2,202 research outputs found

    Assessing the benefits of international portfolio diversification in bonds and stocks.

    Get PDF
    This paper considers a stylized asset pricing model where the returns from exchange rates, stocks and bonds are linked by basic risk-arbitrage relationships. Employing GMM estimation and monthly data for 18 economies and the US (treated as the domestic country), we identify through a simple test the countries whose assets strongly comove with US assets and the countries whose assets might other larger diversification benefits. We also show that the strengthening of the comovement of returns across countries is neither a gradual process nor a global phenomenon, reinforcing the case for international diversification. However, our results suggest that fund managers are better other constructing portfolios selecting assets from a subset of countries than relying on either fully inter-nationally diversified or purely domestic portfolios. JEL Classification: F31, G10asset pricing, Exchange Rates, international parity conditions, market integration, stochastic discount factor

    Full QCD on APE100 Machines

    Full text link
    We present the first tests and results from a study of QCD with two flavours of dynamical Wilson fermions using the Hybrid Monte Carlo Algorithm (HMCA) on APE100 machines.Comment: 23 pages, LaTeX, 13 PS figures not include

    An analysis and evaluation of the public relations policies and practices of the American Federation of Musicians

    Full text link
    Thesis (M.S.)--Boston University Includes bibliographical references (leaves [115]-117)

    Potency of Agroindustrial Wastewaters for Increasing Dissolution of Phosphate Rock Fertilizers

    Full text link
    Agroindustrial wastewaters were considered not maximum used in Lampung Province since it has acidic properties that can be used as an acid solvent. This study aimed was to explore the most potential agroindustrial wastewaters in dissolving phosphate rock by acidulation in the laboratory scale. The experimen were arranged by factorial i.e. first factor were phosphate rock origin (Sukabumi, west Java and Selagailingga, central Lampung) and second factor was kinds of solvent (agroindustrial wastewaters of pineapple, tapioca, tofu industry, and palm oil as well as a conventional acid solvent such as HCl, H2SO4, and CH3COOH).  The incubation process were 0, 1, 2, and 3 month. The results showed that agroindustrial wastewaters that have highest potency for solubizing phosphate rock was industrial tofu wastewaters and followed by industrial wastewaters of tapioca, palm oil, and pineapple. Both the conventional  acid  and  agroindustrial  wastewaters    solvent  have  a  big  potency  for  solubilize  phosphate  rock, however, its highest soluble P-value was not match with the ISO criteria for phosphate fertilizers Quality I (SNI) because it has not reached the solubility of 80% of its total P2O5, but has been qualified as a fertilizer both the quality phosphate A, B, and C (SNI).Keywords: Acidulation, agroindustrial wastewater, P fertilizer, phosphate rock [How to Cite: Ainin N, S Yusnaini and Sarno. 2014. Potency of Agroindustrial Wastewaters to Increase the Dissolution of Phosphate Rock Fertilizers. J Trop Soils 19: 43-51. Doi: 10.5400/jts.2014.19.1.43]  [Permalink/DOI: www.dx.doi.org/10.5400/jts.2014.19.1.43] &nbsp

    Model Arsitektur Akar Lateral dan Akar Tunjang Bakau (Rhizophora Apiculata Blume.)

    Full text link
    The research about architectural model of lateral and stilt root of Bakau (Rhizophora apiculata Blume.) was conducted on August 2008 at Inwrought Management Area of Mangrove Forest, Margasari, Labuhan Maringgai Sub-District, East Lampung Regency, Province of East Lampung. This research aim to analyze the model of root architecture or the R. apiculata at different growth phases. The approach used the survey descriptive method (qualitative and quantitative). This research is conducted directly in field to get the data of lateral root architecture (underground system) and stilt root by using method of profile root trenching. The result showed that the lateral root at 1, 2, and 4 years old measure up to the monopodial with the orientation of axes is orthotropic and plagiotropic (syllepsis), while the stilt root at 12 years old measure up to the monopodial pattern with the orientation of axes is orthotropic branch complex (non-terminalia branching). Characteristic of R. apiculata root growth is continuous. It was concluded that the architectural model of R. apiculata root is combination between Troll\u27s and Champagnat\u27s model

    Analysis of multispectral signatures and investigation of multi-aspect remote sensing techniques

    Get PDF
    Two major aspects of remote sensing with multispectral scanners (MSS) are investigated. The first, multispectral signature analysis, includes the effects on classification performance of systematic variations found in the average signals received from various ground covers as well as the prediction of these variations with theoretical models of physical processes. The foremost effects studied are those associated with the time of day airborne MSS data are collected. Six data collection runs made over the same flight line in a period of five hours are analyzed, it is found that the time span significantly affects classification performance. Variations associated with scan angle also are studied. The second major topic of discussion is multi-aspect remote sensing, a new concept in remote sensing with scanners. Here, data are collected on multiple passes by a scanner that can be tilted to scan forward of the aircraft at different angles on different passes. The use of such spatially registered data to achieve improved classification of agricultural scenes is investigated and found promising. Also considered are the possibilities of extracting from multi-aspect data, information on the condition of corn canopies and the stand characteristics of forests

    Pengaruh Pemberian Asam Humat (Berasal dari Batubara Muda) melalui Daun dan Pupuk P terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill)

    Full text link
    Tomat merupakan komoditas sayur penting yang perlu mendapat perhatian dalam penambahan produksinya, untuk menambah keterbutuhan salah satunya adalah dengan penambahan unsur hara dengan cara penambahan asam humat dan pupuk P. Asam humat merupakan senyawa organik yang mengalami proses humifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian asam humat dan pupuk P serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial (2 X 5) dengan 3 ulangan. Faktor pertama pemberian pupuk P (P) yaitu p 0 = tanpa pupuk SP-36, p 1 = dengan pupuk SP-36 12 g/polybag. Faktor kedua aplikasi asam humat (H), yaitu: h 0 = 0; h 1 = 50 ; h 2 = 100 ; h 3 = 150 ; h 4 = 200 mg L -1 . Data yang diperoleh diuji dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji ortogonal kontas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dipengaruhi oleh pemberian asam humat dan pupuk P. Pada semua variabel pengamatan pemberian asam humat baik tanpa maupun diberi pupuk P nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tomat per butir, dan bobot buah per tanaman meningkat secara linier, sedangkan pada indeks kehijauan daun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Interaksi antara keduanya nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tomat per butir, dan bobot buah per tanaman meningkat secara linier, sedangkan pada indeks kehijuan daun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Penggunaan asam humat konsentrasi 150-200 mg L -1 akan efektif bila diberikan bersamaan dengan pupuk P

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Herbisida Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada Tanah Ultisol Di Pertanaman Ubi Kayu(manihot Esculenta Crantz)

    Full text link
    Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Secara umum budidaya ubikayu di Indonesia menggunakan sistem pengolahan tanah intensif dan sistem olah tanah minimum juga dapat digunakan sebagai alternatif lain pengganti olah tanah intensif dan pemberantasan gulma menjadi bagian penting dalam sistem olah tanah minimum.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap beberapa sifat kimia tanah, serta interaksi sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah Ultisol di pertanaman Ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampungdari bulan Juni 2014 sampai April 2015. Penelitian ini disusun dari faktorial 2 x 2 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 perlakuan yaitu sistem olah tanah intensif (OTI) dengan simbol T 1 dan olah tanah minimum (OTM) dengan simbol T 0 . Faktor kedua terdiri dari 2 perlakuan yaitu disemprot dengan herbisida dengan simbol H 1 dan tanpa disemprot dengan herbisida dengan simbol H 0 . Data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi datadianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 2 waktu pengambilan sampel tanah yaitu 5 BST – 10 BST, kecuali pada waktu awal pengambilan sampel tanah 2 BST berpengaruh terhadap K-dd tanah. Aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P- tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 3 waktu pengambilan sampel tanah (2 BST - 5 BST – 10 BST). Sistem olah tanah dan aplikasi herbisida tidak memberikan interaksi yang nyata terhadap sifat kimia tanah yaitu C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) Tahun Ke-5 Plant Cane Di PT Gunung Madu Plantations

    Full text link
    Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi di dalam tanah karena adanya kehidupan dan aktivitas dari mikroorganisme di dalam tanah yang dalam aktivitasnya membutuhkan O 2 dan mengeluarkan CO 2 . Respirasi tanah juga merupakan suatu indikator yang baik terhadap mutu tanah. Sistem olah tanah pada tanah yang diolah mampu meningkatkan respirasi tanah dibandingkan tanah yang tidak diolah (TOT) karena tanah yang diolah mempunyai aerasi yang lebih baik dibandingkan tanah yang tidak diolah (TOT) dan tanah yang diaplikasi kan mulsa bagas mampu meningkatkan respirasi tanah dibandingkan tanpa aplikasi mulsa bagas karena pemberian bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme, mikroorganisme menggunakan bahan organik sebagai sumber energinya.oleh karena itu perlakuan sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme tanah yang dapat diukur dengan respirasi tanah. Penelitian dilaksanakanbulan September 2014 hingga Januari 2015. Penelitian ini dirancang secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah yang terdiri dari dari tanpa olah tanah (T 0 ) dan olah tanah intensif (T 1 ). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas (M 0 ) dan mulsa bagas 80 t ha -1 (M 1 ). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan uji Bartlett dan aditivitasnya dengan uji Tukey, dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah pada 0 BSP dan 3 BSP namun tidak ada interaksi antara pengolahan tanah dan aplikasi mulsa bagas. Hasil uji BNT 5% menunjukan respirasi pada tanah yang diolah lebih tinggi dibandingkan tanah yang tidak diolah dan tanah yang diaplikasikan mulsa lebih tinggi dibandingkan tanpa aplikasi mulsa. Rata-rata respirasi tanah tertinggi pada olah tanah pada pengamatan 0 BSP dan 3 BSP berturut-turut yaitu 41,92 mg jam -1 m -2 dan 45,62 mg jam -1 m -2 sedangkan yang terendah yaitu 36,46 mg jam -1 m -2 dan 40,55 mg jam -1 m -2 dan rata-rata respirasi tanah tertinggi yang diaplikasi mulsa pada pengamatan 0 BSP dan 3 BSP berturut-turut yaitu42,11 mg jam -1 m -2 dan 46,40 mg jam -1 m -2 dan respirasi tanah terendah yang tanpa aplikasi mulsa yaitu 36,26 mg jam -1 m -2 dan39,77 mg jam -1 m -2 . Hasil uji korelasi menunjukkan tinggi rendahnya C-Organik tanah, pH tanah, kelembaban tanah dan suhu tanah tidak berpengaruh nyata terhadap respirasi tanah
    • …
    corecore