Angka obesitas penduduk Indonesia meningkat dari 11,7% pada tahun 2010
menjadi 21,8% pada tahun 2018. Salah satu upaya penanganan obesitas adalah
pengaturan pola makan dengan membuat makanan alternatif bakso analog berbahan
dasar jamur shitake yang tinggi beta-glukan (43,87 g) dan eritadenin (600-700 μg/g
berat kering) serta tepung kedelai yang tinggi protein khususnya varietas Anjasmoro
(36,44 – 40,55%). Penggunaan bahan dasar tersebut sebagai bakso analog belum
pernah dilakukan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat
kesukaan berdasarkan mutu organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur, dan tampilan
keseluruhan). Penelitian ini menggunakan uji hedonik 7 skala pada 25 orang panelis
agak terlatih. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis, dan uji Mann Whitney.
Analisis taraf perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny. Hasil penelitian
menunjukkan produk P2 (80% jamur shitake:20% tepung kedelai) menjadi perlakuan
terbaik dengan hasil skor warna 5,08±0,76 (suka); rasa 4,36±1,22 (agak suka); aroma
4,40±1,19 (agak suka); tekstur 4,76±0,97 (agak suka cenderung suka); dan tampilan
keseluruhan 5,40±0,82 (suka). Dapat disimpulkan bahwa dari segi mutu organoleptik
P2 yang paling dapat diterima oleh panelis serta sangat direkomendasikan bagi
penyandang obesitas karena menurut standar diet pembatasan energi oleh
PERSAGI, satu porsi bakso analog dapat mencukupi kebutuhan energi 23,03%;
protein 21,3%; lemak 7,03%; karbohidrat 27,76%; dan total serat pangan 5,53%