as a microorganism that can increase the availability of nutrients and plant growth. This study aimed to determine the potential of endomycorrhizae to increase the growth of arabica coffee seedlings under field conditions. A Randomized Complete Block Design (RCBD) with 5 replications was used with four treatments, i.e., (P0) control: without endomycorrhizae and fertilizer, (P1) inorganic fertilizer: NPK recommended dose for seedlings nine months after sowing (N 184 kg/ha, P2O5 72 kg/ha, and K2O 120 kg/ha from 400kg/ha urea, 200 kg/ha SP-36, and 200 kg/ha KCl, respectively), (P2) endomycorrhizae: 1:1 (w/w basis) endomycorrhizal inoculum-planting medium, and (P3) endomycorrhizae + organic fertilizer: 1:1 (w/w basis) endomycorrhizal inoculum-planting medium with the addition of chicken manure at a dose of 10 tons/ha. The results showed that endomycorrhizae could increase the growth of arabica coffee seedlings by increasing plant height, plant dry weight, and plant N, P, and K uptake by 15.4%, 23.3%, 52.5%, 90.8%, and 75.6%, respectively compared to the control with 67,5% of root colonization at 16 weeks after transplanting (WAT). In conclusion, endomycorrhizae can potentially increase the growth of arabica coffee seedlings under field conditions

    Hubungan usia menarche dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja di Kota Palembang

    Get PDF
    Beberapa tahun terakhir, awitan pubertas dan menarche terjadi pada usia yang semakin dini pada remaja di berbagai negara termasuk Indonesia. Prevalensi obesitas pada anak dan remaja di Indonesia pun cenderung meningkat. Beberapa studi menunjukkan bahwa peningkatan Indeks Massa Tubuh berpengaruh terhadap terjadinya pubertas dini yang merupakan faktor resiko berbagai penyakit.Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui hubungan usia menarche dengan Indeks Massa Tubuh pada remaja di Palembang.Penelitian ini adalah  studi observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswi di 4 SD dan 4 SMP di Palembang yang dipilih melalui stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan  sebanyak 388 responden memenuhi kriteria inklusi. Data usia menarche dan Indeks Massa Tubuh yang didapat melalui kuesioner dan pengukuran antropometri dianalisis menggunakan uji Chi-square.Dari 388 responden, sebanyak 49,5% mengalami menarche pada usia yang lebih awal dibanding rerata yaitu 12,36 tahun dan sekitar 20,1% berstatus gizi berlebih. Usia menarchererataresponden yang berstatus gizi berlebih lebih muda dibanding kelompok status gizi normal dan kurang. Hasil analisis menggunakan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara usia menarche dengan Indeks Massa tubuh (p=0,000).Kesimpulan penelitian ini menunjukkan Terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dan Indeks Massa Tubuh. Pengawasan ketat terhadap Indeks Massa Tubuh siswi sekolah dasar dan menengah diperlukan untuk mencegah terjadinya pubertas dini

    Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang

    Get PDF
    Obesitas merupakan masalah kesehatan di dunia yang terus meningkat setiap tahun. Obesitas yang disebabkan oleh interaksi faktor keturunan dan lingkungan (gaya hidup) ini berdampak pada begitu banyak komplikasi serius sehingga perlu ditanggulangi dengan cepat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh faktor keturunan dan gaya hidup dengan obesitas pada murid SD swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang. Jenis penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai bulan November 2012 pada murid SD Frater Xaverius 2 dan IPEKA. Sampel penelitian dipilih dengan metode case finding. Data yang dikumpulkan adalah berat badan dan tinggi badan anak, data faktor keturunan, dan gaya hidup. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh antara status gizi ayah terhadap obesitas anak (p 0,001; OR 3,233; 95% CI 1,647-6,345), pengaruh antara status gizi ibu terhadap obesitas anak (p 0,007; OR 2,836; 95% CI 1,365-5,891), pengaruh antara jumlah anggota keluarga obesitas terhadap obesitas anak (p 0,000; OR 3,463; 95% CI 1,738-7,634), pengaruh antara aktivitas fisik terhadap obesitas (p 0,032; OR 0,465; 95% CI 0,241-0,896), pengaruh antara gaya hidup sedentary terhadap obesitas anak (p 0,03; OR 2,199; 95% CI 1,129-4,284). Tidak terdapat pengaruh antara konsumsi camilan terhadap obesitas anak (p 0,202; OR 1,711; 95% CI 0,829-3,532) dan pengaruh antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji terhadap obesitas anak (p 0,395; OR 1,580; 95% CI 0,678-3,683). Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh antara status gizi ayah, status gizi ibu, jumlah anggota keluarga obesitas, aktivitas fisik, dan gaya hidup sedentary terhadap obesitas pada murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang

    Biosolubilisasi Batubara Hasil Iradiasi Gamma oleh Kapang Trichoderma sp.

    Get PDF
    Biosolubilisasi batubara adalah proses yang memiliki potensi untuk mengubah batubara padat menjadi bahan bakar cair dengan bantuan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untukmengamati kemampuan kapang Trichoderma sp. dalam mencairkan batubara dari jenis subbituminus hasil iradiasi gamma. Dosis iradiasi yang digunakan adalah 5, 10, dan 20 kGy dan sebagai pembanding adalah kontrol, yaitu batubara tidak diiradiasi. Metode yang digunakan adalah submerged culture dan inkubasi dilakukan pada suhu ruang dan agitasi 150rpm selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kolonisasi, pH medium dan produk solubilisasi berdasarkan nilai absorbansi pada λ250nm dan λ450nm serta analisis GC/MS untuk perlakuan terbaik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa biosolubilisasi batubara dapat ditingkatkan dengan iradiasi gamma. Kapang dapat tumbuh dengan baik dalam medium yang mengandung batubara hasil iradiasi dan pH medium menjadi lebih asam. Tingkat biosolubilisasi mengalami peningkatan tidak sebanding dengan dosis iradiasi. Dosis terbaik perlakuan adalah 20 kGy dengan produk biosolubilisasi berupa senyawa yang cenderung setara dengan bensin dan solar. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkanbahwa pra perlakuan batubara dengan iradiasi gamma memiliki potensi untuk digunakan dalam meningkatkan biosolubilisasi

    Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika (Kasus pada Petani Kopi Di Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat)

    Get PDF
    Coffee is an important export commodity for Indonesia, which is able to contribute a sizeable foreign exchange. West Bandung Regency is a regency in West Java province which have significant potential for the development of Arabica coffee commodity. Suntenjaya village, Lembang district is one of the Arabica coffee-producing areas in West Bandung regency. However, there are some obstacles in the development of arabica coffee farming including land resources utilization, harvest and post-harvest, quality and institutional aspects. Therefore, it is necessary to formulate business development strategies that can be applied arabica coffee farmers. Data and information needed were primary data and secondary data. Data were analyzed using SWOT analysis and QSPM. The study concluded that in order to help farmers in developing a business, there are several strategies a priority that can be conducted, that is  develop the processing of product, improve technical skills of farming to increase product quality, empowerment of farmer to further improve the business, increasing access to capital, optimize of farming business land, optimizing production capacity and maintain marketing network. Keywords: arabica coffee, SWOT analysis, coffee farming, the development strateg

    The Need Analysis for Developing Microbiology Practical Program in the Topic of Heavy Metals Bioremediation Microorganisms

    Get PDF
    The involvement of bacteria in lowering the concentrations of heavy metal contaminants in the environment is one of the most recent topics of discussion in the field of microbiology. This topic hasn't been brought up much in microbiology lectures thus far in the classroom. Therefore, it is important to analyze the requirement for the construction of a microbiology practical model with the focus on investigating heavy metal-bioremediating bacteria as environmental polluting agents. The curriculum papers in the biology education study program were analyzed using quantitative and descriptive research methodologies, with a focus on the microbiology course. Additionally, this study used both closed- and open-ended questions. We studied a total of 45 fourth-semester microbiology students from four different institutions, six microbiology lecturers from several Indonesian universities, and four biology teachers from Tanjung Pinang. It was discovered that environmental bioremediation needs to be covered in more detail in microbiology lectures and practicum for aspiring biology teachers based on an analysis of the curriculum, students' perspectives, and instructors' perceptions. Lectures on the subject of heavy metal bioremediation should cover it in detail and should provide useful knowledge. The teacher believes that lab exercises have the potential to be a successful teaching method for this subject
    • …
    corecore