6 research outputs found

    BISRULA (Biskuit Rumput Laut) : Inovasi Terbaru Pemasaran Rumput Laut dalam Upaya Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil di Kota Makassar

    Get PDF
    Preeclampsia is a major cause of maternal and child morbidity and mortality worldwide, especially in developing countries such as Indonesia. Pregnant women with insufficient iodine can trigger hypothyroidism and further preeclampsia. Seaweed contains essential Iodine for pregnant women and can be an alternative prevention of preeclampsia in pregnant women. This study aims to examine the effectiveness of the management and development of seaweed biscuits as the potential food to prevent hypertension in pregnant women. The current study was experimental study with pretest - posttest control group design. A total 14 samples were selected by purposive sampling method from all pregnant women in Tamalanrea sub-district as the population. The results showed that the effectiveness of management and provision of BISRULA has not been significant to reduce the blood pressure of pregnant women (p>0.05). This is due to only a few numbers of samples obtained in this study. It was difficult to find the appropriate sample based on the criteria and also because of the short duration of research so that it is difficult to prove the effectiveness of BISRULA. Furthermore, the measuring tool used has not detailed to examine the changes occurring in samples. Therefore, these findings can be suggestions for conducting further research in the future

    PEMBERIAN L-ALANYL L-GLUTAMYL DENGAN ASUPAN TINGGI PROTEIN PADA PASIEN LUKA BAKAR LISTRIK 48% DERAJAT II-III

    No full text
    Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling sering ditemukan pada usia produktif. Data unit luka bakar rumah sakit di Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan mortalitas. Pada luka bakar berat terjadi hipermetabolisme dan proteolisis yang tinggi sehingga diperlukan terapi nutrisi yang tepat dan dini. Dilaporkan kasus seorang laki-laki, 18 tahun dengan keluhan nafsu makan melalui oral menurun dengan diagnosis severe protein energy malnutrition, luka bakar listrik 48% grade II-III. Terapi nutrisi yang diberikan adalah diet energi 3350 kkal melalui oral dan parenteral dengan komposisi protein: karbohidrat: lemak = 14,3%: 50%: 35,7%. Diet dimulai dengan 40% lalu 80% dan 100% dari total energi (hari ke-III). Kebutuhan protein 2,0 g/kg/hari dengan suplementasi parenteral glutamin (13,46 g/hari). Suplementasi mikronutrien berupa zink 40 mg/24 jam, ekstrak ikan gabus 480 g/hari, vitamin B1 4 mg/8 jam, vitamin C 500 mg/12 jam, vitamin A 10.000 IU/24 jam. Perbaikan balans nitrogen dari -7,7 menjadi +5,36. Albumin dan protein total mengalami perbaikan dari 2, 4 g/dl menjadi 3,5 g/dl dan 6,8 g/dl menjadi 6,8 g/dl. Penyembuhan luka terjadi dengan baik (inflamasi-repair dan remodeling) selama tiga puluh tiga hari masa perawatan. Kesimpulan: suplementasi glutamin dengan asupan tinggi protein dapat mempercepat penyembuhan luka, dan mencegah mortalitas pada pasien luka bakar berat

    SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN MENUNJANG EFEKTIVITAS TERAPI GIZI PADA PASIEN AKALASIA ESOFAGUS DENGAN HIPOALBUMINEMIA BERAT

    No full text
    Pendahuluan Akalasia merupakan gangguan motilitas berupa hilangnya peristaltik esofagus dan gagalnya sfingter esofagokardia berelaksasi, makanan tertahan di esophagus. Menyebabkan malnutrisi karena asupan tidak optimal. Laporan Kasus Laki-laki 64 tahun dirawat dikonsul dengan dyspepsia e.c akalasia esofagus. Keluhan utama, asupan makan berkurang dialami sejak 2 bulan karena sulit menelan dan muntah tiap kali makan. Tidak ada nyeri menelan. Demam, batuk dan sesak tidak ada. Ada penurunan berat badan, besarnya tidak diketahui. Luka pada antebrachium dekstra et sinistra. Pasien tidak menderita diabetes maupun hipertensi.  Sakit sedang, GCS E4M6V5, tanda vital normal. Status gizi severe protein energy malnutrition berdasarkan ukuran LILA (18 cm). Hasil laboratorium didapatkan deplesi berat sistem imun, hipoalbuminemia dan penurunan fungsi ginjal. Terapi nutrisi berupa diet 1430 kkal, protein 1.2g/kgBBI/hari dalam bentuk makanan cair via oral dan nutrisi parenteral. Kebutuhan cairan 1400ml/24 jam. Suplementasi vitamin B kompleks, zinc 20mg, pujimin 450mg, vitamin A 20.000IU, Vitamin C 300mg dan Curcuma 400 mg/8jam. Pemantauan asupan, toleransi saluran cerna, tanda vital dan keseimbangan cairan setiap hari. Setelah perawatan 41 hari, pasien dapat menelan makanan lunak, luka pada antebrachium menutup, tidak terjadi perburukan status gizi, albumin dan protein total meningkat.   Kesimpulan Hipoalbuminemia pada pasien akalasia esofagus, efusi pleura bilateral, skin and soft tissue infection terkoreksi dengan asupan protein 1,2 gr/kgBBI/hari, Zinc 20 mg, vitamin B kompleks, Pujimin 450 mg, Vitamin A 20.000 IU, Vitamin C 300 mg dan Curcuma 400 mg/8 jam/oral

    PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAPAT MEMPERTAHANKAN KADAR ALBUMIN NORMAL NAMUN TIDAK MEMPERBAIKI KADAR TLC PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING

    No full text
    Pendahuluan Malnutrisi pada keganasan kepala dan leher sering terjadi yang ditandai dengan penurunan berat badan 10% selama menjalani terapi. Intervensi nutrisi dapat mencegah malnutrisi. Laporan Kasus Tn.M, umur 35 tahun dikonsulkan dari THT-KL dengan diagnosa karsinoma nasofaring stadium IV B dengan keluhan utama sulit  menelan selama 2 hari sebelum dikonsul dan penurunan berat badan dalam 2 minggu. Pemeriksaan Antropometri: panjang badan: 171 cm, lingkar lengan atas: 22 cm, berat badan ideal: 63,9 kg, berat badan aktual: 45 kg, indeks masa tubuh:15,3 kg/m2. Pemeriksaan fisik didapatkan: massa tumor pada leher kanan, kehilangan lemak subkutan, muscle wasting. Status gizi: gizi buruk. Pemeriksaan laboratorium: kolesterol total 224 mg/dL,LDL190 mg/dL. Intervensi nutrisi dengan kebutuhan energi terkoreksi 2200 kkal dengan komposisi  karbohidrat 50 %, protein 17% dan  lemak 33 %. Diet diberikan 50 % via nasogastric tube berupa makanan saring, susu formula, jus buah. Selanjutnya, diet akan ditingkatkan sesuai toleransi sampai kebutuhan energi terkoreksi tercapai. Setelah perawatan 14 hari, pada pasien ini terjadi peningkatan lingkar lengan atas pada awal perawatan 22 cm menjadi 22.5 cm, berat badan aktual 45 kg menjadi 46 kg. Hasil laboratorium didapatkan perbaikan profil lipid. Kesimpulan Terapi nutrisi pada pasien karsinoma nasofaring dengan gizi buruk dapat meningkatkan berat badan dan mencegah adanya malnutrisi energi-protein yang berat

    PERBAIKAN KADAR ALBUMIN PASIEN POST AMPUTASI ET CAUSA LUKA BAKAR LISTRIK 25% DERAJAT III DAN STATUS GIZI KURANG DENGAN PEMBERIAN ASUPAN TINGGI PROTEIN

    No full text
    Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan  luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar

    PERBAIKAN ANEMIA PADA PASIEN HIV STADIUM III DAN STATUS GIZI KURANG DENGAN PEMBERIAN ASUPAN TINGGI PROTEIN DAN MULTIPLE MICRONUTRIENT SUPPLEMENT

    No full text
    Latar Belakang Anemia normositik normokrom terjadi pada 60% hingga 80% pasien HIV. Anemia dapat menurunkan survival, mempercepat progresivitas penyakit, dan meningkatkan mortalitas pada pasien HIV. Pemberian asupan tinggi protein dan multiple micronutrient supplement diperlukan untuk memperbaiki kadar hemoglobin dan mencegah perburukan anemia. Laporan Kasus Seorang pasien berjenis kelamin laki-laki, umur 25 tahun dikonsulkan dari bagian penyakit dalam dengan diagnosis HIV stadium III untuk terapi nutrisi. Keluhan utama asupan makan berkurang sejak satu bulan terakhir akibat nafsu makan berkurang. Pasien mengeluh batuk, sesak, dan demam.  Pasien tersebut memiliki riwayat berganti pasangan, dan sedang dalam pengobatan OAT hari ketiga. Asupan 24 jam 769 kkal. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan anemia (Hb 9,5 g/dl), deplesi berat sistem imun (TLC 613/µL), dan hipoalbuminemia (2,1 g/dl). Status gizi pasien ini adalah gizi kurang berdasarkan ukuran lingkar lengan atas (73% LLA). Terapi nutrisi diberikan melalui oral dengan energi 2200 kkal, protein 2gr/kgBBI/hari(17%), karbohidrat 50% dan lemak 33% berupa makanan lunak, buah, dan susu formula. Suplementasi yang diberikan adalah zinc 20mg/24jam, vitamin A 6000/24jam, vitamin B1 100 mg/24jam, vitamin B6 200 mg/24jam, vitamin B12 200 µg/24jam, vitamin C100mg/24jam, dan ekstrak ikan gabus 2kapsul/8jam. Setelah perawatan selama 13 hari, pasien dipulangkan dengan status gizi: gizi kurang (IMT 18,36kg/m2), anemia (Hb 11,6 g/dl), deplesi berat sistem imun (TLC 462/µL), dan hipoalbuminemia (3,1 g/dl).  Kesimpulan Terapi nutrisi yang adekuat dapat memperbaiki anemia pasien HIV stadium III
    corecore