32 research outputs found
Mengukur Kinerja Manajemen Irigasi dengan Pendekatan Teori Himpunan Kekaburan: Kajian Kasus di Daerah Irigasi Van Der Wijck
Paper ini bertujuan untuk membandingkan kinerja sistem irigasi pada awal pemberlakuan reformasi kebijakan irigasi dengan kinerja saat ini. Daerah Irigasi Van der Wijck di Yogyakarta dipilih sebagai kajian kasus. Data awal dikumpulkan dengan kuesioner maupun secara partisipatif. Teori himpunan kekaburan digunakan untuk mengetahui aspek yang paling tidak berlanjut dalam sistem irigasi. Hasilnya menunjukkan bahwa aspek ekonomi merupakan aspek yang paling terancam. Karena banyaknya air, petani di daerah hulu Daerah Irigasi Van der Wijck membudidayakan padi sepanjang tahun, namun petani tidak menerima banyak keuntungan dari budidaya ini. Beberapa tahun terakhir ini, banyak petani mengkonversi sawahnya menjadi tambak udang yang secara ekonomis memberikan banyak keuntungan. Meskipun demikian, pengembangan secara sektoral ini menimbulkan konflik hulu-hilir antar pengguna air dalam sistyem irigasi. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh pada teknologi dan manajemen di dalam sistem irigasi
Penentuan Laju Degradasi Prasarana Irigasi Menggunakan Metode Statistik
Proses degradasi prasarana irigasi merupakan salah satu bagian penting dan sangat menentukan hasil akhir perenca-naan manajemen aset (PMA). Hal ini disebabkan karena proses degradasi menentukan umur prasarana irigasi, yang akan mempengaruhi seluruh proses PMA, dan akhirnya juga akan mempengaruhi pengelolaan prasarana irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menyusun suatu model laju degradasi prasarana irigasi sebagai salah satu masukan kegiatan PMA untuk mendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan prasarana irigasi. Penelitian dilaksanakan di Daerah Irigasi Sidandang, Pengasih, Jering, dan Mejing, masingmasing terletak di Kabu- paten Magelang, Kulonprogo, Sleman dan Bantul. Metode yang digunakan untuk menganalisis laju degradasi prasa- rana irigasi adalah pemodelan statistik dengan menghitung hubungan variabel waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses degradasi dan jumlah kerusakan. Data yang dipergunakan untuk analisis adalah data sekunder kondisi aset irigasi dalam waktu beberapa tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model linier yang biasa digunakan selama ini tidak handal untuk memprediksi laju degradasi sarana irigasi berdasarkan umur faset irigasi. Model eksponensial yang dikembangkan lebih handal untuk memprediksi laju degradasi prasarana irigasi berdasarkan umur faset irigasi, dan berlaku untuk semua tipe faset pada semua tipe aset. Proses degradasi kondisi aset irigasi sangat dipengaruhi oleh faktor komposisi batuan dan sifat fisik tanah penyusun aset
An assessment of the Small-Scale Irrigation Management Turnover Program in Indonesia.
Irrigation management / Privatization / Small scale systems / Irrigation systems / Water distribution / Performance / Operations / Maintenance / Productivity / Crop yield / Economic impact / Costs / Indonesia
Pendayagunaan Irigasi Airtanah Menunjang Budidaya Tanaman Secara Produktif Pada Lahan Kering (The Utilization Of Groundwater Irrigation To Support Farming System In Dry Land Area)
The Utilization of shallow groundwater well to support cropping pattern in thy land area should be directed to increase land and water pâ¢oductivities through proper irrigation management and effective operation of groundwater irrigation pump. By the concept that a certain plant needs a certain amount of transpired water through its leaves to produce 1 kg dry product during its production cycle, an attempt is done to determine technical and economic aspects of the groundwater irrigation system to utilize water and energy efficiently by improving the conjunctive use of rainfall and groundwater irrigation in thy land area. A set of centrifugal pump (0 2") was used to lift water from the shallow groundwater well at total head of 22 in (Suction head = 12 in and delivery head = 10 tn) and was used to irrigate maize, peanut and onion crops at different planting schedules depend on market demand. Furrow irrigation is used to apply supplemental water to crops. The result obtained indicates that the introduced technology is suitable to be applied at farm level. In order to reduce operational cost of pump, simulation was done to determine the most appropriate planting schedule using computer simulation model. By taking planting schedule back approximately-2 weeks reducing annual irrigation requirement of 500 to 600 in3/ha and reduce annual operation pump of 66,5 hour/ha/year.-140 hour/ha/year. Advanced analysis using economic feasibility analysis indicates technology introduced suitable to applied with B/C ratio = 1,25 (maize), 1,83 (peanut) and 2,36 (onion).
Key words : Ground waterirrigation, farming system, and dry lan
Analisis Spektral dalam Penentuan Periodisitas Siklus Curah Hujan di Wilayah Selatan Jatiluhur, Kabupaten Subang, Jawa Barat
Data curah hujan dipelajari salah satunya untuk mengetahui bagaimana curah hujan di suatu wilayah mempunyai rentang waktu untuk membentuk suatu pola berulang. Siklus merupakan suatu Perubahan atau gelombang naik dan turun dalam suatu periode serta berulang pada periode lain. Siklus mempunyai frekuensi yang dapat diselesaikan dalam 1 periode waktu. Transformasi Fourier merupakan algoritma untuk mengubah domain waktu X menjadi domain atau spectrum frekuensi Y, dengan cara menguraikan sinyal menjadi komponen sinusoidal. Penelitian ini menggunakan metode Fast Fourier Trans!orm (FFT) untuk mencari sifat berulangnya trend curah hujan di wilayah selatan Jatiluhur Kabupaten Subang. Simulasi model menggunakan data curah hujan bulanan tahun 1975 - 2012. Hasilnya menunjukkan trend curah hujan di lokasi penelitian berulang setiap 12 bulan sekali (1 siklus). Prediksi curah hujan dilakukan dengan menggunakan data curah hujan 5 tahun dan menggunakan observasi data 5 tahun berikutnya sebagai pembanding hasil prediksi untuk melihat performa yang dihasilkan. Performa hasil prediksi menggunakan Mean Square Error (MSE) sebagai standar perhitungan derivasi perbedaaan antara data real dan data pemodelan. Hasil analisis pada saat validasi model didapatkan MSE 14,92 dengan tingkat kepercayaan 95%. Dengan menggunakan analisis FFT untuk menghitung nilai error (perbedaan antara nilai perhitungan model ANN dengan data sebenarnya), diperoleh Perubahan siklus curah hujan terjadi dalam kurun waktu 71,68 bulan atau sekitar 5-6 tahun
Kajian Aset Nirwujud dalam Manajemen Sistem Irigasi
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi ditinjau dari manajemenpengetahuan. Metode penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kuesioner dan wawancara dengan pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Daerah Irigasi (DI) Mejing di kabupaten Bantul, dan DI Sapon di kabupaten Kulon Progo, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan DI Molek di kabupaten Malang, Jawa Timur. Tahap kedua adalah analisa data yang dilakukan dengan ANFIS (Adaptive Neuro Fuzzy Inference System).Penelitian menghasilkan bahwa manajemen pengetahuan yang terdiri dari organisasi pembelajar, prinsip organisasi, kebijakan dan strategi organisasi, teknologi informasi dan komunikasi secara terpadu mempengaruhi aset nirwujud sistem irigasi. Aset nirwujud yang terdiri dari modal manusia, modal struktural dan modal hubungan secara terpadu mempengaruhi efektivitas sistem irigasi. Manajemen pengetahuan dalam sistem irigasi Mejing dan Sapon tingkat tersier dalam kondisi cukup baik (3,81 dalam skala 1-5) sedangkan dalam sistem irigasi Molek kondisinya jelek (2,37). Aset nirwujud dalam sistem irigasi Mejing, Sapon dan Molek tingkat tersier dalam kondisi cukup baik (3,61). Kinerja sistem irigasi yang ditunjukkan dengan nilai efektivitas dalam sistem irigasi Mejing, Sapon dan Molek sudah sangat baik (0,89-0,95) namun masih berpotensi untuk ditingkatkan. Sistem irigasi mempunyai prioritas yang berbeda dalam upaya peningkatan aset nirwujudnya. Dalam upaya peningkatan modal manusia sistem irigasi Molek, organisasi pembelajar merupakan prioritas pertama. Dalam upaya peningkatan modal struktural dan modal hubungan, kebijakan dan strategi organisasi mendapat prioritas pertama. Dalam sistem irigasi Sapon, prinsip organisasi merupakan prioritas pertama dalam upaya meningkatkan modal manusia, modal struktural dan modal hubungan. Dalam sistem irigasi Mejing, prinsip organisasi merupakan prioritas pertama dalam upaya meningkatkan modal hubungan. Sistem irigasi mempunyai prioritas yang berbeda pula dalam upaya peningkatan kinerja sistem irigasi. Dalam upaya peningkatan efektivitas sistem irigasi Mejing dan Molek, modal hubungan merupakan prioritas pertama, sedangkan dalam sistem irigasi Sapon, modal struktural merupakan prioritas yang pertama
Perbandingan Model Pemulusan Winter Dengan Arma(p, Q) Untuk Peramalan Stok Beras Bulog Pekanbaru
This article discusses Winter's smoothing and ARMA(p, q) model through numerical computation. Both of these models are used to predict the availability of rice stocks at National Logistics Agency or BULOG in Pekanbaru City by considering the seasonal factor from time series span data. Then a comparison iscarried out for both forecasting models to select the right forecasting model using minimum mean square error
Pengendalian Aset Nirwujud dalam Manajemen Sistem Irigasi: Konsep dan Pengembangan Model
Irigasi merupakan komponen penting dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia namun masih mempunyai banyak permasalahan. Manajemen irigasi belum efisien, partisipasi petani yang menurun, jaringan irigasi yang rusak sehingga menurunkan kinerja sistem irigasi. Permasalahan tersebut disebabkan rendahnya kualitas aset nirwujud sistem irigasi. Tujuan penelitian adalah mengembangkan konsep dan model pengendalian aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi. Metode penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pengembangan konsep. Konsep pengendalian aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi dikembangkan dari prinsip manajemen pengetahuan. Tahap kedua adalah pengembangkan model yang terdiri dari pembangunan model dan analisis sensitivitas. Pembangunan model pengendalian aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi berbasis manajemen pengetahuan dengan prinsip neuro-fuzzy. Model mempunyai tiga submodel yaitu manajemen pengetahuan, aset nirwujud dan kinerja sistem irigasi. Pengujian model dilakukan di Daerah Irigasi Sapon di Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terhadap sembilan Perkumpulan Petani Pemakai Air. Analisa data dilakukan dengan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System. Model dievaluasi dengan koefisien korelasi, Mean Absolute Percentage Error dan Root Mean Square Error. Penelitian menghasilkan bahwa konsep pengendalian aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi telah tersusun berbasis manajemen pengetahuan. Konsep menekankan bahwa manajemen sistem irigasi harus menyeimbangkan antara aset wujud dengan aset nirwujud. Aset nirwujud yang selama ini kurang diperhatikan mengalami penyusutan sehingga perlu dikendalikan. Upaya pengendalian aset nirwujud dilakukan dengan manajemen pengetahuan. Model pengendalian aset nirwujud dalam manajemen sistem irigasi yang menggunakan prinsip neuro-fuzzy dapat memprediksi aset nirwujud dan efektivitas sistem irigasi dengan cukup memadai. Model menghubungkan manajemen pengetahuan, aset nirwujud dan kinerja sistem irigasi. Manajemen pengetahuan yang terdiri dari organisasi pembelajar, prinsip organisasi, kebijakan dan strategi organisasi, teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi aset nirwujud sistem irigasi. Aset nirwujud yang terdiri dari kecerdasan moral, kecerdasan emosional, sikap kreatif, budaya lembaga, dan partisipasi petani mempengaruhi efektivitas sistem irigasi. Organisasi pembelajar merupakan parameter yang paling sensitif dalam mempengaruhi kecerdasan moral dan sikap kreatif. Kebijakan dan strategi merupakan parameter yang paling sensitif dalam mempengaruhi kecerdasan emosional, budaya lembaga dan partisipasi petani. Partisipasi petani merupakan parameter yang paling sensitif dalam mempengaruhi efektivitas sistem irigasi