14 research outputs found

    Perbedaan Kandungan Zat besi dan Zink Formulasi Cookies Substitusi Tepung biji labu kuning dan Daun kelor Untuk Ibu Hamil Anemia.

    No full text
    Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan pada ibu hamil. Data Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia ibu hamil di Indonesia meningkat yaitu dari 37,1% pada tahun 2013 menjadi 48,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan zat besi dan zink pada cookies tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor dengan formulasi berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana terdapat 2 formulasi dengan 3 kali pengulangan dengan total 6 unit percobaan dengan perbandingan formulasi pada cookies tepung terigu : tepung biji labu kuning : tepung daun kelor, yaitu T0 (100%:0%:0%) dan T1 (50%:45%:5%). Metode untuk menguji zat besi dan zink menggunakan metode AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar zat besi dan zink pada cookies tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor secara berurutan adalah 2,18 - 20,43 mg/100g dan 1,3 – 13,01 mg/100g. Hasil analisis statistik uji beda menggunakan Independent T Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kandungan zat besi (p- value = 0,000) dan kandungan zink (p-value = 0,000). Dari formulasi tersebut, perlakuan T1 yang merupakan formulasi terbaik dan memenuhi kebutuhan zat besi sebesar 29,6% AKG dan kebutuhan zink sebesar 42,5% AKG pada ibu hamil anemi

    Analisis Zat Gizi Bakso Analog Jamur Shiitake (Lentinula edodes) dan Tepung Kedelai (Glycine max) sebagai Makanan Fungsional Penyandang Obesitas.

    No full text
    Bakso analog adalah bentuk modifikasi dari makanan fungsional tinggi serat, yang baik untuk orang gemuk. Bahan dasar bakso analog adalah jamur shiitake dan tepung kedelai, jamur shiitake memiliki kandungan lemak rendah 3,58%, tinggi serat yaitu 37,4%, dan mengandung senyawa bioaktif yaitu -glukan dan eritadenin untuk mengatasi masalah obesitas. Tepung kedelai mengandung antioksidan yaitu isoflavon dan protein tinggi yaitu 39,69% sehingga memenuhi kriteria bakso berdasarkan SNI 01-3818:2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbohidrat, protein, lemak, air, abu, dan energi total pada bakso analog. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan dan empat perlakuan dengan perbandingan jamur shiitake dan tepung kedelai secara berurutan yaitu P0 (100:0), P1 (90:10), P2 (80:20), dan P3 ( 70:30). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) kadar karbohidrat, protein, lemak, air, abu, dan energi total bakso analog jamur shiitake dan tepung kedelai. Perlakuan terbaik adalah P2 dengan kandungan karbohidrat 49,98%, protein 12,80%, lemak 2,81%, air 29,97%, abu 4,43%, dan energi total 276,43. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bakso analog dengan jamur shiitake dan tepung kedelai dapat direkomendasikan untuk penderita obesitas, karena memiliki kandungan protein yang tinggi berdasarkan persentase pemenuhan kebutuhan protein dalam sehari mencapai 20,61

    “Perbedaan Kadar Asam Amino Esensial Cookies Substitusi Tepung Biji Labu Kuning dan Tepung Daun Kelor Untuk Penderita Jantung Koroner

    No full text
    Penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbanyak kedua setelah Stroke. Penurunan tekanan darah berpotensi menghambat hipertensi dan penyakit jantung koroner. Asam amino tertentu menunjukkan efek spesifik organ atau jaringan pada regulasi tekanan darah. Diantaranya adalah asam amino esensial seperti Lisin, Leusin, Valin, dan Triptofan. Biji labu kuning dan daun kelor merupakan bahan makanan sumber asam amino esensial. Pemanfaatan biji labu kuning dan daun kelor dapat dilakukan dengan subtitusi tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor dalam pembuatan cookies. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kadar asam amino esensial (lisin, leusin, valin, dan triptofan) pada cookies formulasi kontrol dan formulasi subsitusi tepung biji labu kuning (Cucurbita moschata) dan tepung daun kelor (Moringa oleifera L). Jenis penelitian adalah True Experimental Laboratory. Analisis kandungan asam amino esensial menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Data dianalisis dengan uji beda Independent Sample T-Test dengan tingkat signifikansi p<0,05. Hasil penelitian berupa Kandungan asam amino esensial pada formulasi kontrol dari kadar tertinggi berturut-turut yaitu : Lisin (0,344 g/100 g), Valin (0,061 g/100 g), Leusin (0,060 g/100 g), Triptofan (0,037 g/100 g) dan pada formulasi substitusi yaitu: Lisin (0,702 g/100 g), Leusin (0,136 g/100 g), Valin (0,119 g/100 g), Triptofan (0,085 g/100 g). Dengan tingkat kepercayaan 95%, terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar asam amino esensial pada produk Cookies dengan Formulasi Kontrol dan Formulasi Substitusi. Satu takaran saji yang dianjurkan BPOM sesuai produk penelitian ini adalah 39 gr (3 keping cookies), dimana untulk asam amino jenis lisin, valin, dan triptofan dalam produk ini mampu menyumbang ± 10% kebutuhan total berdasarkan rekomendasi WHO untuk kebutuhan kelompok dewasa

    Analisis Kadar Zat Besi Pada Soft Baked Cookies AMORA (Kurma, Ubi Cilembu, Kelor, Dan Katuk) Sebagai Makanan Selingan Ibu Menyusui

    No full text
    Anemia defisiensi besi adalah masalah gizi yang sering terjadi pada ibu menyusui dan dapat menurunkan kuantitas dan kualitas ASI. Prevalensi anemia pada ibu menyusui mencapai 24,5%. Kebutuhan zat besi pada ibu menyusui sebesar 18 mg dalam sehari. Bahan pangan lokal yang mengandung zat besi yaitu daun kelor yang memiliki kandungan 25 kali lebih banyak dari bayam dan daun katuk yang mengandung zat besi 4 kali lebih banyak dari daun pepaya serta 2 kali lebih banyak dari daun singkong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar zat besi pada soft baked cookies yang ditambahkan daun kelor dan katuk sebagai makanan selingan ibu menyusui. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), menghasilkan 12 unit percobaan dari 4 perlakuan sebanyak tiga kali ulangan. Kelompok perlakuan penelitian adalah P0 tanpa tambahan daun kelor dan katuk, P1 dengan tambahan daun kelor 100%, P2 dengan taambahan daun kelor 50% dan katuk 50%, dan P3 dengan tambahan daun katuk 100%. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrocphotometry) digunakan untuk menentukan parameter uji kadar besi. Hasil uji beda menggunakan Kruskall Wallis menghasilkan nilai signifikansi p=0,016 (p>0,05). Untuk semua kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang signifikan pada kadar zat besi soft baked cookies. Kelompok perlakuan P3 memiliki kadar zat besi tertinggi sebesar 3,32 mg/100 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun katuk dapat meningkatkan kadar zat besi. Konsumsi soft baked cookies AMORA (P3) sebanyak 4 keping (100 g) dapat memenuhi 18,4% kebutuhan zat besi harian ibu menyusui

    Analisa Tingkat Kesukaan Bakso Analog Jamur Shitake (Lentinula edodes) dan Tepung Kedelai (Glycine max) Sebagai Alternatif Makanan Penyandang Obesitas

    No full text
    Angka obesitas penduduk Indonesia meningkat dari 11,7% pada tahun 2010 menjadi 21,8% pada tahun 2018. Salah satu upaya penanganan obesitas adalah pengaturan pola makan dengan membuat makanan alternatif bakso analog berbahan dasar jamur shitake yang tinggi beta-glukan (43,87 g) dan eritadenin (600-700 μg/g berat kering) serta tepung kedelai yang tinggi protein khususnya varietas Anjasmoro (36,44 – 40,55%). Penggunaan bahan dasar tersebut sebagai bakso analog belum pernah dilakukan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaan berdasarkan mutu organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur, dan tampilan keseluruhan). Penelitian ini menggunakan uji hedonik 7 skala pada 25 orang panelis agak terlatih. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis, dan uji Mann Whitney. Analisis taraf perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny. Hasil penelitian menunjukkan produk P2 (80% jamur shitake:20% tepung kedelai) menjadi perlakuan terbaik dengan hasil skor warna 5,08±0,76 (suka); rasa 4,36±1,22 (agak suka); aroma 4,40±1,19 (agak suka); tekstur 4,76±0,97 (agak suka cenderung suka); dan tampilan keseluruhan 5,40±0,82 (suka). Dapat disimpulkan bahwa dari segi mutu organoleptik P2 yang paling dapat diterima oleh panelis serta sangat direkomendasikan bagi penyandang obesitas karena menurut standar diet pembatasan energi oleh PERSAGI, satu porsi bakso analog dapat mencukupi kebutuhan energi 23,03%; protein 21,3%; lemak 7,03%; karbohidrat 27,76%; dan total serat pangan 5,53%

    Perbedaan Nilai Zat Gizi Kimia Formulasi Cookies Substitusi Tepung Biji Labu Kuning Dan Tepung Daun Kelor Untuk Ibu Hamil KEK

    No full text
    Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan suatu kondisi dimana kurangnya asupan energi dan protein yang berlangsung lama. Berdasarkan hasil riskesdas 2018 angka prevalensi ibu yang mengalami KEK di Indonesia 17.3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan energi pada cookies substitusi tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor dengan formulasi berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdapat dua formulasi dan tiga kali pengulangan dengan total sebanyak enak sampel, perbandingan formulasi pada cookies yaitu tepung terigu : tepung biji labu kuning : tepung daun kelor dimana T0 (100%:0%:0%) dan T1 (50%:45%:5%). Hasil analisis statistik uji beda menggunakan Independent T test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kadar abu, kadar protein, dan kadar energi. Pada cookies substitusi tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor per 100 gram kadar protein 6.9%, kadar lemak 22.69%, kadar karbohidrat 46.24%, kadar energi 417.08%, kadar air 21.43%, dan kadar abu 2.71%. Cookies substitusi tepung biji labu kuning dan tepung daun kelor dapat memenuhi kebutuhan energi sebesar 6,38% AKG dan protein sebesar 3,8% AKG pada ibu hamil dengan usia 19 – 29 trimester II dan III

    Analisis Tingkat Kesukaan Soft-Baked Cookies AMORA (Kurma, Ubi Cilembu, Daun Kelor, Daun Katuk) sebagai Makanan Selingan Ibu Menyusui

    No full text
    Menurut data RISKESDAS 2021, salah satu masalah gizi yang masih sering ditemui yaitu rendahnya kualitas maupun kuantitas ASI pada ibu menyusui ditandai oleh 47,2% anak yang tidak memperoleh ASI Eksklusif. Adapun bahan tambahan makanan yang berpotensi untuk meningkatkan dan melancarkan produksi ASI (galactogogue) diantaranya daun kelor, daun katuk, kurma, ubi cilembu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesukaan terhadap soft-baked cookies yang ditambahkan daun kelor dan daun katuk pada parameter aroma, rasa, warna, tekstur, dan kenampakan keseluruhan. Terdapat 4 kelompok perlakuan perbandingan daun kelor dan daun katuk yaitu P0 (0% : 0%), P1 (100% : 0%), P2 (50% : 50%), P3 (0% : 100%). Subjek penelitian ini yaitu 25 panelis agak terlatih yang merupakan mahasiswa Departemen Gizi FIKES UB semester 4 dan 6 dengan menggunakan skala hedonik 7 skala. Berdasarkan analisis statistik SPSS dengan uji Kruskal-Wallis dan Mann Whitney, menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p < 0,05) pada semua parameter. Penentuan taraf perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny dan didapatkan perlakuan terbaik adalah P3. Adapun parameter tekstur P3 memiliki skor 4,17 (netral), parameter kenampakan keseluruhan P3 memiliki skor 4,13 (netral), parameter rasa P3 memiliki skor 4,12 (netral), parameter aroma P3 memiliki skor 4 (netral), dan parameter warna P3 memiliki skor 3,88 (agak tidak suka cenderung netral). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa produk soft-baked cookies dengan penambahan daun kelor dan daun katuk masih dapat diterim

    Analisis Perbedaan Jumlah Mikroorganisme pada Makanan Berbahan Dasar Ikan Kakap Merah Setelah Pencucian dan Pengolahan di Rumah Sakit Universitas Brawijaya

    No full text
    Keamanan makanan penting untuk diperhatikan agar terhindar dari foodborne disease akibat mengonsumsi makanan terkontaminasi mikroorganisme. Institusi yang erat kaitannya dengan makanan adalah instalasi gizi, salah satunya di RSUB. Ikan kakap merah merupakan salah satu bahan makanan hewani yang mudah terkontaminasi mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan jumlah mikroorganisme pada makanan berbahan dasar ikan kakap merah setelah dilakukan pencucian dan pengolahan di instalasi gizi RSUB melalui penetapan CCP pada proses pengolahan setiap menu. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi experimental. Rincian sampel penelitian, yaitu ikan kakap merah sebelum (A) dan setelah dicuci (B) serta menu asam-asam kakap (C) dan kakap bumbu bali (D), dimana sampel diambil 2 kali pada masing-masing sampel, sehingga sampel penelitian berjumlah 8. Sampel penelitian diuji menggunakan TPC. Analisis data dilakukan dengan uji beda Kruskal-Wallis. Hasil penelitian ini adalah 3 sampel (A1, B1, B2) terdeteksi adanya mikroorganisme yang melebihi batas cemaran maksimum berdasarkan SNI 7388: 2009, yaitu 5,0 x 105 koloni/g, 2 sampel (C1 dan B2) terdeteksi adanya mikroorganisme namun masih dalam batas aman, dan 3 sampel (D1, C2, D2) tidak terdeteksi adanya mikroorganisme. Hasil uji Kruskal-Wallis adalah tidak terdapat perbedaan jumlah mikroorganisme yang signfikan (p=0,123) pada ikan kakap merah sebelum dan setelah dilakukan pencucian maupun pengolahan. Tahap yang termasuk CCP pada proses pembuatan sampel C dan D adalah penyimpanan, pemasakan, pendinginan, penyajian, holding time, dan pendistribusian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah meskipun tidak terdapat perbedaan jumlah mikroorganisme yang signifikan pada ikan kakap merah setelah pencucian dan pengolahan, namun terdapat kecenderungan penurunan jumlah mikroorganism

    Analisis Energi dan Makronutrien Soft-baked Cookies AMORA (Kurma, Ubi Cilembu, Daun Kelor dan Katuk) sebagai Makanan Selingan Ibu Menyusui.

    No full text
    Ibu menyusui membutuhkan 2.650 Kkal energi, 415 g karbohidrat, 75 g protein, dan 67,2 g lemak untuk memenuhi kebutuhan hariannya (Permenkes, 2019). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2021), sebanyak 52,5% atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi di Indonesia berusia di bawah enam bulan yang mendapat ASI eksklusif. Hal ini salah satunya disebabkan karena produksi ASI ibu menyusui yang kurang, sehingga diperlukan adanya makanan selingan berupa soft-baked cookies yang mengandung senyawa laktagogum (memperlancar produksi ASI). Bahan makanan yang mengandung laktagogum diantaranya yaitu daun kelor, daun katuk, kurma, dan ubi cilembu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan energi pada soft-baked cookies AMORA (kurma, ubi cilembu, daun kelor, dan katuk) serta menetapkan perlakuan terbaik dari keempat formulasi. Kelompok perlakuan rasio daun kelor dan katuk dengan 3 kali replikasi yaitu, P0= 0:0; P1= 100:0; P2= 50:50; P3= 0:100 (%). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap) dan analisis statistik menggunakan SPSS 16.0. Uji beda dilakukan dengan One Way ANOVA dan Kruskal-Wallis dan didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p value > 0,05) pada kandungan makronutrien maupun energi pada keempat kelompok perlakuan. Penetapan taraf perlakuan terbaik dengan menggunakan metode zeleny, didapatkan hasil P2 (50% daun kelor dan 50% daun katuk) dengan kadar karbohidrat 40,17%, protein 5,71%, lemak 5,72%, dan kandungan energi 234,97 Kkal. Kelompok perlakuan ini dapat dijadikan rekomendasi bagi ibu menyusui untuk memenuhi kebutuhan energi dan makronutriennya melalui makanan selingan

    Analisis Energi dan Makronutrien Soft-baked Cookies AMORA (Kurma, Ubi Cilembu, Daun Kelor dan Katuk) sebagai Makanan Selingan Ibu Menyusui

    No full text
    Ibu menyusui membutuhkan 2.650 Kkal energi, 415 g karbohidrat, 75 g protein, dan 67,2 g lemak untuk memenuhi kebutuhan hariannya (Permenkes, 2019). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2021), sebanyak 52,5% atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi di Indonesia berusia di bawah enam bulan yang mendapat ASI eksklusif. Hal ini salah satunya disebabkan karena produksi ASI ibu menyusui yang kurang, sehingga diperlukan adanya makanan selingan berupa soft-baked cookies yang mengandung senyawa laktagogum (memperlancar produksi ASI). Bahan makanan yang mengandung laktagogum diantaranya yaitu daun kelor, daun katuk, kurma, dan ubi cilembu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan energi pada soft-baked cookies AMORA (kurma, ubi cilembu, daun kelor, dan katuk) serta menetapkan perlakuan terbaik dari keempat formulasi. Kelompok perlakuan rasio daun kelor dan katuk dengan 3 kali replikasi yaitu, P0= 0:0; P1= 100:0; P2= 50:50; P3= 0:100 (%). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap) dan analisis statistik menggunakan SPSS 16.0. Uji beda dilakukan dengan One Way ANOVA dan Kruskal-Wallis dan didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p value > 0,05) pada kandungan makronutrien maupun energi pada keempat kelompok perlakuan. Penetapan taraf perlakuan terbaik dengan menggunakan metode zeleny, didapatkan hasil P2 (50% daun kelor dan 50% daun katuk) dengan kadar karbohidrat 40,17%, protein 5,71%, lemak 5,72%, dan kandungan energi 234,97 Kkal. Kelompok perlakuan ini dapat dijadikan rekomendasi bagi ibu menyusui untuk memenuhi kebutuhan energi dan makronutriennya melalui makanan selingan
    corecore