27,153 research outputs found
Japanese Education and Japanese Elementary School
Pendidikan merupakan jantung kehidupan bagi masyarakat Jepang. Sebagai negara yang miskin sumber daya alam serta rawan bencana alam, bangsa Jepang sangat menggantungkan kepada proses pendidikan dalam memberdayakan sumber daya manusianya untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa serta bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam bidang politik, ekonomi, teknologi dan lain-lain. Dibandingkan dengan negara-negara lain terutama dari kelompok G8(kelompok Negara-negara industri maju di dunia,) Jepang mempunyai sistem pendidikan yang unik. Kalau negara industri maju lainnya menitik beratkan dalam pengembangan intelegensi tapi Jepang lebih memberdayakan mental untuk bekerja keras, bergotong royong dan kesetia kawanan sosial, dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap permasalahan. Pendidikan Jepang pada awalnya banyak dipengaruhi oleh Cina, namun dalam iperkembangan selanjutnya Jepang juga mengadopsi sistem pendidikan barat dengan tetap mempertahankan ruh pendidikan Jepang sendiri yakni sikap mental pantang menyerah dan menjunjung tinggi gotong royong sesama bangsa Jepang sendiri. Sekolah dasar di Jepang mengutamakan pembentukan sikap dan mental di awal-awal tahun mulai kelas satu sampai kelas tiga kemudian mulai memfokuskan pengkajian ilmu pengetahuan mulai kelas empat sekolah dasar dan seterusnya. Matematika, ilmu pengetahuan(Sain), dan teknologi merupakan aspek penting dalam kurikulum pendidikan di Jepang dalam pembentukan pola pikir yang logis, sistematis dan prosedural bagi bangsa Jepang. Mulai tahun 2002, pelajaran bahasa Inggris resmi masuk dalam kurikulum sekolah dasar di Jepang
Curriculum Development in Indonesian Education
Pendidikan Indonesia telah belangsung selama berabad-abad mengikuti perkembangan sejarah, elonomi, politik masyarakat Indonesia. Pendidikan Indonesia sejalan dengan tumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara dan juga masuknya agama-agama besar di Indonesia seperti Hindu, Budha maupun Islam. Namun perkembangan pendidikan modern di Indonesia diawali dengan masuknya kolonial bangsa barat ke Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah terus menerus melakukan pembangunan pendidikan secara nasional di seluruh wilayah NKRI. Pembangunan pendidikan tidak bias terlepas dari pengembangan kurikulum karrena kurikulum adalah inti dari proses pembelajaran. Kurikulum disususn dan dikembangkan sesuai kebutuhan siswa, sekolah, masyarakat serta tuntutan jaman
A Comparative Study on Japanese and Indonesian Elementary School
Pendidikan dasar secara umum terbagi dalam dua lembaga pendidikan yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dasar merupakan landasan yang sangat penting untuk proses pendidikan di lembaga selanjutnya. Tujuan yang sangat penting dari proses pendidikan di sekolah dasar adalah pengembangan otot, emosi, sosialisasi, pengenalan lingkungan,dan aspek kebahasaan. Kemudian, mulai kelas empat di sekolah dasar ,para siswa mendalami ilmu pengtahuan secara intensif. Sekolah dsar di Jepang menekankan pada pendidikan mental sehingga anak bisa lebih ulet, tabah, toleran, dan optimis dalam hidup bermasyarakat. Pendidikan moral, olah raga, ketrampilan, dan pendidikan kesejahteraan keluarga sangat penting dalampengembangan kepribadian siswa. Pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan banyak diajarkan dengan pendekatan kontekstual di sekolah dasar di Indonesia dan Jepang. Kedua Negara juga mulai memberikan pelajaran Bahasa Inggris kepada siswa sekolah dasar untuk mengenalkan secara dini bahasa dab kebudayan bangsa lain serta mempersiapkan mereka dalam persaingan global. Melakukan studi banding terhadap kondisi pendidikan Negara lain membuat kita memperoleh informasi yang benar terhadap pencapaian kita dan Negara lain di bidang pendidikan serta membuat langkah-langkah perbaikan berdasarkan data yang terpercaya bukan kabar burung yang tidak jelas
Precision testing the Standard Model
Internal consistency of the most sensitive electroweak measurements within
the standard model framework is examined. Confirming an earlier observation on
the separation of Z-pole asymmetry measurements into {\em hadronisation-
free}and {\em hadronisation-sensitive}, the electroweak mixing angle derived
using the former is in perfect agreement with the precision W mass. These two
complimentary measurements of weak radiative corrections, when combined with
the lower limit on Higgs mass, are incompatible with the measured top quark
mass. To overcome this inconsistency, a scenario readily testable in Run-II at
Tevatron is envisaged: an upward shift of the top quark mass by about 10 GeV
(). If, however, the improved top quark mass remains at its
current value or the lower limit on Higgs mass moves up substantially, then
abandoning the SM may become inevitable.Comment: 7 pages, 4 figure
LC compensators based on transmission loss minimization for nonlinear loads
This material is posted here with permission of the IEEE. Such permission of the IEEE does not in any way imply IEEE endorsement of any of Brunel University's products or services. Internal or personal use of this material is permitted. However, permission to reprint/republish this material for advertising or promotional purposes or for creating new collective works for resale or redistribution must be obtained from the IEEE by writing to [email protected]. Copyright @ 2004 IEEEThis paper presents a method employing the penalty function search algorithm to determine the LC compensator value for the optimal power factor correction in nonsinusoidal systems. The objective of the proposed method is to minimize the transmission loss while the power factor and efficiency are taken as constraints and utilized in order to solve the multiobjective optimization problem by transforming it into a single objective one. Examples show that the load nonlinearity can have a significant impact on optimal compensator sizes
An examination of gas compressor stability and rotating stall
The principal sources of vibration related reliability problems in high pressure centrifugal gas compressors are the re-excitation of the first critical speed or Resonant Subsynchronous Vibration (RSSV), and the forced vibration due to rotating stall in the vaneless diffusers downstream of the impellers. An example of such field problems is given elsewhere. This paper describes the results of a test program at the author's company, initiated in 1983 and completed during 1985, which studied the RSSV threshold and the rotating stall phenomenon in a high pressure gas compressor
Irrigation management transfer: development and turnover to private water user associations in EgyptLength: pp.11-23Length: pp.427-442
Irrigation managementPrivatizationWater users' associationsPerformance
Nonlinear heat transfer and structural analyses of SSME turbine blades
Three-dimensional nonlinear finite-element heat transfer and structural analyses were performed for the first stage high-pressure fuel turbopump blade of the space shuttle main engine (SSME). Directionally solidified (DS) MAR-M 246 material properties were considered for the analyses. Analytical conditions were based on a typical test stand engine cycle. Blade temperature and stress-strain histories were calculated using MARC finite-element computer code. The study was undertaken to assess the structural response of an SSME turbine blade and to gain greater understanding of blade damage mechanisms, convective cooling effects, and the thermal-mechanical effects
- …