32 research outputs found

    Penatalaksanaan Enam Kasus Aspirasi Benda Asing Tajam di Saluran Trakheobronkial

    Get PDF
    Latar Belakang: Aspirasi benda asing ialah masuknya benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada ke saluran pernafasan. Aspirasi benda tajam di saluran trakheobronkial merupakan permasalahan yang cukup sering terjadi dan meningkat beberapa tahun terakhir seiring dengan peningkatan penggunaan  jarum   pentul, terutama pada wanita muda dan remaja perempuan. Aspirasi benda asing tajam  berpotensi menimbulkan komplikasi serius, seperti distress pernapasan akut, atelektasis, perdarahan, robekan dan infeksi paru, bahkan kematian. Diagnosis aspirasi benda asing tajam dapat ditegakkan melalui anamnesis berupa riwayat tersedak benda asing tajam dan didukung dengan pemeriksaan radiologi berupa gambaran radiopak dari benda asing tajam. Tujuan: Mempresentasikan serial kasus aspirasi benda asing tajam di saluran trakeobronkial. Kasus: Lima kasus aspirasi benda asing tajam jarum pentul dan satu kasus prolong aspirasi benda tajam paku payung plastik di saluran trakeobronkial,           Kesimpulan: Dilaporkan lima kasus aspirasi benda asing tajam jarum pentul dan satu kasus prolong aspirasi benda tajam paku payung plastik di saluran trakeobronkial, yang berhasil ditatalaksana dengan bronkoskopi kak

    Hubungan Otitis Media Supuratif Kronik dengan Derajat Gangguan Pendengaran di Departemen THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 2014-2015

    Get PDF
    Salah satu penyebab utama gangguan pendengaran adalah otitis media supuratif kronik (OMSK). OMSK dibagi menjadi 2 tipe yaitu OMSK tipe aman (benigna) dan tipe bahaya (maligna). Gangguan pendengaran pada OMSK tipe bahaya (maligna) lebih berat dibandingkan tipe aman (benigna) dikarenakan proses infeksi pada tipe ini sering melibatkan telinga bagian dalam sedangkan pada OMSK tipe aman (benigna) proses infeksi tidak sampai mengenai telinga bagian dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan otitis media supuratif kronik dengan derajat gangguan pendengaran di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang (cross-sectional study). Sampel penelitian ini adalah semua rekam medik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang pada tahun 2014-2015. Dari 116 subjek, ditemukan 62 kasus OMSK tipe bahaya (maligna) dan 54 kasus OMSK tipe aman (benigna) berturut-turut yitu derajat sedang berat (48,1%) dan derajat sedang (38,7%). Jenis gangguan pendengaran terbanyak untuk tipe bahaya (maligna) dan aman (benigna) adalah gangguan pendengaran tipe konduktif dengan persentase berturut-turut 94,4% dan 43,5%. Terdapat hubungan antara OMSK dengan derajat gangguan pendengaran (p= 0,027) dan terdapat perbedaan rata-rata ambang dengar yang sangat bermakna antara OMSK tipe aman (benigna) dan OMSK tipe bahaya (maligna) dengan nilai p= 0,000 serta terdapat hubungan antara OMSK dengan jenis gangguan pendengaran (p=0,000). Terdapat hubungan antara OMSK dengan derajat gangguan pendengaran, dimana derajat gangguan pendengaran lebih berat pada tipe bahaya (maligna) dibandingkan tipe aman (benigna)

    Gambaran Audiologi dan Temuan Intraoperatif Otitis Media Supurtif Kronik Dengan Kolesteatoma pada Anak

    Get PDF
    Otitis media supuratif kronik (OMSK) dengan kolesteatoma pada anak dapat menyebabkan tuli konduktif derajat ringan sampai berat. Kehilangan pendengaran merupakan komplikasi OMSK yang paling sering. Penurunan pendengaran pada anak-anak penderita OMSK telah dihubungkan dengan ketidakmampuan belajar dan performa sekolah yang buruk. OMSK masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran audiologi dan temuan intraoperatif pada anak-anak penderita OMSK dengan kolesteatoma di RS Moh Hoesin Palembang. Studi deskriptif retrospektif dilakukan di bagian rawat inap THT-KL RSUP Moh. Hoesin Palembang, melibatkan 40 anak-anak penderita OMSK dengan kolesteatoma yang telah menjalani pembedahan dari Januari 2009 sampai Januari 2012. Pada audiometri didapatkan anak-anak dengan gangguan pendengaran derajat ringan sebanyak 3 pasien (7,5%), derajat sedang 4 pasien (10%), derajat sedang berat 10 pasien (25%), derajat berat 8 pasien (20%), derajat sangat berat 15 pasien (37,5%). Besarnya air bone gap sebelum operasi adalah <20 dB pada 1 pasien (2,5%), 21-40 dB 17 pasien (42,5%), 41-60 dB 22 pasien (55%). Rantai tulang pendengaran saat temuan intraoperatif pasien tersering dijumpai hanya tersisa basis stapes pada 27 pasien (67,5%) dan letak kolesteatoma pada kavum timpani dan kavum mastoid pada 31 pasien (77,5%

    The Association between Preeclampsia and Newborn Hearing Loss: Hubungan antara Preeklamsia dengan Penurunan Pendengaran pada Bayi Baru Lahir

    Get PDF
    Objective: to analyze the relationship between PE and the newborn hearing loss &nbsp;Method&nbsp;:&nbsp;Analytic observation research withcross sectionaldesign performed inRSMHPalembangsince&nbsp;December 2016 to July 2017,&nbsp;obtained&nbsp;48 aterm neonates born from&nbsp;mother diagnosed with PE&nbsp;(11 PE and 37 severe PE).&nbsp;Measurements of neonatal hearing loss then performed using emission otoacoustics (OAE) in both ears by ENT division with&nbsp;catagories intepretation of pass and refer. The mothers were physically check and interviewed to obtain demographic data and obstetric history.&nbsp;After the data normality were proved byShapiro Wilktest,&nbsp;we performed bivariate analysis using&nbsp;X2test&nbsp;on demographic and obstetric characteristics of the mother, neonatal demographic characteristics, and determine the relationship of PE with OAE result.&nbsp;The ratio of systolic (SBP) and diastolic (DBP) blood pressure to neonatal hearing loss was determined by&nbsp;independent T test&nbsp;and ROC test.&nbsp;Multivariate analysis was performed to determine the maternal and neonatal risk factors that influenced neonatal hearing loss.&nbsp;Data analysis using SPSS version 18.0. &nbsp;Results&nbsp;:&nbsp;There were no significant differences in maternal and neonatal demographic characteristics in neonatal hearing loss (p&gt; 0.05).&nbsp;No significant relationship was found between PE and OAE of both ear (right, p = 0,437; left, p = 0,368).&nbsp;There was difference of mean of SBP and DBP of mother inneonate OAE of both ears (p &lt;0,05) with&nbsp;cut off point of&nbsp;SBP 160 mmHg and DBP 106 mmHg.There was a significant association between DBP (&gt;&nbsp;106 mmHg) of the mother and birth weight of the fetus (&lt;&nbsp;2500 g) with&nbsp;referOAE.&nbsp;&nbsp;&nbsp; &nbsp;Conclusion:&nbsp;There was a significant association between neonatal hearing loss and maternal PE, determined primarily by maternal DBP, and neonatal birth weight. Keywords:&nbsp;maternal blood pressure, OAE,preeclampsia, &nbsp; Abstrak Tujuan: untuk menilai hubungan PE ibu dengan penurunan pendengarah bayyi baru lahir Metode: Penelitian observasi analitik dengan disain cross sectionaldilakukan di RSMH Palembang sejak Desember 2016 sampai Juli 2017, diperoleh 48 neonatus aterm lahir dari ibu PE (11 PER dan 37 PEB). Neonatus dilakukan pengukuran pendengaran menggunakan otoakustik emisi (OAE) pada kedua telinga oleh divisi THT dengan kategori intepretasi refer dan pass. Ibu dilakukan pemeriksaan dan wawancara untuk memperoleh data demografi dan riwayat obstetri. Setelah normalitas data dibuktikan dengan tes Saphiro Wilk, dilakukan analisis bivariat menggunakan tes X2 pada karakteristik demografi dan obstetri Ibu, karakteristik demografi neonatus, dan menentukan hubungan preeklampsia dengan hasil OAE. Perbandingan tekanan darah sistolik (TDS) dan diastolik (TDD) terhadap penurunan pendengaran neonatus ditentukan dengan independent T test dan uji ROC. Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan faktor risiko Ibu maupun neonatus yang berpengaruh terhadap penurunan pendengaran neonatus. Analisa data menggunakan SPSS versi 18.0. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan signifikan karakteristik demografi Ibu maupun neonatus tehadap penurunan pendengaran neonatus (p&gt;0,05). Tidak ditemukan hubungan signfikan antara kondisi PE dengan OAE kanan (p = 0,437) dan kiri (p = 0,368). Ditemukan perbedaan rerata TDS dan TDD ibu terhadap OAE kedua telinga neonatus (p&lt;0,05) dengan cut off point TDS 160 mmHg dan TDD 106 mmHg. Ditemukan hubungan signifikan antara TDD (&gt;106 mmHg) ibu dan berat lahir janin (&gt;2500 gr) dengan OAE refer. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara penurunan pendengaran neonatus dengan kondisi preeklampsia ibu, yang ditentukan terutama oleh TDD ibu, serta berat lahir bayi. Kata kunci:, OAE, preeklamsia, tekanan dara

    Atlas berwarna : teknik pemeriksaan kelainan telinga hidung tenggorok/ Irwan

    No full text
    xi, 109 hal. : ill.; 21 cm

    Atlas berwarna : teknik pemeriksaan kelainan telinga hidung tenggorok/ Irwan

    No full text
    xi, 109 hal. : ill.; 21 cm
    corecore